ADAB MEMBACA AL QUR’AN – MENANGIS KETIKA MEMBACA DAN MENDENGAR AL QUR’AN

Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie

وكِلَّا اْلأَمْرَيْنِ جَاءَتْ بِهِ السُنَّةُ فَالْأَوَّلُ مَا رَوَاهُ عَبْدُ اللهِ بْنُ الْشِّخِّيْرِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ : «أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ يُصَلِّي وَلِجَوْفِهِ أَزِيزٌ كَأَزِيزِ الْمِرْجَلِ» يَعْنِي: يَبْكِي ([ . شرح السنة للبغوي (729) . قال محققه: رواه الترمذي في الشمائل، وأحمد، وأبو دواد، والنسائي . وإسناده قوي .(3/245) ط. المكتب افسلامية ]) .

“Dan menangis ketika membaca dan mendengarkan Al Qur’an terdapat dalam sunnah Nabi diantaranya : Hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin As Syikhkhir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendatangi Nabi dan Beliau sedang Shalat. Dan pada tenggorokannya ada suara seperti suara air di periuk yang mendidih, yakni Beliau menangis”

وَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ شَدَّادٍ، سَمِعْتُ نَشِيجَ عُمَرَ، وَأَنَا فِي آخِرِ الصُّفُوفِ يَقْرَأُ: {إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللهِ} [يوسف: 86] ([ . أخرجه البخاري في صحيحه تعليقاً وبوب عليه باب : إذا بكى الإمام في الصلاة. قال ابن حجر: وهذا الأثر وصله سعيد بن منصور عن ابن عيينة عن إسماعيل بن محمد بن سعد سمع عبد الله بن شداد بهذا وزاد في صلاة الصبح .( فتح الباري 2/241،242)]) .

Dan Abdullah bin Syaddad berkata, Aku mendengar suara tangisan Umar dan aku di barisan paling belakang, dia membaca : Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku

وَالثَّانِيُّ : مَا رَوَاهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ: قَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «اقْرَأْ عَلَيَّ»، قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، آقْرَأُ عَلَيْكَ، وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ،

Kedua : Hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, dia berkata, “Rasulullah bersabda kepadaku, ‘Bacalah Al Qur’an di hadapanku!’ Aku bertanya, ‘Apakah aku membacanya di hadapan engkau sedangkan Al Qur’an ini diturunkan kepadamu?’

قَالَ: «نَعَمْ» فَقَرَأْتُ سُورَةَ النِّسَاءِ حَتَّى أَتَيْتُ إِلَى هَذِهِ الآيَةِ: {فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ، وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلاَءِ شَهِيدًا} [النساء: 41]،

Rasul berkata, ‘Aku suka kalau aku mendengarnya dari selainku.” Maka aku membaca surat An Nisa’, hingga aku sampai pada ayat, “Maka bagaimanakah (hal-nya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)..

قَالَ: «حَسْبُكَ الآنَ» فَالْتَفَتُّ إِلَيْهِ، فَإِذَا عَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ) ([ . رواه البخاري (5050)]) .

Rasulullah berkata, “Cukuplah sampai di sini. Maka, aku menoleh kepadanya dan kedua mata Rasulullah berderaian air mata.”

أَمَّا مَا يَفْعَلُهُ بَعْضُ النَّاسِ الْيَوْمَ مِنْ صَرَاخٍ، وَعَوِيْلٍ، وَنَحِيْبٍ فَهُوَ خُرُوْجٌ عَنِ الطَّرِيْقِ الْقَوِيْمِ .

Adapun apa yang dilakukan oleh sebagian manusia sekarang seperti berteriak, meratap, dan meninggikan suara ketika menangis, ini sudah diluar jalan yang benar.

وَلَا يَظُنُّ ظَانٌّ أَنَّنَا نعمم الْحُكْمَ حَاشَا وَكَلَا، بَلْ نَقُوْلُ مِنْهُمْ صَادِقُوْنَ وَمِنْهُمْ غَيْرُ ذَلِكَ.

Dan janganlah ada yang menyangka bahwa kami menyamaratakan masalah ini. Jauh sekali dari persangkaan seperti itu. Akan tetapi kami mengatakan bahwa diantara mereka ada yang benar tetapi ada yang tidak.

وَالْعَجِيْبُ مِنَ المُتَكَلِّفَةِ أَنَّهُمْ يَسْكُبُوْنَ الْعِبَرَات تَلْوُ الْعِبَرَات عِنْدَ سَمَاعِ دُعَاءِ الْاِمَامِ فِيْ الْقُنُوْتِ، وَلَكِنْ لَا تَكَادُ تَخْرُجُ دَمْعَةٌ مِنْ مَحَاجِرِهِمْ عِنْدَ سَمَاعِ كَلَامِ اللهِ وَآيَاتِهِ.

