HUKUM MELUKIS DI TANGAN DENGAN INAI (HENNA) BAGI PENGANTIN WANITA

?️  Ustadz Abu Ghozie As Sundawie Hafidzhahullahu Ta’ala

Pertanyaan :

Bagaimana hukum menghenna pengantin yang pengantinnya suka di pajang apakah termasuk kerjasama dalam dosa ? dari Asriyani di jayapura

Pertanyaan :

Barokallahu fikum, dalam masalah ini ada beberapa perincian , diantaranya :

[1] Hukum asal wanita berhias dengan inai (pacar) adalah perkara yang mubah bahkan di anjurkan karena adanya nash dalam masalah ini dan hikmahnya supaya tidak serupa dengan laki laki yang kebiasaan tangan tangan atau kuku kuku mereka tidak memakai inai.

Aisyah radhiyallahu anha berkata :

أَوْمَتْ امْرَأَةٌ مِنْ وَرَاءِ سِتْرٍ بِيَدِهَا كِتَابٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَبَضَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ فَقَالَ مَا أَدْرِي أَيَدُ رَجُلٍ أَمْ يَدُ امْرَأَةٍ قَالَتْ بَلْ امْرَأَةٌ قَالَ لَوْ كُنْتِ امْرَأَةً لَغَيَّرْتِ أَظْفَارَكِ يَعْنِي بِالْحِنَّاءِ

Dari balik tirai ada seorang perempuan yang memberikan sebuah kitab kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam , lalu Rasulullah memegang tangannya. Beliau kemudian berkata, “Aku tidak tahu apakah ini tangan lelaki atau perempuan?” Perempuan itu berkata, “Perempuan.” Beliau lalu bersabda, “Jika kamu seorang perempuan maka kamu sebaiknya merubah (warna) kukumu.” Maksudnya adalah memberinya henna (pacar) (HR Abu Dawud no : 4166, Syaikh Al Albani rahimahullah menghasankannya)

Muhammad syamsul haq Abadi rahimahullah berkata :

وَفِي الْحَدِيثِ شِدَّةُ اسْتِحْبَابِ الْخِضَابِ بِالْحِنَّاءِ لِلنِّسَاءِ

Dan didalam hadits diatas menunjukan sangat dianjurkannya bagi wanita untuk memakai inai..” (‘Aunul Ma’bud 3/183).

[2] Bolehnya berhias bagi wanita ini tidak boleh ditampakkan bagi yang bukan mahromnya, oleh karena itu para ulama memakruhkan berhias dengan henna bagi yang lajang.

Syaikh Abdurahman bin Qashim rahimahullah berkata :

ويستحب في غير الإحرام لزوجه، لأن فيه زينة، ويكره لأيم، لعدم الحاجة، مع خوف الفتنة

“Dianjurkan memakai henna (pacar) ketika sedang tidak ihram untuk suaminya karena didalamnya ada bentuk berhias dan tidak dsukai bagi yang lajang karena tidak ada nya hajat serta dikhawatirkan menimbulkan fitnah ..(Hasyiah Raudhatul Murbi’ 4/43)

Allah Ta’ala berfirman :

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا

Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya..” (QS An Nuur : 31)

Ibnu Mas’ud radhiyallahu berkata :

الزِّينَةُ زِينَتَانِ: فَزِينَةٌ لَا يَرَاهَا إِلَّا الزَّوْجُ: الْخَاتَمُ وَالسُّوَارُ، وَزِينَةٌ يَرَاهَا الْأَجَانِبُ، وَهِيَ الظَّاهِرُ مِنَ الثِّيَابِ.

Perhiasan itu ada dua macam, perhiasan yang tidak boleh dilihat kecuali oleh suami, yaitu cincin, kalung, dan perhiasan yang boleh dilihat oleh orang lain yaitu baju luar..” (Tafsir Ibnu Katsir 6/45) Sementara henna adalah termasuk perhiasan yang tidak boleh tampak kecuali kepada mahramnya.

