BERDO’A AGAR AMALAN DITERIMA

Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie

Diantara amalan di bulan Syawal adalah memperbanyak doa agar amalan selama Ramadhan khususnya dan diluar Ramadhan secara umum diterima disisi Allah.

Para salafus shalih adalah kaum yang paling sempurna amalan ibadah mereka, namun bersamaan dengan itu mereka adalah kaum yang paling takut amalan mereka tidak diterima disisi Allah.

Mereka selalu ingat dengan firman Allah :

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

“Sesungguhnya Allah HANYA menerima (amalan ibadah) dari orang-orang yang bertakwa” (QS Al Maidah : 27)

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata :

كُونُوا لِقَبُولِ الْعَمَلِ أَشَدَّ اهْتِمَامًا بِالْعَمَلِ فَإِنَّهُ لَنْ يُقْبَلَ عَمَلٌ إِلَّا مَعَ التَّقْوَى

“Jadilah kalian orang yang memperhatikan bagaimana agar amalan diterima, karena sesungguhnya amalan tidak diterima kecuali dibarengi dengan takwa” (Al Hilyah 10/388)

Fudhalah bin Ubaid rahimahullah berkata :

لَأَنْ أَكُونَ أَعْلَمَ أَنَّ اللَّهَ قَدْ تَقَبَّلَ مِنِّيْ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا لِأَنَّ اللَّهَ يَقُوْلُ: {إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ}

“Sungguh seandainya aku tahu bahwa Allah menerima amalan ibadahku walaupun seberat biji sawi lebih aku sukai daripada dunia dan seluruh isinya, karena Allah Ta’ala berfirman, “sesungguhnya Allah hanya menerima malan ibadah dari orang yang bertakwa” (Latho’iful Ma’arif, hal. 329).

Oleh karena itu, mereka senantiasa berdo’a agar amalan mereka diterima oleh Allah.

Ma’la bin Al fadhl rahimahullah berkata :

كَانُوا يَدْعُوْنَ اللَّهَ تَعَالَى سِتَةَ أَشْهُرٍ أَنْ يُبَلِّغَهُمْ رَمَضَانَ يَدْعُوْنَهُ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَّقَبَّلَ مِنْهُمْ

“Para Salaf senantiasa berdo’a selama 6 bulan kepada Allah agar di pertemukan dengan bulan Ramadhan, dan mereka berdo’a juga 6 bulan setelahnya agar amalan mereka diterima disisi Allah” (Latho’iful Ma’arif, hal. 330).

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah keluar ketanah lapang untuk shalat ied, lalu berkata didalam khutbahnya :

أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّكُمْ صُمْتُمْ لِهَِيَ ثَلَاثِيْنَ يَوْمًا وَقُمْتُمْ ثَلَاثِيْنَ لَيْلَةً وَخَرَجْتُمُ الْيَوْمَ تَطْلُبُونَ مِنَ اللَّهِ أَنْ يَتَقَبَّلَ مِنْكُمْ

“Wahai sekalian manusia sesungguhnya kalian telah berpuasa karena Allah selama 30 hari, telah shalat malam selama 30 malam, lalu sekarang kalian keluar untuk shalat ied untuk mengharap dari Allah agar amalan kalian diterima disisi Allah” (Lathoiful Ma’arif, hal. 330)

Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang sebuah ayat di surah Al Mu’minun yaitu firman Allah :

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ

“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka” (QS Al Mu’minun : 60)

Apakah yang dimaksud dengan orang yang beramal tapi hati mereka takut itu orang yang minum khomer atau orang yang mencuri ? Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

لَا يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ، وَلَكِنَّهُمْ الَّذِينَ يَصُومُونَ , وَيُصَلُّونَ , وَيَتَصَدَّقُونَ، وَهُمْ يَخَافُونَ أَنْ لَا يُقْبَلَ مِنْهُمْ، أُولَئِكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ

“Bukan wahai putri Abu bakar, tapi yang dimaksud adalah orang yang berpuasa, shalat, sedekah akan tetapi mereka takut kalau amalan mereka tidak diterima disisi Allah, mereka itulah orang-orang yang bersegera berbuat kebajikan” (HR Tirmidzi : 3175, Ibnu Majah : 4198, As Shahihah : 162).

Oleh karena itu. salafus shalih ketika meninggalkan Ramadhan mereka satu sama lain saling mengucapkan doa agar amalan mereka diterima.

Dari Jubair bin Nufair rahimahullah berkata :

كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا الْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكَ

Adalah para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila mereka saling bertemu pada hari raya , mereka saling mengucapkan, Taqabbalallahu minna waminka (semoga Allah menerima amalan ibadah kita)” (Fathul Bari 2/446, dishahihkan oleh Al Albani pada Tamamul Minnah hal. 355).

Demikianlah semoga Allah menerima semua amalan ibadah kita. Wallahu waliyyut Taufiq.

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *