Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
قَدْ يُضْطَرُّ الْمُسَافِرُ عَلَى الطُّرُقِ الْبَرِيَّةِ إِلَى النَّوْمِ لِلرَّاحَةِ مِنْ عَنَاءِ السَّفَرِ
Seorang musafir terkadang pada perjalanan darat dengan terpaksa mesti beristirahat tidur setelah melewati perjalanan yang meletihkan.
وَلَمَّا كَانَ الشَّرْعُ الْمُطَّهَّرُ يُرْشِدُ النَّاسَ لِمَا فِيْهِ مَصْلَحَتَهُمْ الْعَاجِلَةَ وَالْآجِلَةَ
Dan syari’at yang suci ini yang telah mengarahkan kaum manusia kepada semua yang akan memberi kemashlahatan bagi mereka baik yang disegerakan atau yang diakhirkan,
كَانَ مِنْ جُمْلَةِ ذَلِكَ إِرْشَادُ الْمُسَافِرِ لِمَكَانِ نَوْمِهِ حَتَّى لَا يُؤْذَى مِنْ هَوَامِ الْأَرْضِ وَدَوَابِهِ.
Termasuk diantara kemaslahatan itu, adalah arahan bagi seorang musafir untuk memilih tempatnya tidur beristirahat. Agar supaya dia tidak terganggu dengan hewan-hewan berbisa maupun hewan-hewan lainnya.
فَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِذَا سَافَرْتُمْ فِي الْخِصْبِ فَأَعْطُوا الْإِبِلَ حَظَّهَا مِنَ الْأَرْضِ
Diriwayatkan dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda : “Jika kalian safar ke negeri yang subur maka biarkan untamu kenyang memakannya.
وَإِذَا سَافَرْتُمْ فِي السَّنَةِ، فَبَادِرُوا بِهَا نِقْيَهَا وَإِذَا عَرَّسْتُمْ ([ المُعرِّس : الذي يسير نهاره ويعرس أي ينزل أو الليل، وقيل: التعريس النزول في آخر الليل. وعرس المسافر: نزل في وجه السحر… وقال غيره: والتعريس: نزول القوم في السفر من آخر الليل، يقعون فيه وقعة للاستراحة ثم يُنيخون وينامون نومة خفيفة ثم يثورون مع انفجار الصبح . قاله في اللسان . (6/136) مادة :(عرس) .]) فَاجْتَنِبُوا الطَّرِيقَ فَإِنَّهَا طُرُقُ الدَّوَابِّ وَمَأْوَى الْهَوَامِّ بِاللَّيْلِ» ([ رواه مسلم (1926)، وأحمد (8237)، والترمذي (2858)، وأبو داود (2569)]) .
Dan jika kalian safar ke daerah yang gersang maka bergegaslah untuk berlalu dari tempat tersebut. Apabila kalian berjalan disiang hari menjauhlah dari jalur lintas hewan dan hindarilah sarang hewan hewan berbisa”
قال النووي : وَهَذَا أَدَبٌ مِنْ آدَابِ السَّيْرِ وَالنُّزُولِ أَرْشَدَ إِلَيْهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَنَّ الْحَشَرَاتِ وَدَوَابَّ الْأَرْضِ مِنْ ذَوَاتِ السُّمُومِ وَالسِّبَاعِ تَمْشِي فِي الليل على الطرق لِسُهُولَتِهَا
An-Nawawi mengatakan : Ini merupakan adab dari adab-adab ketika dalam perjalanan dan ketika singgah di suatu tempat sesuai dengan bimbingan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Disebabkan serangga-serangga serta hewan-hewan melata diatas tanah termasuk hewan-hewan yang berbisa dan juga hewan buas melintas pada waktu malam hari diatas jalan, karena mudah untuk dilalui.
وَلِأَنَّهَا تَلْتَقِطُ مِنْهَا مَا يَسْقُطُ مِنْ مَأْكُولٍ وَنَحْوِهِ وَمَا تَجِدُ فِيهَا مِنْ رِمَّةٍ وَنَحْوِهَا
Dan juga disebabkan hewan-hewan tersebut akan memungut makan ataukah selainnya yang terjatuh. Hewan-hewan itu memungut potongan tulang dan selainnya.
فَإِذَا عَرَّسَ الْإِنْسَانُ فِي الطَّرِيقِ رُبَّمَا مَرَّ بِهِ مِنْهَا مَا يُؤْذِيهِ فَيَنْبَغِي أَنْ يَتَبَاعَدَ عَنِ الطَّرِيقِ ([ شرح صحيح مسلم . المجلد السابع(13/59)]) .
Apabila seseorang melakukan perjalanan disiang hari melalui jalan tersebut, terkadang dia akan mendapati hewan yang akan mengganggunya, maka sepatutnyalah dia menjauh dari jalan tersebut
ثُمَّ إِنَّهُ يَنْبَغِيْ عَلَى الْمُسَافِرِ إِذَا أَرَادَ نَوْماً أَنْ يَتَّخِذَ مَا فِيْ وُسْعِهِ مِنَ الْوَسَائِلِ الَّتِيْ تُعِيْنُهُ عَلَى الْاِسْتَيْقَاظِ لِصَلاَةِ الْفَجْرِ
Kemudian sepantasnya bagi seorang musafir apabila dia hendak tidur menyiapkan sesuatu yang akan membantunya untuk bangun mengerjakan shalat shubuh.
وَفِيْ زَمَنِنَا هَذَا أَصْبَحَتْ تِلْكَ الْوَسَائِلُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ مُتَيَسَّرَةً وَبِأَبْخَسِ الْأَثْمَانِ وَرَسُوْلُنَا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَحْتَاطُ لِذَلِكَ
Dan pada zaman kita ini sarana-sarana seperti itu walillahil hamdu suatu yang sudah sangat dimudahkan dengan harga yang sangat murah. Rasul kita juga telah memberi perhatian akan hal itu
فَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ قَفَلَ مِنْ غَزْوَةِ خَيْبَرَ سَارَ لَيْلَهُ حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْكَرَى عَرَّسَ وَقَالَ لِبِلَالٍ : «اكْلَأْ لَنَا اللَّيْلَ» ([ رواه مسلم (680)، وأبو داود(435)، وابن ماجه(697)، ومالك(25)])
Diriwayatkan dari Abu Hurairah beliau berkata: “Bahwa ketika Rasulullah mempersiapkan kafilah (balatentara) untuk Perang Khaibar, beliau melakukan perjalanan pada malam hari, dan apabila beliau merasa mengantuk berjaga-jaga, dan beliau berkata kepada Bilal : “Jagalah aku di malam ini”
وَعِنْدَ النَّسَائِيِّ وَأَحْمَدَ مِنْ رِوَايَةِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي سَفَرٍ لَهُ : مَنْ يَكْلَؤُنَا اللَّيْلَةَ لَا نَرْقُدَ عَنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ؟ قَالَ بِلَالٌ : أَنَا …الْحَدِيْثَ ([ [رواه النسائي (624)، وأحمد (16304)]]) .
Dalam riwayat An-Nasa’i dan Ahmad dari riwayat Jubair bin Muth’im radhiallahu ‘anhu, beliau berkata: “Bahwa Rasulullah berkata kepada Bilal dalam suatu safar: Siapa yang berjaga pada malam tadi sehingga kami tidak tertidur pada saat shalat shubuh? Berkata Bilal: saya…al-hadits.”
وَرَوَى قَتَادَةُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : «كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ فِي سَفَرٍ فَعَرَّسَ بِلَيْلٍ اضْطَجَعَ عَلَى يَمِينِهِ، وَإِذَا عَرَّسَ قُبَيْلَ الصُّبْحِ نَصَبَ ذِرَاعَهُ وَوَضَعَ رَأْسَهُ عَلَى كَفِّهِ» ([ [رواه مسلم (683)، وأحمد(22126)]]) .
Qatadah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan : “Apabila Rasulullah berada dalam suatu safar dan beliau hendak istirahat tidur pada malam harinya, maka beliau tidur terlentang menghadap kearah kanan, dan jika telah mendekati waktu shubuh beliau mengangkat lengannya dan meletakkan kepala beliau di atas kedua telapak tangannya.”