KEKHUSUSAN BULAM MUHARRAM

Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie

Bulan Muharam memiliki keistimewaan dibandingkan bulan-bulan lainnya secara umum atau dibandingkan bulan-bulan haram yang lainnya secara khusus.

Tentang bulan Muharram Abu ‘Utsman An Nahdi radhiyallahu ‘anhu mengatakan :

كَانُوْا يُعَظِّمُوْنَ ثَلَاثَ عَشَرَاتٍ الْعشْرُ الأَوَّلُ مِنَ الْمُحَرَّمِ وَالْعَشْرُ الْأَوَّلُ مِنْ ذِيْ الْحِجَّةِ وَالْعَشْرُ الْأَخِيْرُ مِنْ رَمَضَانَ 

 “Para Salaf mengagungkan 10 hari yang tiga, sepuluh hari pertama bulan Muharram, sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, dan sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan” (Darul mantsur 8/502)

 

Diantara keistimewaan bulan Muharam :

  • Bulan yang paling utama diantara bulan-bulan haram.

Para ulama berbeda pendapat tentang bulan haram yang paling utama, diantara mereka ada yang merajihkan (menguatkan pendapat) bahwa bulan Muharam adalah bulan yang paling utama diantara bulan-bulan haram yang lainnya. Sebagaimana dikatakan oleh Al Imam Al Hasan Al bashri rahimahullah :

إِنَّ اللَّهَ افْتَتَحَ السَّنَةَ بِشَهْرٍ حَرَامٍ، وَخَتَمَهَا بِشَهْرٍ حَرَامٍ، فَلَيْسَ شَهْرٌ فِيْ السَنَةِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ مِنَ الْمُحَرَّمِ

“Sesungguhnya Allah Ta’ala telah membuka awal tahun dengan bulan haram (Muharram) dan menutup akhir tahun dengan bulan haram pula (Dzulhijjah), maka tidak ada bulan dalam satu tahun yang paling agung disisi Allah selain Ramadhan daripada bulan Allah Muharram”. (Lathi-iful Ma’arif, Ibnu Rajab hal. 32)

  • Disandarkan penamaannya kepada Allah menjadi Syahrullah (bulan Allah)

Yang menunjukan keagungan bulan Muharam juga adalah bulan Muharam dinamakan syahrullah (bulan Allah), dimana penyandaran kepada Allah ini menunjukan keutamaan yang disandarakannya, seperti lafadz rumah Allah (baitullah) karena ia adalah tempat ibadah, Unta Allah (naqatullah) bagi untanya nabi shalih karena ia sebagai mu’jizat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam  bersabda,

أَفْضَلُ الصَّلَاةِ، بَعْدَ الصَّلَاةِ الْمَكْتُوبَةِ، الصَّلَاةُ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ، وَأَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ، صِيَامُ شَهْرِ اللهِ الْمُحَرَّمِ

“Shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adaah shalat malam, dan puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah (berpuasa) pada bulan Allah (Muharam)” (HR Muslim : 1163)

Al Hafidz Ibnu Rajab rahimahullah berkata :

وَ قَدْ سَمَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المُحَرَّمَ شَهْرَ اللَّهِ وَ اِضَافَتُهُ إِلَى اللَّه تَدُلُّ عَلَى شَرَفِهِ وَ فَضْلِهِ فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى لَا يَضِيْفُ إِلَيْهِ إِلَّا خَوَاصَ مَخْلُوْقَاتِهِ

“Dan sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberi nama bulan Muharram dengan Syahrullah (bulan Allah), penyandaran bulan ini kepada Allah menunjukan kemuliaan dan keutamaannya, karena sesungguhnya Allah tidak menyandarkan sesuatu kepada diri Nya kecuali pada makhluknya yang khusus. (Lathoiful ma’arif , Ibnu Rajab : 30)

  • Diharamkan memulai peperangan pada bulan Muharam demikian juga pada bulan-bulan haram lainnya.

Dan ada khilaf para ulama apakah perang dibulan haram ini di hapus hukumnya ataukah tidak. Sebagian mengatakan bahwa yang diharamkan itu apabila memulai tapi kalau dalam rangka membalas maka di bolehkan. Berarti atas dasar ini maka hukum perang dibulan haram tidak dihapus akan tetapi muhkam.

  • Pada bulan Muharam terdapat hari ‘Asyura.

Hari ‘Asyura adalah hari ke sepuluh dibulan Muharam, dimana ia memiliki keutamaan dan kekhususan dibandingkan hari hari yang lain, diantaranya :

[1] Berpuasa pada hari ‘Asyura menggugurkan dosa setahun yang telah berlalu.

Dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

“Dan puasa ‘Asyura itu aku berharap kepada Allah menghapus dosa setahun sebelumnya”. (HR Muslim : 1162, Abu Dawud : 2425, Tirmidzi : 749, Ibnu Majah : 1738)

Dosa yang diampuni dalam hadits diatas adalah dosa-dosa kecil saja, sementara dosa-dosa besar memerlukan taubat nasuha secara khusus. Sebagaimana di isyaratkan oleh hadits dari Abu hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ

Shalat-shalat yang lima waktu, dari satu shalat Jum’at ke shalat Jum’at berikutnya, dari bulan Ramadhan ke bulan Ramadhan berikutnya adalah sebagai penghapus dosa diantaranya apabila meninggalkan dosa besar. (HR Muslim : 233)

Al Imam An Nawawi rahimahullahu Ta’ala berkata :

وَفِي مَعْنَى هَذِهِ الْأَحَادِيثِ تَأْوِيلَانِ أَحَدُهُمَا يُكَفِّرُ الصَّغَائِرَ بِشَرْطِ أَنْ لَا يَكُونَ هُنَاكَ كَبَائِرُ فَإِنْ كَانَتْ كَبَائِرَ لم يكفر شيئا لا الكبائر لَا الْكَبَائِرَ وَلَا الصَّغَائِرَ وَالثَّانِي وَهُوَ الْأَصَحُّ الْمُخْتَارُ أَنَّهُ يُكَفِّرُ كُلَّ الذُّنُوبِ الصَّغَائِرِ وَتَقْدِيرُهُ يَغْفِرُ ذُنُوبَهُ كُلَّهَا إلَّا الْكَبَائِرَ

Dan pada hadits diatas ada dua penafsiran. Penafsiran pertama, (amalan tersebut) menghapus dosa kecil dengan syarat tidak melakukan dosa besar, kalau punya dosa besar, maka tidak menghapus apapun, baik dosa kecil ataupun dosa besar. Penafsiran kedua, dan ini pendapat yang shahih dan terpilih yaitu (amalan tersebut) menghapus semua dosa yang kecil, sehingga asumsinya semua dosa diampuni kecuali dosa besar”. (Al Majmu’ Syarah Al Muhadzab 6/382)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :

وَتَكْفِيرُ الطَّهَارَةِ وَالصَّلَاةِ وَصِيَامِ رَمَضَانَ وَعَرَفَةَ وَعَاشُورَاءَ لِلصَّغَائِرِ فَقَطْ وَكَذَا الْحَجُّ

Dan penghapusan dosa karena sebab bersuci (wudhu dan mandi), sebab shalat, sebab puasa Ramadhan, sebab puasa Arafah, dan sebab puasa ‘Asyura adalah terhadap dosa kecil saja, demikian juga dengan ibadah haji”. (Al Fatawa Al Kubra, Ibnu Taimiyyah 8/48)

[2] Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat memperhatikan puasa pada hari ‘Asyura.