Dan yang mengherankan dari orang yang memaksakan diri bahwasanya mereka melewati jembatan demi jembatan ketika mendengarkan doa imam ketika qunut. Akan tetapi tidak keluar sebutir pun air mata ketika mendengar kalamullah dan ayat-ayat Nya

وَنَقُوْلُ لِهَؤُلَاءِ الْمُتَكَلِّفَةِ رُوَيْدَكُمْ، فَأَكْمَلُ النَّاسِ حَالاً هُمُ الَّذِيْنَ وَصَفَهُمُ اللهُ فِيْ كِتَابِهِ :

Kami katakan kepada mereka yang melampaui batas perlahanlah, karena manusia yang paling utama adalah mereka yang disifati oleh Allah dalam firman-Nya

{اللهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللهِ} [الزمر: 23].

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah”

وَأَكْمَلُ النَّاسِ حَالاً مَنْ كَانَ كَحَالِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّ بُكَاءَهُ لَهُ أَزِيزٌ كَأَزِيزِ الْمِرْجَلِ.

Dan manusia yang paling sempurna keadaannya adalah manusia yang seperti keadaan Nabi yang ketika membaca Al Qur’an, tangisannya seperti air yang ada dalam periuk ketika mendidih.

لَكِنْ قَدْ يَحْتَجُّ عَلَيْنَا بِأَنَّ بَعْضَ السَّلَفِ، قَدْ صُعِقُوْا أَوْ مَاتُوْا مِنْ جَرَاءِ تِلَاوَةِ الْقُرْآنِ أَوْ سَمَاعِهِ.

Akan tetapi kadang ada yang membantah kami dengan berkata, “sesungguhnya sebagian ulama salaf pingsan atau mati karena membaca Al Qur’an atau mendengarkannya”.

وَاْلجَوَابُ عَنْ ذَلِكَ أَنْ يُقَالَ : إِنَّنَا لَانُنْكِرُ حُدُوْثَ ذَلِكَ مِنْ بَعْضِ السَّلَفِ مِنَ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ بَعْدَهُمْ، وَلَكِنْ لَمْ يَعْهَدْ هَذَا فِيْ عَهْدِ الصَّحَابَةِ رِضْوَانُ اللهِ عَلَيْهِمْ

Kami jawab, bahwasanya kami tidak mengingkari terjadinya hal itu dari sebagian ulama salaf dari para tabi’in dan yang setelah mereka, akan tetapi hal ini tidak terjadi pada masa sahabat radhiyallahu ‘anhum.

وَسَبَبُ ذَلِكَ أَنَّ الْوَارِدَ كَانَ قَوِياً وَصَادَفَتْ مَحَلاً ضَعِيْفاً وَهُوَ قُلُوْبُهُمْ فَلَمْ تَحْتَمِلْهُ وَحَصَلَ مِنْهُمْ مَا حَصَلَ، فَهُمْ صَادِقُوْنَ فِيْمَا انْتِابَهِمْ وَهُمْ أَيْضاً مَعْذُوْرُوْنَ.

Penyebabnya adalah bahwasanya yang datang (Al Qur’an) itu sangat kuat dan yang menerimanya yaitu hati mereka sangat lemah, yang lemah tidak dapat menampung sesuatu yang kuat, dan terjadilah hal itu. Mereka adalah orang-orang yang jujur terhadap apa yang mereka mengerti dan dalam kondisi mereka seperti ini juga dimaafkan.

قَالَ ابْنُ مُفْلِحٍ : وَكَانَ هَذَا الْحَالُ يَحْصُلُ كَثِيرًا لِلْإِمَامِ عِلْمًا وَعَمَلًا شَيْخِ الْإِمَامِ أَحْمَدَ يَحْيَى بْنَ الْقَطَّانَ

Ibnu Muflih berkata, “Kondisi ini banyak terjadi pada seorang Imam yang memiliki ilmu dan amal yang bernama Yahya bin Al Qaththan seorang guru Imam Ahmad”.

وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ : لَوْ دَفَعَ أَوْ لَوْ قَدَرَ أَحَدٌ أَنْ يَدْفَعَ هَذَا عَنْ نَفْسِهِ دَفَعَهُ يَحْيَى. وَحَدَثَ ذَلِكَ لِغَيْرِ هَؤُلَاءِ فَمِنْهُمْ الصَّادِقُ فِي حَالِهِ وَمِنْهُمْ غَيْرُ ذَلِكَ

Imam Ahmad berkata, “Jika ada seseorang yang mampu mencegah hal ini dari dirinya, niscaya Yahya bin Al Qaththan akan mencegahnya.” Hal itu juga terjadi pada selain mereka. Diantara mereka ada yang benar-benar dalam kondisi seperti itu, diantara mereka ada yang tidak.

