Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
Umar bin Al Khaththab f berkata :
مَوْتُ اَلْفِ عَابِدٍ اَهْوَنُ مِنْ مَوْتِ عَالِمٍ بَصِيْرٍ بِحَلَالِ اللَّهِ وَحَرَامِه
Matinya seribu ahli ibadah lebih ringan daripada kematian satu orang ‘alim yang faham halal dan haram terhadap hukum Allah” ([1])
Abu Hurairah dan Abu Dzar radhiyallahu ‘anhuma berkata :
بَابٌ مِنَ الْعِلْمِ تَتَعَلَّمُهُ أَحَبُّ إِلَيْنَا مِنْ أَلْفِ رَكْعَةِ تَطَوُّعٍ، وَبَابٌ مِنَ الْعِلْمِ تُعَلِّمُهُ عُمِلَ بِهِ أَوْ لَمْ يَعْمَلْ بِهِ أَحَبُّ إِلَيْنَا مِنْ مِائَةِ رَكْعَةِ تَطَوُّعٍ
Mempelajari satu bab dari ilmu lebih kami cintai dsari pada shalat sunnah seribu roka’at dan mengajarkan satu bab ilmu baik di amalakan ataupun tidak dengannya, lebih kami sukai daripada shalat sunnah seratus roka’at” ([2])
Abdullah bin Mas’ud f berkata :
عَلَيْكُمْ بِالْعِلْمِ قَبْلَ اَنْ يُرْفَعَ وَرَفْعُهُ هَلَاكُ الْعُلَمَاءِ فَوَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَيَوَدَّنَّ رِجَالٌ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللَّهِ شُهَدَاءَ اَنْ يَبْعَثَهُمُ اللَّهُ عُلَمَاءَ لِمَا يَرَوْنَ مِنْ كَرَامَتِهِمْ وَإِنَّ اَحَدًا لَمْ يُوْلَدْ عَالِمًا وَإِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ
“Hendaklah engkau belajar ilmu sebelum ilmu itu diangkat dan diangkatnya ilmu itu dengan wafatnya para ulama , maka demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh orang orang yang mati di jalan Allah sebagai syahid berkeinginan untuk di bangkitkan sebagai ulama karena mereka melihat dari kemuliaan para ulama, dan sesungguhnya seseorang itu tidak dilahirkan dalam keadaan berilmu, sesungguhnya ilmu itu di pelajari” ([3])
Salman al Farisi f berkata :
اَلْعِلْمُ كَثِيْرٌ وَالْعُمْرُ قَصِيْرٌ فَخُذْ مِنَ الْعِلْمِ مَا تَحْتَاجُ إِلَيْهِ فِيْ أَمْرِ دِيْنِكَ.
“Ilmu itu banyak sedangkan umur itu pendek (terbatas), maka ambillah ilmu (yang terpenting) yang engkau butuhkan dalam urusan agamamu.” ([4])
Dari Kumail bin Ziyad An Nakha’i berkata :
Ali Bin Abi Thalib menggandeng tanganku, dia membawaku keluar kearah padang pasir, sesampainya di tempat yang luas dia menghela nafas, kemudian berkata :
يَا كُمَيْلُ بْنَ زِيَادٍ الْقُلُوبُ أَوْعِيَةٌ فَخَيْرُهَا أَوْعَاهَا، وَاحْفَظْ مَا أَقُولُ لَكَ : النَّاسُ ثَلَاثَةٌ فَعَالِمٌ رَبَّانِيٌّ، وَمُتَعَلِّمٌ عَلَى سَبِيلِ نَجَاةٍ، وَهَمَجٌ رَعَاعٌ أَتْبَاعُ كُلِّ نَاعِقٍ، يَمِيلُونَ مَعَ كُلِّ رِيحٍ،
“Wahai Kumail bin Ziyad, hati itu adalah bejana, dan sebaik baiknya adalah yang paling banyak menampung (ilmu). Ingatlah apa yang akan aku katakana kepadamu, manusia itu ada tiga golongan, orang berilmu yang shalih (Robbani), orang yang terus belajar pada jalan keselamatan, dan orang jahat dan awam, dia mengikuti setiap yang bersuara, selalu berayun kemanpun angin bertiup (tidak punya pendrian).” ([5])
Imam Ibnu Sirin v berkata :
إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِيْنٌ فَانْظُرُوْا عَمَّنْ تَأْخُذُوْنَ دِيْنَكُمْ.
“Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka perhatikanlah kepada siapa kalian mengambil agama kalian.” ([6])
Sa’id Al Musayyib f berkata :
لَيْسَتْ عِبَادَةُ اللَّه بِالصَّوْمِ وَالصَّلَاة وَلَكِنْ بِالْفِقْهِ فِيْ دِيْنِهِ
Ibadah kepada Allah itu bukan dengan puasa, shalat akan tetapi dengan bertafaqquh (mempelajari) agamanya” ([7])
Muhammad bin Syihab Az Zuhri f berkata :
«مَا عُبِدَ اللَّهُ بِمِثْلِ الْفِقْهِ»
“Tidak ada bentuk mengibadahi Allah seperti mempelajari ilmu agama” ([8])
Imam Al Hasan Bashri f berkata ;
لَأَنْ أَتَعَلَّمَ بَابًا مِنْ الْعِلْمِ فَأُعَلِّمَهُ مُسْلِمًا أَحَبُّ إلَيَّ مِنْ أَنْ تَكُونَ لِي الدُّنْيَا كُلُّهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ تَعَالَى
“Sungguh aku mempelajari satu bab Ilmu lalu aku ajarkan kepada seorang muslim itu lebih aku cintai daripada aku memiliki dunia dan seluruh isinya lalu saya infaqkan di jalan Allah Ta’ala” ([9])
Imam Syafi’i f berkata :
طَلَبُ الْعِلْمِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ النَّافِلَةِ
“Menuntut ilmu lebih utama daripada shalat sunnah.”
Beliau f juga mengatakan :
لَيْسَ شَيْءٌ بَعْدَ الْفَرَائِضِ أَفْضَلَ مِنْ طَلَبِ الْعِلْمِ
“Tidak ada sesuatu yang lebih utama setelah yang fardlu dibandingkan mencari ilmu” ([10])
Ilmu yang kita diperintah untuk mempelajari dan mengejarnya, serta di puji orang yang memilikinya adalah ilmu Syari’at. Sebagaimana riwayat dari Anas bin Malik f berkata, Rasulullah k bersabda :
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim” ([11])
Al Hafidz Ibnu Hajar f beliau mengatakan :
وَالْمُرَادُ بِالْعِلْمِ الْعِلْمُ الشَّرْعِيُّ الَّذِي يُفِيدُ مَعْرِفَةَ مَا يَجِبُ عَلَى الْمُكَلَّفِ مِنْ أَمْرِ دينه فِي عِبَادَاتِهِ وَمُعَامَلَاتِهِ وَالْعِلْمُ بِاللَّهِ وَصِفَاتِهِ وَمَا يَجِبُ لَهُ مِنَ الْقِيَامِ بِأَمْرِهِ وَتَنْزِيهِهِ عَنِ النَّقَائِصِ وَمَدَارُ ذَلِكَ عَلَى التَّفْسِيرِ وَالْحَدِيثِ وَالْفِقْهِ
“Yang dimaksud dengan ilmu adalah ilmu syar’I yang berfaedah dengannya pengenalan terhadap apa yang wajib bagi seorang hamba dari urusan agamanya, baik dalam ibadahnya ataupun muamal;ahnya. Dan juga ilmu tentang Allah dan sifat sifat Nya serta apa yang wajib dalam menunaikan haknya, mensucikannya dari sifat Kekurangan, dan ruang lingkup yang demikian atas ilmu tafsir, hadits dan fiqih” ([12])
Imam Al Auza’i f berkata :
الْعِلْمُ مَا جَاءَ عَنْ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَمَا لَمْ يَجِئْ عَنْ وَاحِدٍ مِنْهُمْ فَلَيْسَ بِعِلْمٍ
“Ilmu itu apa yang datang dari para sahabat Muhammad k , maka apa saja yang datang bukan dari salah seorang dari mereka bukanlah ilmu” ([13])
————-
[1] (Miftah Daaris Sa’aadah, Ibnul Qoyyim 1/398)
[2] (Jaami’u Bayanil ‘Ilmi, Ibnu ‘Abdil Barr 1/25)
[3] (Miftah Daaris Sa’aadah, Ibnu Qoyyim 1/397)
[4] (Shifatush Shafwah, 1/546).
[5] (Al Hilyah, Abu Nu’aim 1/79)
[6] (Shahih Muslim, 1/7).
[7] (Mifatah Daaris Sa’aadah, Ibnu Qoyyim 1/389)
[8] (Mifatah Daaris Sa’aadah, Ibnu Qoyyim 1/390)
[9] (Al Majmu’ Syarah Al Muhadzab, An Nawawi 1/21)
[10] (Al Majmu’ Syarah Al Muhadzab, An Nawawi 1/121)
[11] (HR Thabrani, Al Kabir dan As Shaghir, disahihkan oleh Al Albani pada Shahihul Jaami’ no 3913)
[12] (Fathul Bari, Ibnu Hajar 1/141)
[13] (Jaami’u Bayanil ‘Ilmi, Ibnu Abdil barr 1/769 no. 1421)