?️ Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal., M.Sc. Hafidzhahullahu Ta’ala
Apa pun keinginanmu dalam memilih jodoh, tetap memilih yang baik atau bagus dari sisi agamanya, itulah jalan kebahagiaan. Karena jika standar Anda dunia, itu bisa berubah ketika berumah tangga.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
تُنْكَحُ المَرْأةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وجَمَالِهَا ولِدِيْنِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاك
“Wanita dinikahi karena empat hal, yaitu karena: hartanya, kedudukannya, kecantikannya, dan agamanya. Hendaklah engkau mendapatkan wanita yang baik agamanya, niscaya engkau akan beruntung.” (HR. Bukhari, no. 5090 dan Muslim, no. 1466)
Perhatikanlah kisah berikut yang menunjukkan keberuntungan memilih wanita karena agamanya.
Yahya bin Yahya An-Naisaburi mengatakan bahwa beliau berada di dekat Sufyan bin ‘Uyainah ketika ada seorang yang menemui Ibnu ‘Uyainah lantas berkata, “Wahai Abu Muhammad, aku datang ke sini dengan tujuan mengadukan fulanah–yaitu istrinya sendiri–. Aku adalah orang yang hina di hadapannya.” Beberapa saat lamanya, Ibnu ‘Uyainah menundukkan kepalanya. Ketika beliau telah menegakkan kepalanya, beliau berkata, “Mungkin, dulu engkau menikahinya karena ingin meningkatkan martabat dan kehormatan?” “Benar, wahai Abu Muhammad”, tegas orang tersebut. Ibnu ‘Uyainah rahimahullah lantas berkata,
مَنْ ذَهَبَ إِلىَ العِزِّ اُبْتُلِيَ بِالذُّلِّ وَمَنْ ذَهَبَ إِلَى الماَلِ اُبْتُلِيَ بِالفَقْرِ وَمَنْ ذَهَبَ إِلىَ الدِّيْنِ يَجْمَعُ اللهُ لَهُ العِزَّ وَالماَلَ مَعَ الدِّيْنِ
“Siapa yang menikah karena menginginkan kehormatan, maka (suatu saat) ia akan hina. Siapa yang menikah karena mencari harta, maka (suatu saat) ia akan miskin. Namun, siapa yang menikah karena faktor agamanya, maka Allah akan kumpulkan untuknya harta dan kehormatan di samping agamanya.”
Kemudian Ibnu ‘Uyainah rahimahullah mulai bercerita, “Kami adalah empat laki-laki bersaudara, Muhammad, Imran, Ibrahim, dan aku sendiri. Muhammad adalah kakak yang paling sulung sedangkan Imran adalah bungsu. Sedangkan aku adalah tengah-tengah. Ketika Muhammad hendak menikah, ia berorientasi pada kehormatan. Ia menikah dengan perempuan yang memiliki status sosial yang lebih tinggi daripada dirinya. Pada akhirnya, ia menjadi orang yang hina. Sedangkan Imran ketika menikah berorientasi pada harta. Karenanya ia menikah dengan perempuan yang hartanya lebih banyak dibandingkan dirinya. Ternyata, pada akhirnya ia menjadi orang miskin. Keluarga istrinya merebut semua harta yang ia miliki tanpa menyisakan untuknya sedikit pun. Maka aku penasaran, ingin menyelidiki sebab terjadinya dua hal ini.
Tak disangka suatu hari Ma’mar bin Rasyid datang. Aku lantas bermusyawarah dengannya. Kuceritakan kepadanya kasus yang dialami oleh kedua saudaraku. Ma’mar lantas menyampaikan hadits dari Yahya bin Ja’dah dan hadits Aisyah. Hadits dari Yahya bin Ja’dah adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Perempuan itu dinikahi karena empat faktor yaitu agama, martabat, harta, dan kecantikannya. Pilihlah perempuan yang baik agamanya. Jika tidak, niscaya engkau akan menjadi orang yang merugi.” (HR. Bukhari dan Muslim). Sedangkan hadits dari Aisyah adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
أَعْظَمُ النِّسَاءِ بَرَكَةٌ أَيْسَرُهُنَّ مُؤْنَةٌ
“Perempuan yang paling besar berkahnya adalah yang paling ringan biaya pernikahannya.” (HR. Ahmad, 6:145, menurut Syaikh Syu’aib Al-Arnauth, sanad hadits ini dha’if). Aku sendiri memilih yang bagus agamanya dan memperingan biaya pernikahan karena mengikuti ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akhirnya, Allah mengumpulkan padaku kehormatan, harta, dan agama.” (Hilyah Al-Auliya’ wa Thabaqah Al-Ashfiya’, 7:289-290)
Sudah direnungkan kisah di atas?
Moga Anda mendapatkan pencerahan.
Sumber : remajaislam.com