ADAB PENUNTUT ILMU – SABAR DALAM MENUNTUT ILMU

Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie

Bersabar adalah termasuk akhlaq utama yang diperintahkan dalam Islam. Aspek-aspek kesabaran meliputi sabar dalam taat kepada Allah, sabar dalam menjauhi maksiat kepada Allah, dan sabar menghadapi ujian dunia. Sikap sabar merupakan keniscayaan bagi manusia untuk meraih tujuannya. Tiada kesuksesan di dunia dan tiada keberuntungan di akhirat kecuali dengan kesabaran. Sekiranya tidak ada kesabaran petani terhadap benihnya, maka ia tidak akan menuai hasilnya. Dan sekiranya tidak ada kesabaran penuntut ilmu terhadap pelajarannya, maka ia tidak akan berhasil dan tidak jadi belajar. Mencapai tujuan-tujuan yang luhur tidak bisa diraih kecuali dengan menaiki punggung penderitaan, dan meneguk pahit-getir kesusahan agar tercapai cita-cita.

Allah telah memerintahkan Rasul-Nya untuk bersabar di berbagai ayat Al-Qur’anul Karim, diantaranya firman Allah :

{وَاصْبِرْ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ}

“Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menwia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS Hud :115)

Dan firman Allah :

{وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلاَّ بِاللهِ وَلاَ تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلاَ تَكُ فِي ضَيْقٍ مِّمَّا يَمْكُرُونَ إِنَّ اللهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَواْ وَّالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ}

“Bersabarlah wahai Muhammad dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersdih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS An Nahl : 127-128)

Dan Allah menyanjung orang-orang yang sabar dan ikhlas, mereka bersabar karena mencari ridha Tuhannya.

Allah berfirman :

{وَالَّذِينَ صَبَرُواْ ابْتِغَاء وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُواْ الصَّلاَةَ وَأَنفَقُواْ مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرّاً وَعَلاَنِيَةً وَيَدْرَؤُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُوْلَئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ}

“Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, “mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan, orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahian (yang baik)” (QS Ar Ra’d : 22)

As-Sya’bi rahimahullah mengatakan :

«لَوْ أَنَّ رَجُلًا سَافَرَ مِنْ أَقْصَى الشَّامِ إِلَى أَقْصَى الْيَمَنِ فَحَفِظَ كَلِمَةً تَنْفَعُهُ فِيمَا يَسْتَقْبِلُ مِنْ عُمْرِهِ، رَأَيْتُ أَنَّ سَفَرَهُ لَمْ يَضَعْ»

“Seandainya seseorang bepergian dari ujung Syam sampai ujung Yaman hanya untuk mendengar satu kalimat hikmah maka menurutku itu tidaklah sia-sia”. (Jaami’u Bayanil ‘Ilmi Wa Fadhlih, Ibnu ‘Abdil Barr : 1/195)

Yahya bin Abi Katsir rahimahulllah berkata : Aku mendengar Ayahku ia mengatakan :

«لَا يُنَالُ الْعِلْمُ بِرَاحَةِ الْبَدَنِ»

“Ilmu tidak bisa diraih dengan badan santai” (Jaami’u Bayanil ‘Ilmi Wa Fadhlih, Ibnu ‘Abdil Barr : 1/191)

Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah mengisahkan bahwasanya “Jabir bin Abdullah rahimahullah mendapatkan berita adanya sebuah hadits di tempat Abdullah bin Unais Al Anshari radhiyallahu ‘anhu. Maka ia pergi kesana dengan perjalanan satu bulan sehingga ia sampai dinegeri Syam hanya untuk mendengarkan sebuah hadits darinya yang ia dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. (Jaami’u Bayanil ‘Ilmi Wa Fadhlih, Ibnu ‘Abdil Barr : 1/193)

Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Al Bukhari rahimahullah :

وَرَحَلَ جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ، إِلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أُنَيْسٍ، فِي حَدِيثٍ وَاحِدٍ

“Dan Jabir menempuh perjalanan sejauh jarak satu bulan kepada Abdullah (bin Unais) demi sebuah hadits” (Shahih al Bukhari, kitab al ilmi bab keluar untuk mencari ilmu)

Al Khatib Al Bagdadi meriwayatkan dari Al Junaid Ia mengatakan :

«مَا طَلَبَ أَحَدٌ شَيْئًا بِجِدٍّ وَصِدْقٍ إِلَّا نَالَهُ فَإِنْ لَمْ يَنَلْهُ كُلَّهُ نَالَ بَعْضَهُ»

“Tak seorangpun yang mencari sesutau dengan sungguh-sungguh dan jujur kecuali ia pasti meraihnya, kalau tidak meraih semuanya ia pasti meraih sebagiannya”. (Al Jaami’ Li Akhlaqir Raawi Wa Adabis Saami’, Al Khatib Al Baghdadi 2/179)

Sa’id bin al Musayyib rahimahullah berkata :

«إِنْ كُنْتُ لَأَسِيرُ اللَّيَالِيَ وَالْأَيَّامَ فِي طَلَبِ الْحَدِيثِ الْوَاحِدِ»

“Sungguh aku berjalan berhari-hari siang ataupun malam hanya untuk mendapatkan sebuah hadits” (Jaami’u Bayanil ‘Ilmi Wa Fadhlih, Ibnu ‘Abdil Barr : 1/395 no : 569)

Diriwayatkan dari Al Fadhl bin Sa’id rahimahullah ia menceritakan :

كَانَ رَجُلٌ يَطْلُبُ الْعِلْمَ فَلَا يَقْدِرُ عَلَيْهِ فَعَزَمَ عَلَى تَرْكِهِ فَمَرَّ بِمَاءٍ يَنْحَدِرُ مِنْ رَأْسِ جَبَلٍ عَلَى صَخْرَةٍ قَدْ أَثَرَ الْمَاءُ فِيْهَا فَقَالَ : الْمَاءُ عَلَى لَطَافَتِهِ قَدْ أَثَّرَ فِيْ صَخْرَةٍ عَلَى كَثَافَتِهَا وَاللَّهِ لَأَطْلُبَنَّ الْعِلْمَ فَطَلَبَ فَأَدْرَكَ

“Ada seorang yang mencari ilmu namun tak kunjung menguasainya. Ia lalu bertekad untuk meninggalkannya. Kemudian Ia melihat air dari atas gunung yang menetes ke batu. Air itu telah meninggalkan bekas padanya. Ia mengatakan, air dengan kelembutannya telah meninggalkan bekas pada batu yang begitu keras. Demi Allah aku tetap akan mencari ilmu. Maka orang itupun mencarinya dan akhirnya ia berhasil”. (Al Jaami’ Li Akhlaqir Raawi Wa Adabis Saami’, Al Khatib Al Baghdadi 2/179)

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *