Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
جَاءَتِ الْأَحَادِيْثُ بِالْوَعِيْدِ الشَّدِيْدِ لِمَنْ شَرَبَ فِيْ آنِيَةِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ، أَوْ أَكَلَ فِيْ صِحَافِهِمَا. فَعَنْ حُذَيْفَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ :
Terdapat beberapa hadits yang mengancam dengan keras orang yang minum menggunakan gelas yang terbuat dari emas dan perak, atau makan dengan piring emas dan perak. Dari Hudzaifah dia berkata, saya mendengar Rasulullah bersabda,
«لاَ تَلْبَسُوا الحَرِيرَ وَلاَ الدِّيبَاجَ، وَلاَ تَشْرَبُوا فِي آنِيَةِ الذَّهَبِ وَالفِضَّةِ، وَلاَ تَأْكُلُوا فِي صِحَافِهَا، فَإِنَّهَا لَهُمْ فِي الدُّنْيَا وَلَنَا فِي الآخِرَةِ». ([ . البخاري(5426)، مسلم(2067)، أحمد(22927)، الترمذي(1878)، النسائي(5301)، أبو داود(3723)، ابن ماجه(3414)، الدارمي(2130)]).
“Janganlah kalian pakai kain sutra dan jenis sutra yang berharga dan janganlah kalian minum pada bejana emas dan perak serta jangan makan di piring yang terbuat dari emas dan perak, karena keduanya bagi mereka di dunia dan bagi kita di akhirat”
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ، زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :
Dan dari Ummu Salamah istri Nabi bahwasanya Rasulullah bersabda :
«الَّذِي يَشْرَبُ فِي إِنَاءِ الفِضَّةِ إِنَّمَا يُجَرْجِرُ ([ . في اللسان : الجرجرة : الصوت. والجرجرة:تردد هدير الفحل، وهو صوت يردده البعير في حنجرته وقد جرجر… وفي الحديث : الذي يشرب في إناء الفضة والذهب إنما يجرجر في بطنه نار جهنم؛ أي يَحْدُرُ فيه، فجعل الشرب والجرع جرجرة، وهو صوت وقوع الماء فيه .(4/131) مادة:(جرر)
Dalam kamus Lisan Al-Arab, Al Jarjarah berarti suara atau seperti suara unta, yaitu suara yang berulang-ulang pada unta di kerongkongannya.. Dan dalam hadis “Orang yang minum dengan menggunakan bejana dari emas dan perak, sesungguhnya dituangkan ke dalam perutnya neraka Jahanam.” Minuman dan tegukan dinamakan Jarjarah yaitu suara air yang jatuh dikerongkongan. (Lihat Lisan Al-Arab, (4/131)])
فِي بَطْنِهِ نَارَ جَهَنَّمَ ([ . البخاري (5634)، مسلم (2065)، أحمد (26028)، ابن ماجه (3431)، مالك (1717)، الدارمي (2129)]). وَأَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى أَنَّهُ لَا يَجُوْزُ الشُّرْبُ بِهَا ([ . ذكر الاجماع ابن عبد البر في التمهيد (16/104)، وابن المنذر. انظر فتح الباري (10/97). ولا شك أن الأكل في حكم الشرب. ]) .
“Orang yang minum dengan menggunakan bejana dari perak sungguhnya dituangkan ke dalam perutnya neraka Jahanam.” Dan para ulama sepakat bahwa tidak boleh minum dari bejana yang terbuat dari perak tersebut.
وَلَيْسَ ثمة نصٌ فِيْ عِلَّةِ هَذَا الْحُكْمِ، وَالْمُسْلِمُ إِذَا جَاءَهُ الدَّلِيْلُ مِنَ الْكِتَابِ أَوْ مِنَ السُّنًّةِ الصَّحِيْحَةِ،
Tidak ada nash mengenai alasan pelarangan ini, dan seorang Muslim apabila ada sebuah dalil dari Al Qur’an maupun As-Sunnah yang shahih,
لَا يَنْبَغِيْ لَهُ أَنْ يَتَعَدَّاهُ قِيْدَ أَنْمُلَةٍ، وَلَا يَتَكَلَّفُ التَّأْوِيْلُ لِيَسْتَسِيْغَ الْفِعْلِ
tidak boleh sedikit pun melanggarnya, dan tidak memaksakan diri untuk menakwilkannya demi melegalkan perbuatannya.
وَقَدْ تَطَرَّقَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ لِحِكْمَةِ هَذَا النَّهْيِ وَاخْتَلَفُوْا فِيْهِ، فَمِنْ هَذِهِ الْعِلَلِ : التَّشَبُّهُ بِالْجَبَابِرَةِ وَمُلُوكِ الْأَعَاجِمِ
Sebagian ulama mencoba mencari hikmah larangan ini dan mereka berbeda pendapat dalam masalah ini. Di antara alasannya adalah penyerupaan dengan para tirani dan raja-raja non-Muslim.
وَالسَّرَفِ وَالْخُيَلَاءِ وَأَذَى الصَّالِحِينَ وَالْفُقَرَاءِ الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ مِنْ ذَلِكَ مَا بِهِمُ الْحَاجَةُ إِلَيْهِ. قاله ابن عبد البر ([ . التمهيد(16/105). وانظر فتح الباري (10/97)]) .
Berlebihan dan sombong. Menyakiti orang-orang shalih dan fakir-miskin yang tidak mampu. Ini dikatakan oleh Ibnu Abdil Barr.
فائدة : قَالَ الْإِسْمَاعِيلِيُّ: قَوْلُهُ [وَلَكُمْ فِي الْآخِرَةِ] أَيْ تَسْتَعْمِلُونَهُ مُكَافَأَةً لَكُمْ عَلَى تَرْكِهِ فِي الدُّنْيَا وَيَمْنَعُهُ أُولَئِكَ جَزَاءً لَهُمْ عَلَى مَعْصِيَتِهِمْ بِاسْتِعْمَالِهِ.
Faidah : Al-Isma’ili berkata, “Sabda Rasulullah (dan emas dan perak untuk kalian di akhirat), yakni kalian menggunakannya sebagai ganjaran karena meninggalkannya selama di dunia. Emas dan perak tidak diberikan kepada orang-orang yang bermaksiat karena menggunakannya selama di dunia.
قُلْتُ [أَيْ : ابْنُ حَجَرٍ] : وَيَحْتَمِلُ أَنْ يَكُونَ فِيهِ إِشَارَةٌ إِلَى أَنَّ الَّذِي يَتَعَاطَى ذَلِكَ فِي الدُّنْيَا لَا يَتَعَاطَاهُ فِي الْآخِرَةِ كَمَا تَقَدَّمَ فِي شُرْبِ الْخَمْرِ ([ . فتح الباري (10/98)]) .
Aku katakan (Ibnu Hajar), kemungkinan pada hadits ini ada isyarat bahwa orang yang menggunakannya di dunia, dia tidak akan merasakannya di akhirat, sebagaimana ancaman bagi peminum khamr.”