Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
Do’a adalah ibadah bahkan termasuk diantara ibadah yang paling agung. Allah Ta’ala memerintahkan para hamba-Nya untuk banyak-banyak berdoa kepadanya :
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS Al Baqarah : 186).
Allah Ta’ala juga berfirman :
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina “. (QS Ghofir : 60)
Dari Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
“Do’a adalah ibadah” (HR Abu Dawud : 1479, Tirmidzi : 3247).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ مِنَ الدُّعَاءِ
“Tidak ada sesuatu yang lebih mulia disisi Allah daripada doa” (HR Tirmidzi : 3375, Ibnu Hibban : 870, Al Hakim 1/490)
Doa yang mulia ini sangat dianjurkan pada musim ibadah yang mubarokah yaitu bulan Ramadhan.
Keterkaitan bulan Ramadhan dengan diijabahnya do’a adalah bahwasanya ayat do’a diapit oleh dua ayat puasa Ramadhan.
Ayat tersebut adalah firman Allah Ta’ala :
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS Al Baqarah : 186).
Ayat yang mulia tentang do’a diatas, diapit oleh ayat sebelumnya yaitu firman Allah tentang Bulan Ramadhan bulan diturunkannya Al Qur’an dan perintah puasa didalamnya.
Allah Ta’ala berfirman :
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَن كَانَ مَرِيضاً أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُواْ الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS Al Baqarah : 185)
Adapun ayat setelahnya juga masih tentang puasa dimana Allah Ta’ala membolehkan makan minum serta bersetubuh dengan istri diwaktu malam malam puasa sampai terbitnya fajar.
Allah Ta’ala berfirman :
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَآئِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ عَلِمَ اللّهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ فَالآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُواْ مَا كَتَبَ اللّهُ لَكُمْ وَكُلُواْ وَاشْرَبُواْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّواْ الصِّيَامَ إِلَى الَّليْلِ
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma’af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam (maghrib)” (QS Al Baqarah : 187)
Dari ayat diatas menunujukan bahwa Ramadhan adalah bulan untuk banyak-banyak berdo’a, hal ini dikuatkan dengan hadits-hadits yang shahih bahwa orang yang berpuasa diijabahnya do’anya baik yang berpuasa sunnah secara umum lebih lebih yang sedang berpuasa Ramadhan kerena keberkahan dan kemuliaan bulan Ramadhan yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan lainnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِنَّ للهِ عُتَقَاءَ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، لِكُلِّ عَبْدٍ مِنْهُمْ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ
“Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang di bebaskan dari neraka di setiap hari dan malam (Ramadhan), dan masing-masing hamba diantara mereka do’anya diijabah” (HR Ahmad, musnad : 7443, disahihkan oleh Al Albani di dalam Shahihul Jaami’ : 2169).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :
ثَلاثَةٌ لا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَالإِمَامُ الْعَادِلُ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
Ada tiga golongan manusia yang do’anya tidak di tolak, orang yang berpuasa sampai berbuka, pemimpin yang adil dan do’anya orang yang teraniaya” (HR Tirmidzi : 3598).
Dalam lafadz lain beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ : دَعْوَةُ الصَّائِمِ ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ
“Tiga golongan manusia yang do’anya diijabah, do’a orang yang sedang berpuasa, do’a orang yang teraniaya, dan do’anya orang yang sedang safar” (HR Thabrani, dalam Ad Du’a : 1215)
Dalam lafadz yang lain lagi beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ لَا تُرَدُّ: دَعْوَةُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ، وَدَعْوَةُ الصَّائِمِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ
“Tiga golongan manusia do’anya tidak di tolak, do’a orang tua untuk anaknya, do’a orang yang berpuasa, serta do’a nya orang yang sedang safar” (HR Al Baihaqi, Al Kubro 3/345 : 6185)
Hadits-hadits diatas menunjukan orang yang sedang berpuasa do’anya diijabah tanpa melihat kepada waktu waktu tertentu, selama berpuasa dari mulai terbit fajar sampai maghrib doa mereka diijabah bahkan do’a mereka akan senantiasa diijabah selama bulan Ramadhan, karena bulan Ramadhan adalah bulan untuk dianjurkan banyak-banyak berdo’a.
Adapun hadits yang berbunyi :
لِكُلِّ صَائِمٍ عِنْدَ فِطْرِهِ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ
“Bagi tiap yang berpuasa ketika berbukanya do’anya diijabah” adalah hadits yang lemah. (Sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Al Albani didalam silsilah Ad Dha’ifah 9/327 : 4325).
Hal ini menunjukan bahwa do’a orang yang sedang puasa itu mustajab secara mutlak tidak dikhususkan saat berbuka puasa saja akan tetapi sepanjang hari ia berpuasa dari sejak terbit fajar shadiq sampai terbenamnya matahari do’a-do’a mereka diijabah oleh Allah Ta’ala , maka marilah gunakan kesempatan berharga ini, untuk memperbanyak berdo’a memohon kepada Allah, apalagi pada masa masa yang sulit seperti sekarang ini,
Wallahu waliyyut Taufiq.