Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
يَحْتَاجُ الْمُسَافِرُ إِلَى النُّزُوْلِ مِنْ مَرْكُوْبِهِ لِلنَّوْمِ أَوِ الْأَكْلِ أَوْ قَضَاءِ الْحَاجَةِ وَالْبَرِيَّةُ فِيْهَا مِنَ الْهَوَامِ وَالسِّبَاعِ وَالشَّيَاطِيْنِ مَا اللهُ بِهِ عَلَيْمِ
Seorang musafir akan membutuhkan untuk turun singgah di suatu tempat ketika hendak tidur, istirahat, makan atau menunaikan hajat, sedangkan di tempat tersebut mungkin saja terdapat hewan-hewan berbisa, hewan buas, dan para syaithan yang hanya Allah subhanahu wa Ta’ala yang mengetahui.
فَكَانَ مِنْ نِعْمَةِ اللهِ عَلَيْنَا أَنْ شَرَعَ لَنَا عَلَى لِسَانِ نَبِيِّنَا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دُعَاءً نَقُوْلُهُ يَحْفَظْنَا بِإِذْنِ اللهِ مِنْ شَرِّ كُلِّ مَخْلُوْقِ.
Maka termasuk nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas kita pensyariatan Allah bagi kita melalui lisan Nabi kita berupa doa-doa yang apabila kita ucapkan niscaya Allah akan menjaga kita -dengan izin Allah- dari setiap kejelekan makhluk yang ada.
فعن خولة بنت حكيم السلمية رضي الله عنها قالت : سمعتُ رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : مَنْ نَزَلَ مَنْزِلًا
Dari Khaulah binti Hakim As-Sulamiyyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata: Saya mendengar Nabi bersabda : “Barangsiapa yang singgah di suatu tempat kemudian dia berdoa :
ثُمَّ قَالَ : أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ، لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ، حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ ([ رواه مسلم (2708)، وأحمد(26579)، والترمذي (3437)، وابن ماجه (3547)، والدارمي (2680)]) .
“Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejelekan makhluk yang Engkau ciptakan. Tidak akan ada sesuatupun yang dapat memudharatkan sampai ia berlalu dari tempat tersebut.”
وَفِيْ الْحَدِيْثِ فَوَائِدُ :
Dari hadits di atas dapat diambil beberapa faedah, di antaranya:
مِنْهَا : أَنَّ هَذَا الدُّعَاءَ يُقَالُ عِنْدَ حُلُوْلِ كُلِّ مَكَانٍ أَوِ النُّزُوْلِ فِيْهِ وَلَيْسَ مَخْصُوْصاً بِنُزُوْلِ الْمُسَافِرِ مِنْ مَرْكُوْبِهِ.
Doa di atas diucapkan ketika ia melintasi semua tempat ataukah singgah dan turun ditempat tersebut. Hadits diatas tidak berlaku khusus di saat seorang musafir turun dari kendaraannya saja.
وَمِنْهَا : أَنَّ كَلَامَ اللَّهِ مِنْهُ تَبَارَكَ اسْمُهُ وَصِفَةً مِنْ صِفَاتِهِ لَيْسَ بِمَخْلُوقٍ لِأَنَّهُ مُحَالٌ أَنْ يُسْتَعَاذَ بِمَخْلُوقٍ وَعَلَى هَذَا جَمَاعَةُ أَهْلِ السُّنَّةِ قَالَهُ ابْنُ عَبْدِ الْبَرِّ ([ . التمهيد (24/186)]) .
Bahwa dari kalam Allah tabaaraka ismuhu, adalah salah satu dari sekian sifat-sifat Allah dan bukanlah makhluk. Karena mustahil beliau meminta perlindungan kepada makhluk. Ini merupakan salah satu prinsip Ahlus Sunnah wal Jamaah. Demikian yang dikatakan oleh Ibnu Abdil Barr
وَمِنْهَا : أَنَّ قَائِلَ هَذَا الدُّعَاءِ عِنْدَ النُّزُوْلِ مَحْفُوْظٌ بِحِفْظِ اللهِ لَهُ، فَلَا يَضُرُّهُ شَيْءٌ حَتَّى يَغَادِرَ مَحَلَهُ.
Bahwa seorang yang berdo’a dengan do’a ini ketika ia singgah di suatu tempat ia akan dijaga dengan penjagaan dari Allah dan tidak akan ada sesuatupun yang akan dapat mendatangkan mudharat kepadanya sampai ia meninggalkan tempat tersebut.
قَالَ الْقُرْطُبِيُّ : هَذَا خَبَرٌ صَحِيْحٌ وَقَوْلٌ صَادِقٌ عَلِمْنَا صِدْقَهُ دَلِيْلاً وَتَجْرُبَةً،
Al-Qurthubi rahimahullah berkata : “Hadits ini adalah merupakan hadits yang shahih dan merupakan perkataan yang benar, yang telah kita ketahui benarnya secara dalil maupun secara pengalaman.
فَإِنِّيْ مُنْذُ سَمِعْتُ هَذَا الْخَبَرَ عَمِلْتُ عَلَيْهِ فَلَمْ يَضُرَّنِيْ شَيْءٌ إِلَى أَنْ تَرَكْتُهُ
Sungguh sejak aku pertama kali mendengar hadits ini dan aku amalkan maka benar-benar tidak ada sesuatu pun yang mendatangkan kemudharatan kepadaku. Hingga suatu saat aku tidak mengamalkannya doa tersebut.
فَلَدِغَتْنِيْ عَقْرَبٌ بِالْمِهْدِيَةِ لَيْلاً، فَتَفَكَرْتُ فِيْ نَفْسِيْ فَإِذَا بِيْ قَدْ نَسِيْتُ أَنْ أَتَعَوَّذَ بِتِلْكَ الْكَلِمَاتِ ([ . فتح المجيد شرح كتاب التوحيد. ص161 . ط : دار اليقين للنشر والتوزيع. ( مصر )]) .
Maka pada suatu malam aku disengat kalajengking diwilayah Al-Mahdiyah. Lalu aku berpikir dalam hatiku apa yang telah aku lupakan, yang ternyata aku dapati aku lupa berlindung kepada Allah dengan membaca do’a di atas.