Dalam hal ini Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berfatwa ;

نعم لا بأس أن تستعمل المرأة الحناء في حال الحيض سواء كان ذلك في الرأس أو كان في اليدين أو في القدمين ولكن يجب أن نعلم أن الحناء من جملة الزينة التي لا يجوز للمرأة أن تبديها لغير من أباح الله لها إبداء الزينة لهم أي أنها لا تبديها للرجال الأجانب فإذا ارادت أن تخرج إلى السوق مثلاً لحاجة فإنه لابد أن تلبس على قدميها جوربين إذا كانت قد حنت قدميها وكذلك بالنسبة للكفين لا بد أن تسترهما مع أن ستر الكفين للمرأة هو المشروع إذا كان حولها رجال أجانب سواء كانت قد حنتهما أم لم تحنهما.

“Iya tidak mengapa memakai henna bagi wanita ketika haidh baik di rambutnya, atau kedua tangannya atau kedua tumitnya akan tetapi perlu untuk diketahui bahwasanya memakai henna adalah bagian dari bentuk berhias bagi wanita yang tidak di perbolehkan untuk ditampakkan kepada yang tidak di bolehkan oleh Allah Ta’ala untuk menmpakan perhiasan kepada mereka, yakni tdak boleh ditampakkan kepada lelaki yang bukan mahram, apabila engkau mau pergi ke pasar untuk satu keperluan misalnya maka hendaklah untuk memakai kaus kaki jika memang tumitnya di diukir dengan henna demikian juga dengan telapak tangan harus ditutup keduanya, bahkan mengenakan kaus tangan ini pun di syari’atkan apabila wanita berada di sekitar laki laki yang bukan mahram baik ditangannya diukir dengan henna ataupun tidak” (Fatwa Nurun ‘Alad Darb 30/123)

[3] Hukum menghenna pengantin perlu di perinci, bahwa hukum asalnya adalah halal menghenna orang lain baik wanita pengantin ataupun bukan. Akan tetapi kalau di ketahui bahwa pengantin akan memamerkan di hadapan laki laki yang bukan mahram perhiasannya termasuk ukiran hennanya, maka masuk kepada keumuman larangan kerjasama dalam dosa.

Allah Ta’ala berfirman :

وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS Al Maidah : 2).

Didalam fatwa islamweb disebutkan ;

فالعمل في مهنة نقش الحناء للنساء الأصل فيه الإباحة، ولكن إذا علمت عن امرأة معينة أنها تتزين به للأخدان ولإظهاره أمام الرجال الأجانب لتفتنهم وتجلب أنظارهم إليها فلا يجوز لك إعانتها على ذلك؛ بل ينبغي لك نصحها وإرشادها إلى ترك مثل هذا الفعل القبيح والتصرف السيئ

“Profesi mengukir henna bagi wanita hukum asalnya boleh, akan tetapi ketika di ketahui tentang wanita tertentu dengannya untuk melacur atau memamerkan ukirannya dihadapan lelaki yang bukan mahram agar kaum laki laki terfitnah atau menjadi pusat perhatian mereka kepadanya, maka tidak boleh bagimu untuk malkukan itu bahkan seharusnya menasehatinya agar meninggalkan perbuatan tercela dan bertingkah yang buruk ini ” (lihat Fatwanya : http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&lang=A&Id=48865)

Didalam fatwa islamqa disebutkan :

وبناء عليه : فلا يجوز لك العمل في خضاب أيدي النساء اللاتي تعلمين منهن أنهن لا يسترن أيديهن ، بل يظهرن بها مزينة أمام الرجال ، كي لا تكوني عونا لهن على تبرجهن ، فالله عز وجل يقول : وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ. أما النساء اللاتي يسترن أيديهن ، أو يغلب على ظنك تسترهن : فلا حرج عليك في تزيين أيديهن بالحناء وغيرها من أنواع الزينة المباحة والله أعلم .

Atas dasar hal itu maka tidak boleh bagimu untuk menghenna tangan wanita manapun yang diketahui bahwa mereka tidak menutup aurat tangan tangan mereka bahkan malah sengaja menampakkannya dihadapan kaum laki laki yang bukan mahram, agar tidak termasuk bentuk kerjasama dalam dosa tabarruj (menampakan aurat) mereka “Dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” Adapun kalau wanita yang dihenna tersebut yang suka menutup aurat tangannya, atau di duga kuat ia akan menutup auratnya maka tidak mengapa untuk mengerjakan hiasan henna atau lainnya dari berbagai macam bentuk hiasan yang di bolehkan, wallahu a’lam” (Lihat fatwanya di : https://islamqa.info/ar/223251)

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *