KEISTIMEWAAN NABI YANG MULIA

KISTIMEWAAN NABI YANG MULIA

Oleh : Abu Ghozie As Sundawie

Diantara keistimewaan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, bahwa Allah Ta’ala memanggil beliau shalallahu alaihi wasallam tidak dengan namanya tapi memanggil dengan gelarnya yaitu Wahai Rasul atau wahai Nabi sebagai bentuk penghormatan dan menunjukan kemuliaan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, adapun Nabi-nabi yang lain dipanggil dengan namanya.

PANGGILAN ALLAH KEPADA NABI-NYA

Didalam Al Quran sebutkan Ya Ayyuhan Nabi (wahai Nabi) sebanyak 13 kali (lihat : QS al Anfal : 64,65, dan 67, QS at Taubah : 73, QS al Ahzab :1,13,45,50,dan 59, QS al Mumtahanah:12, QS at thalaq :1, QS at tahrim:1 dan 9)

Sementara memanggil dengan Ya Ayyuhar Rasul (wahai Rasul) sebanyak 2 kali (lihat : QS al Maidah:41 dan 67.).

Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ لاَ يَحْزُنكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ

“Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya” (QS Al Maidah : 41).

Allah Ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS Al Maidah : 67).

Allah Ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللّهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

“Wahai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mu’min yang mengikutimu. (QS Al Anfal : 64).

Allah Ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً

“Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS Al Ahzab : 59).

Demikianlah Allah Ta’ala telah memanggil nabi-Nya didalam Al Qur’an dengan menyebut gelarnya. Adapun Nabi-nabi yang lain maka dipanggil dengan namanya.

Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi Adam alaihis salam :

وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلاَ مِنْهَا رَغَداً حَيْثُ شِئْتُمَا وَلاَ تَقْرَبَا هَـذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الْظَّالِمِينَ

“Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim”. (QS Al Baqarah : 35).

Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi Nuh alaihis salam :

قِيلَ يَا نُوحُ اهْبِطْ بِسَلاَمٍ مِّنَّا وَبَركَاتٍ عَلَيْكَ وَعَلَى أُمَمٍ مِّمَّن مَّعَكَ وَأُمَمٌ سَنُمَتِّعُهُمْ ثُمَّ يَمَسُّهُم مِّنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Difirmankan: “Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mu’min) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami.” (QS Hud : 48).

Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi Musa alaihis salam :

قَالَ يَا مُوسَى إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالاَتِي وَبِكَلاَمِي….

“Allah berfirman: “Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang lain (dimasamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku……” (QS Al A’raf : 144).

Allah berfirman kepada Nabi Ibrahim alaihis salam :

وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا….

“Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu….” (QS As Shafat : 104-105).

Allah berfirman kepada Nabi Isa alaihis salam :

إِذْ قَالَ اللّهُ يَا عِيسى ابْنَ مَرْيَمَ اذْكُرْ نِعْمَتِي عَلَيْكَ وَعَلَى وَالِدَتِكَ إِذْ أَيَّدتُّكَ بِرُوحِ الْقُدُسِ تُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلاً ….

“(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: “Hai ‘Isa putra Maryam, ingatlah ni’mat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa….”. (QS Al Maidah : 110).

Berkata Imam Ibnul Jauzi rahimahullah :

وَلَمَّا ذَكَرَ اسْمَهُ لِلتَّعْرِيْفِ قَرَنَهُ بِذِكْرِ الرِّسَالَةِ

“Dan manakala Allah Ta’ala menyebutkan namanya (Muhammad shalallahu alaihi wasallam ) supaya diketahui, menggandengkannya dengan gelar kerasulannya (Rasulullah shalallahu alaihi wasallam ).” (kitab Al Wafa fi ahwalil Musthafa, hal. 363).

Allah Ta’ala berfirman:

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang RASUL, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul “. (QS Ali Imran : 144).

Allah Ta’ala berfirman :

مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ

“Muhammad itu adalah UTUSAN ALLAH dan orang-orang yang bersama dengan dia (para sahabat) adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka……”. (QS Al Fath : 29).

Allah Ta’ala berfirman :

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَآمَنُوا بِمَا نُزِّلَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَهُوَ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَأَصْلَحَ بَالَهُمْ

“Dan orang-orang mu’min dan beramal soleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka”. (QS Muhammad : 2).

Bahkan manakala Allah Ta’ala menyebut Nabi Ibrahim alaihis salam dengan namanya, Akan tetapi Rasulullah shallahu alaihi wasallam disebutkan gelarnya dalam rangkaian satu ayat berikut:

إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَـذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُواْ وَاللّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ

“Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman”. (QS Ali Imran : 68).

UMAT ISLAM DILARANG MEMANGGIL NABI DENGAN MEMANGGIL NAMANYA.

Bahkan tidak sampai di situ, para umatnya pun dilarang oleh Allah Ta’ala memanggil Nabi-Nya dengan memanggil namanya tapi diperintah untuk memanggil dengan panggilan wahai Rasulullah atau wahai nabiyallah.

Allah Ta’ala berfirman:

لَا تَجْعَلُوا دُعَاء الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاء بَعْضِكُم بَعْضاً قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ الَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنكُمْ لِوَاذاً فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih (QS an Nur : 63)

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:

كَانُوْا يَقُوْلُوْنَ : يَا مُحَمَّدُ يَا أَبَا القَاسِمِ فَنَهَاهُمُ اللَّهُ عَنْ ذَلِكَ إِعْظَاماً لِنَبِيِّهِ صلى الله عليه وشلم وَأَمَرَهُمْ أَنْ يَقُوْلُوْا : يَا نَبِيَّ اللَّهِ يَا رَسُوْلَ اللَّهِ

“Dahulu mereka memanggil rasulullah dengan panggilan wahai Muhammad wahai Abul Qosim, lalu Allah melarang mereka atas yang demikian sebagai bentuk penghormatan untuk Nabi-Nya, dan memerintahkannya untuk memanggil dengan panggilan wahai nabiyullah, wahai Rasulullah.” (Lihat Tafsir ibnu katsir 3/318, tafsir Ibnu jarir Thabari 18/134).

UMAT UMAT TERDAHULU MEMANGGIL NABI MEREKA DENGAN MENYEBUT NAMANYA

Adapun Umat sebelum Islam mereka memanggil Nabi mereka dengan namanya:

وَلَمَّا وَقَعَ عَلَيْهِمُ الرِّجْزُ قَالُواْ يَا مُوسَى ادْعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِندَكَ لَئِن كَشَفْتَ عَنَّا الرِّجْزَ لَنُؤْمِنَنَّ لَكَ وَلَنُرْسِلَنَّ مَعَكَ بَنِي إِسْرَائِيلَ

“Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) merekapun berkata: “Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhamnu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu”. (QS al A’raf : 134).

Allah Ta’ala berfirman :

وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتَوْاْ عَلَى قَوْمٍ يَعْكُفُونَ عَلَى أَصْنَامٍ لَّهُمْ قَالُواْ يَا مُوسَى اجْعَل لَّنَا إِلَـهاً كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ

“Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: “Hai Musa. Buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)”. Musa menjawab: “Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)” .(QS al A’raf : 138).

Allah Ta’ala berfirman :

إِذْ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ هَلْ يَسْتَطِيعُ رَبُّكَ أَن يُنَزِّلَ عَلَيْنَا مَآئِدَةً مِّنَ السَّمَاءِ قَالَ اتَّقُواْ اللّهَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

“(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut ‘Isa berkata: “Hai ‘Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?”. ‘Isa menjawab: “Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman” .(QS Al Maidah : 112).

Al ‘Izu bin Abdusalam -rahimahullah- berkata: “Tidak tersamarkan bagi siapapun bahwasannya seorang Tuan apabila memanggil kepada salah seorang budaknya dengan menyebutkan sifat-sifat terpujinya (misalnya wahai budakku yang baik) sedangkan yang lainnnya dipanggil dengan namanya tanpa menyebutkan sifat-sifat kebaikannya maka ini semua menunjukan bahwa budak yang dipanggil dengan menyebutkan sifat-sifat kebaikannya lebih dekat, lebih dicintainya, lebih mulia disisi Tuannya. Dan ini secara kebiasaanpun diketahinya yang menunjukan penghormatan atau pengagungan apabila memanggil dengan menyebutkan gelar dan sifat-sifat terpuji”. (Bidayatus Suul, hal. 38).

Demikian semoga bermanfaat, Wallahu a’lam..

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *