ADAB MASJID – KEUTAMAAN DUDUK DI MASJID

Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie

مِمَّا جَاءَ فِيْ فَضْلِ الْقُعُوْدِ فِيْ الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارِ الصَّلَاةِ، قَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (فَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فِي الصَّلَاةِ مَا كَانَتِ الصَّلَاةُ هِيَ تَحْبِسُهُ،

Hadits yang menjelaskan keutamaan duduk di masjid dan menunggu shalat adalah sabda Rasulullah “Apabila seseorang masuk ke dalam masjid, dia seperti berada dalam shalat selama shalat itu yang menyebabkan dia menunggu di masjid.

وَالْمَلَائِكَةُ يُصَلُّونَ عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِي مَجْلِسِهِ الَّذِي صَلَّى فِيهِ، يَقُولُونَ : اللهُمَّ ارْحَمْهُ، اللهُمَّ اغْفِرْ لَهُ، اللهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ، مَا لَمْ يُؤْذِ فِيهِ، مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيهِ) ([ .رواه البخاري (176)، ومسلم (649) واللفظ له، ورواه أحمد (7382)، والنسائي (733)، وأبو داود (559)، ومالك (382).]).

Dan para malaikat bershalawat atas salah seorang dari kalian selama berada di tempat duduknya yang di tempat itu dia melaksanakan shalat. Para malaikat berdo’a, “Ya Allah, rahmatilah dia, Ya Allah, ampunilah dia, dan terimalah taubatnya selama dia tidak mengganggu dan selama dia tidak berhadats.”

وَهَذَا مِنْ رَحْمَةِ اللهِ بِعِبَادِهِ وَجَزِيْلِ كَرَمِهِ أَنْ رَتَّبَ عَلَى جُلُوْسِهِمْ فِيْ الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارِ الصَّلَاةِ كَأَجْرِ الْمُصَلِّي.

Ini adalah rahmat dari Allah kepada hamba-Nya dan bukti betapa terlimpah kemuliaan-Nya. Dia menganugerahkan kepada orang yang duduk di masjid dan menunggu shalat seperti pahala orang yang sedang shalat.

ثُمَّ جَعَلَ مَلَائِكَتَهُ يَدْعُوْنَ لِمُنْتَظِرِ الصَّلَاةِ فِيْ الْمَسْجِدِ، بِالرَّحْمَةِ وَالْمَغْفِرَةِ وَالتَّوْبَةِ.

Kemudian Dia menjadikan para malaikat-Nya mendo’akan orang yang menunggu shalat di dalam masjid dengan rahmat, ampunan, dan taubat

وَلَكِنْ يَنْبَغِيْ أَنْ يَعْلَمْ، أَنَّ هَذَا الثَّوَابَ وَدُعَاءَ الْمَلَائِكَةِ لِمُنْتَظِرِ الصَّلَاةِ مُقَيَّدٌ بِأُمُوْرٍ :

Akan tetapi, patut diketahui bahwasanya pahala tersebut dan do’a dari para malaikat bagi orang yang menunggu shalat memilik beberapa syarat:

أولاً : أَنْ تَكُوْنَ الصَّلَاةُ هِيَ الَّتِيْ تَحْبِسُهُ عَنِ الذَّهَابِ إِلَى أَهْلِهِ أَوْ شُغْلِهِ.

Pertama : Shalat yang menyebabkan dia diam di masjid dan menunggu, shalat dan menghalanginya untuk pergi ke keluarganya atau pekerjaannya.

ثَانِياً : أَنَّ دُعَاءَ الْمَلَائِكَةِ لِمُنْتَظِرِ الصَّلَاةِ مَرْهُوْنٌ بِبَقَاءِ الْمُصَلِّي فِيْ مَوْضِعِهِ الَّذِيْ صَلَّى فِيْهِ،

Kedua : Do’a para malaikat dikaitkan dengan keberadaan orang tersebut di tempat dimana dia shalat di dalam masjid tersebut

وَفيْهِ وَجْهٌ آخَرُ : وَهُوَ أَنَّ دُعَاءَ الْمَلَائِكَةِ لِمُنْتَظِرِ الصَّلَاةِ يَشْمَلُ مَنْ كَانَ يَنْتَظِرُ الصَّلَاةَ فِيْ الْمَسْجِدِ، وَفِيْ مَوْضِعِهِ الَّذِيْ صَلَّى فِيْهِ. وَسِيَاقُ الْأَحَادِيْثِ يُقَوِّي الْأَوَّلَ .