‘Ubaidullah bin Abi Yazid radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwasanya Aku mendengar Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma ditanya tentang puasa ‘Asyura, maka beliau menjawab :

مَا عَلِمْتُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَامَ يَوْمًا يَطْلُبُ فَضْلَهُ عَلَى الْأَيَّامِ إِلَّا هَذَا الْيَوْمَ وَلَا شَهْرًا إِلَّا هَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي رَمَضَانَ

Aku tidak mengetahui bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam puasa pada suatau hari, beliau mencari keutamaan daripada hari-hari tersebut kecuali hari ‘Asyura ini, dan kalau diantara bulan-bulan adalah pada bulan ini yaitu Ramadhan”. (HR Muslim : 1132)

Dalam lafadz lain disebutkan :

مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلَّا هَذَا اليَوْمَ، يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ

Aku tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam begitu memperhatikan puasa pada suatu hari yang diutamakan dibandingkan hari lainnya selain hari ‘Asyura ini, dan bulan dibandingkan ini yakni bulan Ramadhan. (HR Bukhari : 2006)

[3] Allah Ta’ala menyelamatkan Nabi Musa dan Bani Israil serta menenggelamkan Fir’aun dan kaumnya pada hari ‘Asyura.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma ia berkata :

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ صِيَامًا، يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي تَصُومُونَهُ؟ فَقَالُوا: هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ، أَنْجَى اللهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ، وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ، فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا، فَنَحْنُ نَصُومُهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang ke Madinah (hijrah), lalu beliau mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura, Beliau bertanya kepada mereka, “Mengapa kalian berpuasa pada hari ini ?” , Mereka menjawab, ” ini adalah hari yang agung, Allah menyelamatkan Nabi Musa dan kaumnya, dan menenggelamkan Fir’aun dan kaumnya, maka Musapun berpuasa sebagai bentuk syukur, maka kamipun berpuasa”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kami yang lebih berhak kepada Musa daripada kalian”. Maka Beliaupun berpuasa ‘Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa”. (HR Bukhari : 2004, Muslim : 1130)

[4] Puasa ‘Asyura dahulunya adalah puasa yang diwajibkan kepada kaum muslimin sebelum diwajibkannya puasa bulan Ramadhan.

Dari Ibnu ‘Umarradhiyallahu ‘anhuma ia berkata :

صَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَاشُورَاءَ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تُرِكَ

Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam berpuasa ‘Asyura dan memerintahkannya untuk berpuasa, ketika di wajibkan puasa bulan Ramadhan maka beliau pun meninggalkan puasa ‘Asyura”. (HR Bukhari :1892)

Dalil lain yang menunjukan bahwa puasa ‘Asyura itu sebelumnya adalah wajib, hadits Ar Rubayyi’ bintu Mu’awwidz ia berkata :

أَرْسَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَدَاةَ عَاشُورَاءَ إِلَى قُرَى الْأَنْصَارِ، الَّتِي حَوْلَ الْمَدِينَةِ: «مَنْ كَانَ أَصْبَحَ صَائِمًا، فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ، وَمَنْ كَانَ أَصْبَحَ مُفْطِرًا، فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ» فَكُنَّا، بَعْدَ ذَلِكَ نَصُومُهُ، وَنُصَوِّمُ صِبْيَانَنَا الصِّغَارَ مِنْهُمْ إِنْ شَاءَ اللهُ، وَنَذْهَبُ إِلَى الْمَسْجِدِ، فَنَجْعَلُ لَهُمُ اللُّعْبَةَ مِنَ الْعِهْنِ، فَإِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامِ أَعْطَيْنَاهَا إِيَّاهُ عِنْدَ الْإِفْطَارِ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus utusan untuk mengumumkan ke perkampungan kaum Anshar, sekitar Madinah pada waktu pagi hari ‘Asyura, barang siapa yang sejak pagi berpuasa maka sempurnakanlah puasanya dan barang siapa yang tadi pagi tidak puasa maka puasalah disisa harinya, dan kami setelah itu selalu berpuasa, dan kamipun menganjurkan anak-anak kecil kami diantara mereka yang mau untuk berpuasa, dan kami pergi ke masjid, kami buatkan untuk mereka mainan, sehingga kalau seandainya mereka menangis karena lapar, maka kami memberikannya ketika berbuka” (HR Muslim)

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *