Pelajaran Dari Hijrahnya Keluarga Nabi Ibrahim Alaihissalam Ke Makkah
Abu Halwa Aziz Setiawan
Setiap kali memasuki momen Iedul Adha, kita senantiasa diingatkan dengan kisah keluarga yang mulia, yaitu keluarga Nabiullah Ibrahim AS. Keluarga yang diberkahi sebagaimana doa kita saat tahiyyat akhir :
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ
Sebagaimana Engkau telah memberi keberkahan kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim (Bukhori 3370, 4798, 6358)
Walaupun sebenarnya keluarga Nabiullah Ibrahim AS tidak sebatas Beliau AS dengan puteranya Nabi Ismail AS dan ibunya Hajar, akan tetapi pembahasan kali ini hanya mengingatkan kembali bagaimana keberkahan dari keluarga yang mulia ini.
KISAH HIJRAH KELUARGA YANG PENUH BERKAH
Ibnu Abbas RA menceritakan sebagaimana disebutkan oleh Imam Bukhori dalam kitab shahihnya (3364) : wanita yang pertama kali membuat ikat pinggang adalah ibunya Ismail, Hajar. Ia membuatnya untuk (mengikat pakaian agar terjuntai ke bawah) supaya dapat menutupi jejak kakinya sehingga tidak diketahui oleh Sarah. Kemudian Ibrahim AS membawa Hajar dan puteranya, Ismail, menuju Makkah yang ketika itu Hajar sedang menyusui Ismail. Hingga akhirnya Ibrahim menempatkan keduanya di sebuah rumah di samping pohon besar di atas air Zam Zam. Dan pada saat itu di Makkah tidak ada seorang pun dan tidak pula ada air. Ibrahim meninggalkan keduanya disana dan meletakkan di sisi mereka geriba yang didalamnya terdapat kurma dan bejana yang didalamnya terdapat air.
Setelah itu Ibrahim berangkat dan diikuti oleh Ibu Ismail, Hajar, seraya berkata :
يَا إِبْرَاهِيمُ، أَيْنَ تَذْهَبُ وَتَتْرُكُنَا بِهَذَا الوَادِي، الَّذِي لَيْسَ فِيهِ إِنْسٌ وَلاَ شَيْءٌ؟
“Wahai Ibrahim, kemanakah engkau hendak pergi dan meninggalkan kami di lembah ini, (lembah) yang seorang pun tidak ada dan tidak ada sesuatu?”. Hal ini diucapkan beberapa kali sedangkan Ibrahim tidak menoleh sama sekali. Akhirnya Hajar berkata :
آللَّهُ الَّذِي أَمَرَكَ بِهَذَا؟
“Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan ini?”. Ibrahim pun hanya menjawab : “Iya”. Ibu Ismail berkata :
إِذَنْ لاَ يُضَيِّعُنَا
“Kalau begitu, kita tidak akan disia-siakan!”. Dan setelah itupun Hajar kembali.
Lantas Ibrahim pun melanjutkan perjalanannya, sehingga ketika sampai di Tsaniyyah, dimana orang-orang tidak dapat melihatnya, ia menghadapkan wajahnya ke Baitullah, kemudian berdoa dengan beberapa doa sembari mengangkat kedua telapak tangannya dan berucap :
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur” (Ibrahim 37)
Dan Hajar tetap menyusui Ismail dan minum dari air yang tersedia. Hingga ketika air yang ada dalam bejana itu sudah habis, maka ia dan puteranya kehausan. Lalu Hajar melihat puteranya dan mulai lemas. Maka ia mulai pergi dan tidak tega melihat keadaan puteranya. Maka ia mendapatkan Shafa, bukit yang paling dekat dengannya. Lalu ia berdiri diatas bukit itu dan menghadap lembah sembari melihat-lihat adakah orang disana, tetapi ia tidak mendapatkan seorang pun disana.
Setelah itu ia turun kembali dari Shafa, hingga ketika sampai di tengah-tengah lembah, Hajar mengangkat bagian bawah bajunya dan kemudian berusaha keras sehingga ia berhasil melewati lembah. Lalu ia mendatangi Marwah dan berdiri disana seraya melihat-lihat adakah orang disana, namun ia tidak mendapatkan seorangpun disana. Ia lakukan itu sampai tujuh kali.
Ibnu Abbas RA berkata : Nabi SAW bersabda :
فَذَلِكَ سَعْيُ النَّاسِ بَيْنَهُمَا
“Maka itulah Sa’i manusia (ketika haji dan umrah) diantara keduanya”.
Setelah ia mendekati Marwah, ia mendengar suara yang menyerukan : “Diam!”, yang dimaksudkan kepadanya. Lalu ia mencari suara itu, hingga akhirnya ia mendengar juga. Maka ia pun berkata : “Aku telah mendengarmu, apakah engkau dapat memberikan bantuan?”. Ternyata ia berada bersama malaikat di tempat dimana terdapat air Zam Zam. Lalu malaikat itu mengais-ngais tanah hingga akhirnya muncul air. Selanjutnya ia pun menuruni air tersebut dan kemudian mengisi bejananya dengan air dan kemudian menemui anaknya.
Ibnu Abbas RA menceritakan : Nabi SAW bersabda :
يَرْحَمُ اللَّهُ أُمَّ إِسْمَاعِيلَ، لَوْ تَرَكَتْ زَمْزَمَ – أَوْ قَالَ: لَوْ لَمْ تَغْرِفْ مِنَ المَاءِ -، لَكَانَتْ زَمْزَمُ عَيْنًا مَعِينًا
“Semoga Allah merahmati Ibu Ismail, sekiranya ia meninggalkan Zam Zam, atau ia bersabda : Sekiranya ia tidak menciduk air, niscaya Air Zam Zam itu hanya menjadi sumber air yang terbatas”. Rasulullah SAW bersabda : maka Hajar minum dan menyusui puteranya. Kemudian malaikat berkata :
لاَ تَخَافُوا الضَّيْعَةَ، فَإِنَّ هَا هُنَا بَيْتَ اللَّهِ، يَبْنِي هَذَا الغُلاَمُ وَأَبُوهُ، وَإِنَّ اللَّهَ لاَ يُضِيعُ أَهْلَهُ
“Janganlah kalian takut disia-siakan, sesungguhnya disini adalah Rumah Allah. Anak ini dan bapaknya akan membangunnya. Dan sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan keluarganya”.
Demikian diantara penggalan kisah hijrahnya Hajar dan puteranya Ismail sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA.
HIKMAH DAN PELAJARAN
Teramat banyak pelajaran yang bisa diambil dari kisah diatas, dan sedikit yang dapat disampaikan disini. Antara lain :
- Mendahulukan cinta kepada Allah SWT daripada cinta kepada keluarga bahkan pada diri sendiri. Kisah ini menunjukkan kepada kita bagaimana Nabi Ibrahim AS melakukan perintah Allah SWT walaupun perintah itu sangat tidak masuk akal dan sangat berat, menempatkan istri dan puteranya di tempat yang tidak berpenghuni dan tidak ada air. Demikian juga yang nampak pada kisah penyembelihan Nabi Ismail AS yang juga tidak masuk diakal. Ini semua tidak mungkin akan dilakukan oleh Nabiullah Ibrahim AS kalau bukan karena cintanya kepada Allah SWT. Oleh karena itu, beliau AS mendapat gelar sebagai khaliilurrahmaan (Kekasih Ar Rahmaan) karena lebih mendahulukan kecintaan Allah SWT daripada cinta kepada dirinya dan keluarganya.
- Keimanan dan keyakinan Ibunda Nabi Ismail AS, Hajar. Kisah diatas menunjukkan bagaimana keimanan dan keyakinan Hajar terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya dengan jawabannya yang penuh keyakinan bahwa Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan para Hamba-Nya yang beriman dan bertakwa kepada-Nya. Dan buah dari keimanan dan keyakinannya adalah jalan keluar dan keberkahan. Seperti Air Zam Zam, Sa’i bagi jamaah haji dan umrah antara bukit Shafa dan Marwa sebagai bentuk keteladan terhadap apa yang telah dilakukan oleh Hajar. Dan yang tidak kalah penting dari keimanan dan keyakinan Hajar adalah pengaruhnya kepada puteranya. Seorang ibu yang beriman akan menjadikan seorang anak yang beriman pula. Dan hal ini nampak dari buah pendidikan Hajar kepada puteranya, dimana puteranya Ismail menjawab dengan jawaban keimanan yang sama tatkala ia hendak disembelih oleh bapaknya Nabi Ibrahim AS (ash Shaaffaat : 102). Ini semua adalah buah dari pendidikan ibunya yang telah mendidik puteranya diatas iman dan ketakwaan. Maka seperti ini pula semestinya suatu keluarga muslim.
- Dalam memilih tempat tinggal, pertimbangan pertama sebuah keluarga muslim adalah keberadaan Rumah Allah atau masjid. Hal ini nampak dari doa Nabi Ibrahim AS sebagaimana diabadikan dalam firman Allah SWT surat Ibrahim ayat 37 diatas. Maksud dari hal ini adalah agar kita dan keluarga kita mendirikan shalat, hal ini sebagaimana doa Nabi Ibrahim AS lainnya, sebagaimana disebutkan dalam surat Ibrahim ayat 40. Adapun pertimbangan yang lain adalah prioritas kedua dan seterusnya, dan bukan prioritas utama.
Inilah sedikit hikmah dan pelajaran dari kisah hijrah keluarga yang diberkahi ini. Masih teramat banyak pelajaran yang belum bisa disampaikan disini. Semoga kita bisa meneladani mereka.
Ya Allah, berikanlah shalat kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarga Nabi Muhammad SAW sebagaimana engkau telah memberikan shalawat kepada Nabi Ibrahim AS dan keluarga Nabi Ibrahim AS! Berikan pula keberkahan kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarga Nabi Muhammad SAW, sebagaimana engkau telah memberikan keberkahan Nabi Ibrahim AS dan keluarga Nabi Ibrahim AS! Sesungguhnya Engkau Maha Terpuij lagi Maha Mulia!
RUJUKAN :
- Al Quran Al Kariim
- Shahih Bukhori
- Qishashul Anbiyaa