Atau dengan kata lain, do’a para malaikat meliputi orang yang menunggu shalat di dalam masjid dan di tempat yang dimana dia melaksanakan shalat. Dan redaksi hadits menunjukkan yang pertama.

ثَالِثاً : أَنَّ ثَوَابَ مُنْتَظِرِ الصَّلَاةِ وَدُعَاءَ الْمَلَائِكَةِ لَهُ، يَنْتَفِيْ بِالْإِحْدَاثِ أَوِ الْإِيْذَاءِ،

Ketiga : Bahwasanya pahala orang yang menunggu shalat dan do’a dari para malaikat akan hilang karena hadats atau mengganggu.

فَالْإِيْذَاءُ أَيْ : يَحْصُلُ مِنْهُ أَذَى لِلْمَلَائِكَةِ أَوْ لِلْمُسْلِمِ بِالْفِعْلِ أَوِ الْقَوْلِ،

Mengganggu yakni terjadi darinya dengan mengganggu malaikat atau mengganggu saudaranya dengan perkataan atau perbuatannya.

قَالَهُ ابْنُ حَجَرٍ ([ . فتح الباري(4/400)]) وَالْإِحْدَاثُ أَيْ : أَنْ يَأْتِيَ مُنْتَظِرُ الصَّلَاةِ بِنَاقِضٍ مِنْ نَوَاقِضِ الْوُضُوْءِ.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Hajar. “Dan berhadats artinya adalah dia membatalkan wudhunya dengan hal-hal yang membatalkan wudhu.”

تَنْبِيْهٌ : يُفَرِّطُ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ بِالْوَقْتِ الْفَاضِلِ-وَقْتَ انْتِظَارِ الصَّلَاةِ (بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ)،

Hal yang harus diperhartikan. Banyak di antara manusia yang tidak menjaga waktu-waktu utama, di antaranya adalah waktu antara adzan dan iqamah.

فَتَجِدُهُمْ يُقَلِّبُوْنَ أَعْيُنَهُمْ فِيْ الْمُصَلِّيْنَ أَوِ التَّالِيْنَ، وَبَعْضُهُمْ يُرْسِلُ بَصَرَهُ وَعَقْلَهُ فِيْ تَأَمُّلِ نَقُوْشِ الْمَسْجِدِ وَعِمَارَتِهِ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ،

Sebagian mereka melihat kesana kemari memperhatikan orang-orang yang sedang shalat atau membaca Al Qur’an. Sebagian lain memandang dan memperhatikan hiasan yang berada dalam masjid dan bangunannya, dan lain sebagainya.

وَلَوْ أَنَّهُمْ اغْتَنِمُوْا هَذَا الْوَقْتَ الْفَاضِلَ بِقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ، أَوْ ذِكْرِ اللهِ، أَوِ الْاِجْتِهَادِ فِيْ الدُّعَاءِ لِأَنَّهُ وَقْتُ إِجَابَةٍ، لَكَانَ فِيْهِ خَيْرٌ كَثِيْرٌ.

Seandainya mereka menggunakan waktu utama Ini sebaik-baknya dengan membaca Al Qur’an, berdzikir kepada Allah, atau berdo’a dengan penuh kesungguhan, karena ini adalah masa-masa do’a yang dikabulkan oleh Allah, niscaya Ia akan mendapatkan kebaikan yang banyak.

تنبيه آخر: الْإِمَامَةُ فِيْ الصَّلَاةِ نَوْعٌ مِنَ الْوِلَايَةِ، فَيَجِبُ عَلَى الْإِمَامِ أَنْ يُرَفِّقَ بِالْمَأْمُوْمِيْنَ وَلَا يَشُقُّ عَلَيْهِمْ بِأَيِّ نَوْعٍ مِنْ أَنْوَاعِ الْمَشَقَّةِ.

Catatan lain : Imam dalam shalat merupakan bagian dari kepemimpinan. Oleh karena itu, seorang imam wajib menyayangi makmumnya dan tidak memberatkan mereka dengan apa pun.

فَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ ،

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, “Saya mendengar Rasulullah bersabda, “Ya Allah, siapa yang menjadi pemimpin umatku, lalu dia memberatkan mereka,

فَاشْقُقْ عَلَيْهِ ، وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ ، فَارْفُقْ بِهِ. ([ . رواه مسلم(1828)، وأحمد(24101)]) .

maka hancurkanlah dia. Dan siapa yang menjadi pemimpin umatku, lalu mereka mengasihi mereka, maka kasihilah dia.”

قال النووي : هَذَا مِنْ أَبْلَغِ الزَّوَاجِرِ عَنِ الْمَشَقَّةِ عَلَى النَّاسِ وَأَعْظَمِ الْحَثِّ عَلَى الرِّفْقِ بِهِمْ وَقَدْ تَظَاهَرَتِ الْأَحَادِيثُ بِهَذَا الْمَعْنَى. ([ . شرح صحيح مسلم. المجلد السادس(12/167-168)]).

An-Nawawi berkata, “Ini merupakan ancaman yang paling tepat dari memberatkan kepada manusia, dan sangat ditekankan untuk mengasihi mereka. Dan beberapa hadits secara jelas dengan makna ini.”

وَالْوَاقِعُ أَنَّ بَعْضَ الْأَئِمَّةِ وَفَقَهُمُ اللهُ يَشُقُّوْنَ عَلَى النَّاسِ مِنْ حَيْثُ يَشْعُرُوْنَ أَوْ لَا يَشْعُرُوْنَ،

Dan pada kenyataannya, sebagian imam shalat -semoga Allah memberi taufik kepada mereka- memberatkan makmumnya sadar atau tidak,

فَيُؤَخِّرُوْنَ إِقَامَةَ الصَّلَاةِ، وَيَحْبَسُوْنَ النَّاسَ عَنْ أَعْمَالِهِمْ وَقَضَاءِ حَوَائِجِهِمْ،

mereka membuat para makmum terlambat melaksanakan shalat, menahan mereka dari pekerjaan mereka, dan menunaikan kebutuhan mereka.

وَيُوَقِعُ الْمُصَلِّيَ الَّذِيْ لَهُ حَاجَةٌ لَا تُؤَخِرُ فِيْ الْحَرَجِ، هَلْ يُصَلِّيْ مُنْفَرِداً؟ أَوْ يَنْتَظِرُ هَذَا الْإِمَامَ؟ .

Dan bila orang hendak shalat memiliki suatu keperluan yang tidak boleh diakhirkan, apakah orang tersebut boleh melaksanakan shalat sendiri atau menunggu imam?

وَالْإِمَامُ الْمُوَفَّقُ مَنْ جَعَلَ لِجَمَاعَةِ الْمَسْجِدِ وَقْتاً مَعْلُوْماً ([ . وضعت الجهات المعنية بشئون المساجد وقتاً بين الأذان والإقامة يناسب حال كل صلاة، وهو كافٍ في التهيؤ للصلاة وحضور الجماعة للمسجد . ])، بِحَيْثُ لَوْ تَأَخَّرَ عَلَيْهِمْ لِأَمْرٍ عَارِضٍ أَقَامُوْا الصَّلَاةَ،

Seorang imam yang mendapatkan taufik adalah yang menjadikan waktu yang ditentukan bagi jama’ah masjidnya. Seandainya jika imam terlambat karena urusan mendesak, sedangkan mereka hendak melaksanakan shalat,

فَلَا يَشُقُّ عَلَيْهِمْ بِتَأَخُّرِهِ وَيَرْفَعُ عَنْهُمُ الْحَرَجُ. وَهَذَا مِنْ رِفْقِ الْإِمَامِ بِجَمَاعَةِ مَسْجِدِهِ وَحُسْنِ رِعَايَتِهِ لَهُمْ، وَاللهُ الْمَوْفِقُ .

maka imam tidak boleh menyusahkan mereka karena datang terlambat. Dan ini salah satu bukti kasih sayang seorang imam dan perhatiannya yang baik kepada jama’ahnya di masjid. Semoga Allah memberi taufik.

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *