Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
Hikmah Allah-lah yang berkehendak menjadikan lupa sebagai sifat dasar manusia dan manusia memiliki kapasitas berfikir dan kemampuan yang berbeda-beda.
Dalam hal itu ada banyak hikmah, diantaranya lupa bisa mendorong penuntut ilmu untuk banyak mengingat-ingat ilmu dan mengulangi pengkajiannya dalam waktu-waktu tertentu.
Maka ia akan memperoleh pahala dan derajat di sisi Allah Ia pun bertambah faham, dan menghubungkan antara yang sedang dihafalnya, dengan sebelumnya sehingga semakin merasuk dalam benak.
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata :
«تَزَاوَرُوا وَتَدَارَسُوا الْحَدِيثَ وَلَا تَتْرُكُوهُ يَدْرُسُ»
“Saling berkunjunglah kalian dan kajilah hadits janganlah ia biarkan menjadi usang”. (Al Jaami’ Li Akhlaqir Raawi Wa Adabis Saami’, Al Khatib Al Baghdadi 2/236)
Imam Az Zuhri rahimahullah mengatakan :
إِنَّمَا يُذْهِبُ العِلْمَ النِّسْيَانُ وَتَرْكُ اْلمُذَاكَرَةِ
“Sesungguhnya yang bisa menghilangkan ilmu itu hanyalah lupa dan tidak mudzakarah”. (Jaami’u Bayanil ‘Ilmi Wa Fadhlih, Ibnu ‘Abdil Barr : 1/108)
Abu Abdullah Ja’far bin Muhammad rahimahullah berkata :
القُلُوْبُ تُرْبٌ وَاْلعِلْمُ غَرْسُهَا وَاْلمُذَاكَرَةُ مَاؤُهَا فَإذَا انْقَطَعَ عَنِ التُّرْبِ مَاؤُهَا جَفَّ غَرْسُهَا
“Hati itu ibarat tanah, ilmu adalah tanamannya, dan mudzakarah (mengkaji ulang) adalah airnya. Ketika air berhenti menyiram tanah maka keringlah tanamannya.” (Al Jaami’ Li Akhlaqir Raawi Wa Adabis Saami’, Al Khatib Al Baghdadi : 2/278)