وَلَعَمْرِي إنَّ الصَّادِقَ مِنْهُمْ عَظِيمُ الْقَدْرِ؛ لِأَنَّهُ لَوْلَا حُضُورُ قَلْبٍ حَيٍّ وَعِلْمُ مَعْنَى الْمَسْمُوعِ وَقَدْرِهِ، وَاسْتِشْعَارُ مَعْنَى مَطْلُوبٍ يُتَلَمَّحُ مِنْهُ، لَمْ يَحْصُلْ ذَلِكَ

Dan demi Allah, sesungguhnya orang orang yang jujur diantara mereka sungguh amat tinggi derajatnya, karena kalau bukan karena hati yang khusyuk dan hidup, serta mengetahui makna yang dibaca dan keagungannya, merasakan makna yang dikandungnya hal itu tidak akan terjadi.

لَكِنَّ الْحَالَ الْأَوَّلَ أَكْمَلُ فَإِنَّهُ يَحْصُلُ لِصَاحِبِهِ مَا يَحْصُلُ لِهَؤُلَاءِ وَأَعْظَمُ مَعَ ثَبَاتِهِ وَقُوَّةِ جَنَانِهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْ الْجَمِيعِ. ([ . الآداب الشرعية (2/305)]) .

Akan tetapi, kondisi pertama itulah yang lebih sempurna. Karena hal itu terjadi pada pelakunya apa yang terjadi pada mereka dan lebih dahsyat lagi, dengan keteguhannya dan kekuatan rahasianya. Semoga Allah meridhai semuanya.

فَائِدَةٌ : يُسْتَحَبُّ طَلَبُ الْقِرَاءَةِ مِنَ الْقَارِيْءِ الْمُجَوِّدِ حُسْنِ الصَّوْتِ. وَيَتَّضَحُ ذَلِكَ جَلِيّاً عِنْدَمَا أَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ابْنَ مَسْعُوْدٍ أَنْ يَقْرَأَ عَلَيْهِ الْقُرْآنَ.

Faidah dianjurkan belajar qira’at dari seorang qari yang bersuara bagus dan menguasal tajwid. Hal itu secara jelas ketika Nabi memerintahkan Ibnu Mas’ud untuk membacakan Al Qur’an di hadapan beliau.

قَالَ عَبْدُ اللهِ بْنُ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اقْرَأْ عَلَيَّ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ قَالَ نَعَمْ إِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي ([ . رواه البخاري (5056)]) .

Abdullah bin Mas’ud mengatakan: “Rasulullah bersabda kepadaku, ‘Bacalah AlQur’an di hadapanku Aku bertanya, ‘Apakah aku membacanya di hadapan engkau sedangkan Al Qur’an ini diturunkan kepadamu?’ Rasul berkata, ‘Aku suka kalau aku mendengarnya dari selainku’.

وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ هُوَ الَّذِيْ قَالَهُ فِيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَقْرَأَ الْقُرْآنَ غَضًّا طَرِيًّا كَمَا أُنْزِلَ ، فَلْيَقْرَأْهُ عَلَى قِرَاءَةِ ابْنِ أُمِّ عَبْدٍ ([ .رواه الإمام أحمد في مسنده (35) وقال المحقق : سنده حسن .(1/211) ط. موسسة الرسالة .]) .

Abdullah bin Mas’ud adalah seorang sahabat yang mana Rasulullah bersabda tentangnya: “Siapa yang ingin membaca Al Qur’an masih fresh ‘segar’ yang tidak ada perubahan seperti baru diturunkan, maka bacalah atas qira’at Ibnu Ummu Abd.”

وَهُوَ أَحَدُ الْأَرْبَعَةِ الَّذِيْنَ أَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَخْذِ الْقُرْآنِ عَنْهُمْ.

Abdullah bin Mas’ud adalah termasuk salah satu dari empat orang sahabat yang diperintahkan Nabi untuk mempelajari Al Qur’an dari mereka.

فقال صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «اسْتَقْرِئُوا القُرْآنَ مِنْ أَرْبَعَةٍ، مِنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ فَبَدَأَ بِهِ، وَسَالِمٍ، مَوْلَى أَبِي حُذَيْفَةَ ، وَأُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، وَمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ» ([ . رواه البخاري (3760)]) .

Rasulullah bersabda, Pelajarilah Al Qur’an dari empat orang sahabatku Abdullah bin Mas’ud -Rasulullah mengawalkan namanya-, Salim maula Abi Hudzaifah, Ubay bin Ka’ab, dan Mu’adz bin Jabal.”

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *