ADAB SAFAR – MAKRUH SENDIRIAN DALAM SAFAR

Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie

وَفِيْهِ حَدِيْثُ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ : «لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي الوَحْدَةِ مَا أَعْلَمُ، مَا سَارَ رَاكِبٌ بِلَيْلٍ وَحْدَهُ» ([ . رواه البخاري (2998)، وأحمد (4734)، والترمذي (1673)، وابن ماجه (3768)، والدارمي (2679)]) .

Tentang masalah ini hadits Abdullah bin Umar menjelaskan dari Nabi, “Seandainya manusia tahu apa yang kuketahui bahayanya bepergian seorang diri, tidak akan ada orang yang berkendaraan di malam hari sendirian.”

وَفِيْ الْحَدِيْثِ فَوَائِدُ :

Dan didalam hadits terdapat beberapa faidah

أَوَّلُهَا : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يُخْبِرْ أُمَّتَهُ بِمَا يَعْلَمُهُ مِنَ الْآفَاتِ الَّتِيْ تَحْدُثُ مِنْ جَرَاءِ سَفَرِ الرَّجُلِ وَحْدَهُ مُبَالِغَةً مِنْهُ فِيْ التَّحْذِيْرِ مِنَ التَّفَرُدِ فِيْ السَّفَرِ

Pertama, bahwasanya Nabi tidak memberitahukan apa yang beliau ketahui kepada umatnya berupa marabahaya yang mungkin akan terjadi bagi orang yang bepergian jauh seorang diri, untuk menunjukkan betapa besarnya peringatan bahaya bagi orang yang bepergian seorang diri.

وَثَانِيْهَا : أَنَّ النَّهْيَ مَخْصُوْصٌ فِيْ وَقْتِ اللَّيْلِ لَا النَّهَارَ

Kedua, bahwasanya larangan ini berlaku umum, baik bepergian di siang atau di malam hari. Dikhususkan penyebutan malam hari karena kejahatan di malam hari lebih banyak dan marabahaya juga sering terjadi di malam hari.

وَثَالِثُهَا: أَنَّ النَّهْيَ يَعُمُ الرَّاكِبَ وَالرَّاجِلَ وَلَعَلَ قَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :

Ketiga, bahwasanya larangan ini berlaku bagi orang yang bepergian dengan kendaraan pribadi atau bukan. Dan sabda Rasulullah

(مَا سَارَ رَاكِبٌ بِلَيْلٍ) أَنَّهُ خَرَجَ مَخْرَجَ الْغَالِبِ وَإِلَّا فَالرَّاجِلُ فِيْ مَعْنَى الرَّاكِبِ وَاللهُ أَعْلَمُ.

“Tidak akan ada orang yang berkendaraan di malam hari sendirian.” Adalah karena pada umumnya demikian. Selain orang yang berjalan kaki juga disebut berkendaraan, Wallahu a’lam.

وَفِيْ النَّهْيِ عَنِ الْوَحْدَةِ فِيْ السَّفَرِ أَيْضاً حَدِيْثُ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :

Dan larangan bepergian seorang diri ada sebuah hadits dari Abdullah bin Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «الرَّاكِبُ شَيْطَانٌ، وَالرَّاكِبَانِ شَيْطَانَانِ، وَالثَّلَاثَةُ رَكْبٌ» ([ . رواه أبو داود(2607) وحسنه الألباني، وأحمد(6709)، والترمذي(1674)، ومالك(1831)]) .

“Rasulullah bersabda, seorang diri yang bepergian adalah satu syetan, dua orang yang bepergian adalah dua syetan, dan tiga orang berarti rombongan musafir.”

قَالَ الْخَطَّابِيُّ : مَعْنَاهُ أَنَّ التَّفَرُّدَ وَالذَّهَابَ وَحْدَهُ فِي الْأَرْضِ مِنْ فِعْلِ الشَّيْطَانِ وَهُوَ شَيْءٌ يَحْمِلُهُ عَلَيْهِ الشَّيْطَانُ وَيَدْعُوهُ إِلَيْهِ وَكَذَلِكَ الِاثْنَانِ فَإِذَا صَارُوا ثَلَاثَةً فَهُوَ رَكْبٌ أَيْ جَمَاعَةٌ وَصَحْبٌ

Al-Khaththabi berkata, “Artinya bahwa bepergian seorang diri adalah perbuatan syetan. Ini adalah jenis bepergian yang dirayu oleh syetan. Begitu pula bepergian berdua. Jika bepergian bertiga, maka itu adalah rombongan musafir.”

قَالَ : وَالْمُنْفَرِدُ فِي السَّفَرِ إِنْ مَاتَ لَمْ يَكُنْ بِحَضْرَتِهِ مَنْ يَقُومُ بِغُسْلِهِ وَدَفْنِهِ وَتَجْهِيزِهِ

Dia berkata, “Orang yang bepergian seorang diri bila dia mati dalam perjalanan, tidak ada yang akan mengurus jenazahnya dan menguburnya.

وَلَا عِنْدَهُ مَنْ يُوصِي إِلَيْهِ فِي مَالِهِ وَيَحْمِلُ تَرِكَتَهُ إِلَى أَهْلِهِ وَيُورِدُ خَبَرَهُ إِلَيْهِمْ وَلَا مَعَهُ فِي سَفَرِهِ مَنْ يُعِينُهُ عَلَى الْحُمُولَةِ

Dan tidak ada orang yang dititipkan wasiat tentang hartanya dan membawa harta peninggalannya yang dibawanya ketika bepergian kepada keluarganya dan menceritakan apa yang terjadi kepada mereka. Dan tidak ada yang membantu mengangkat bawaannya.

فَإِذَا كَانُوا ثَلَاثَةً تَعَاوَنُوا وَتَنَاوَبُوا الْمَهْنَةَ وَالْحِرَاسَةَ وَصَلَّوُا الْجَمَاعَةَ وَأَحْرَزُوا الْحَظَّ فِيهَا ([ . عون المعبود . المجلد الرابع (7/191)]) .

Jika mereka berjumlah tiga orang, mereka akan saling tolong-menolong dalam hal meringankan beban dan menjaga keamanan masing-masing dan mereka dapat shalat berjama’ah dan mereka senantiasa menjaga kebersamaan.

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *