Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
Di antara adab penuntut ilmu adalah menghormati ulama, bersikap tawadhu’ kepada mereka, menjaga kehormatan mereka, dan menghindari sikap buruk kepada mereka, atau meremehkan kehormatan mereka.
Orang yang berilmu itu memiliki kemuliaan yang agung dan peran yang besar. Allah telah meninggikan posisi mereka dan mengangkat derajat mereka. Allah telah mewajibkan memelihara kehormatan mereka.
Allah Ta’ala berfirman :
{ذَلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُ عِندَ رَبِّهِ}
“Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya.” (QS Al Hajj : 30)
Dan Allah Ta’ala berfirman :
{ذَلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ}
“Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al Hajj : 32)
Syi’ar adalah segala hal yang Allah izinkan untuk diutamakan dan dan dihormati. Para ulama tanpa diragukan lagi termasuk yang Allah izinkan dan syi’arkan kemuliaaannya dengan seperti yang ditunjukkan oleh dalil-dalil yang banyak tentang keutamaan ilmu dan ulama.
Dari Ibnu ‘Abbas ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
«لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَيَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ»
Bukanlah golongan kami orang tidak menyayangi anak-anak diantara kami, tidak menghormati orang tua diantara kami, dan tidak memerintahkan yang makruf melarang yang munkar (HR At Tirmidzi : 1921)
Dalam riwayat yang lain :
لَيْسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا.
Bukan termasuk umatku orang yang tidak menghormati orang tua diantara kami, tidak menyayangi anak-anak diantara kami, dan tidak mengenal hak nya para ulama” (HR Ahmad 1/257, 2/207)
Hasan bin ‘Ali radhiyallahu ‘anhu menasihati putranya :
«يَا بُنَيَّ، إِذَا جَالَسْتَ الْعُلَمَاءَ فَكُنْ عَلَى أَنْ تَسْمَعَ أَحْرَصَ مِنْكَ عَلَى أَنْ تَقُولَ وَتَعَلَّمْ حُسْنَ الِاسْتِمَاعِ كَمَا تَتَعَلَّمُ حُسْنَ الصَّمْتِ وَلَا تَقْطَعْ عَلَى أَحَدٍ حَدِيثًا وَإِنْ طَالَ حَتَّى يُمْسِكَ»
“Wahai anakku jika engkau duduk dimajelisnya ulama maka besemangatlah untuk mendengarkan daripada berbicara. Belajarlah mendengarkan dengan baik sebagaimana kamu belajar diam dengan baik.Dan jangan kamu memutus pembicaraan seseorang meskipun panjang, sehingga ia berhenti bicara”. (Jaami’u Bayanil ‘Ilmi Wa Fadhlih, Ibnu ‘Abdil Barr : 1/13)
Imam Syafi’I rahimahullah ketika berada di Majelis nya Imam Malik rahimahullah mengatakan :
كُنْتُ أُصَفِّحُ الْوَرَقَةَ بَيْنَ يَدَيْ مَالِكٍ صَفْحًا رَفِيْقًا هَيْبَةً لَهُ لِئَلَّا يَسْمَعَ وَقْعَهَا.
“Aku dahulu membuka lembaran-lembaran kertas didepan Imam Malik dengan lembut, agar ia tidak mendengar jatuhnya kelembar berikutnya karena hormat kepadanya”. (Al Jaami’ Li Akhlaqir Raawi Wa Adabis Saami’, Al Khatib Al Baghdadi 1/129)