Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
Seseorang dibolehkan membicarakan berbagai urusan dunia yang dihalalkan di dalam masjid dan tidak berdosa.
فَقَدْ فَعَلَهُ رَسُوْلُ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-، وَكَانَ أَصْحَابُهُ يَتَحَدَّثُوْنَ بِالْمَسْجِدِ وَهُوَ مَعَهُمْ وَيُقِرُّهُمْ عَلَى ذَلِكَ، وَهَذَا دَالٌ عَلَى جَوَازِهِ.
Rasulullah pun telah melakukan hal itu, dan para sahabat juga melakukannya dan Rasulullah berada bersama mereka dan beliau menetapkan hal itu pada mereka. Dan ini menunjukkan dibolehkannya melakukan hal itu.
فَعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ –رَضِيَ اللهُ عَنْهُ- قَالَ : «أُقِيمَتِ الصَّلاَةُ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُنَاجِي رَجُلًا فِي جَانِبِ المَسْجِدِ، فَمَا قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ حَتَّى نَامَ القَوْمُ» ([ . رواه البخاري(642) واللفظ له، ورواه مسلم(376)، وأحمد(11576)، والترمذي(518)، والنسائي(791)، وأبو داود(201)]).
Dari Anas bin Malik dia berkata, “Iqamah shalat telah dikumandangkan, dan Rasulullah berbicara dengan seorang lelaki di sudut masjid, dan beliau tidak melaksanakan shalat dan orang-orang menunggunya hingga mereka tertidur.”
وَعَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ، قَالَ : قُلْتُ لِجَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ: أَكُنْتَ تُجَالِسُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟
Dan dari Sammak bin Harb, dia berkata, “Aku berkata kepada Jabir bin Samurah, “Apakah engkau pernah duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?”
قَالَ: نَعَمْ كَثِيرًا، «كَانَ لَا يَقُومُ مِنْ مُصَلَّاهُ الَّذِي يُصَلِّي فِيهِ الصُّبْحَ
Dia mengatakan ia sering, beliau seringkali tidak bangun dari tempat dimana beliau shalat dan ketika itu shalat subuh
حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، فَإِذَا طَلَعَتْ قَامَ وَكَانُوا يَتَحَدَّثُونَ، فَيَأْخُذُونَ فِي أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ فَيَضْحَكُونَ وَيَتَبَسَّمُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» ([ . رواه مسلم(2322)، وأحمد(20333)، والنسائي(1358)]).
hingga matahari terbit, jika matahari telah terbit, beliau bangun dan mereka membicarakan dan menceritakan kisah-kisah mereka ketika jahiliyah, mereka tertawa dan Nabi pun tersenyum.
وَلَكِنْ يَنْبَغِيْ مُرَاعَاةُ عِدَةِ أُمُوْرٍ، عِنْدَ التَّحَدُّثِ فِيْ الْمَسْجِدِ فِيْمَا يَتَعَلَّقُ بِشُئُوْنِ الدُّنْيَا .
Akan tetapi, harus menjaga beberapa hal ketika membicarakan di masjid yang berkaitan dengan berbagai urusan dunia :
أولاً : أَنْ لَا يُشْغِلَ مَنْ حَوْلَهُ مِنَ الْمُصَلِّيْنَ أَوِ التَّالِيْنَ لِلْقُرْآنِ أَوِ الْمُشْتَغِلِيْنَ بِالْعِلْمِ.
Pertama : Jangan mengganggu terhadap orang-orang yang sedang shalat, orang-orang yang sedang membaca Al-Qur’an, atau orang-orang yang sedang mendengarkan pengajian di masjid
ثَانِياً : أَنْ لَا يُتَّخَذَ عَادَةً.
Kedua : Jangan dijadikan kebiasaan
ثَالِثاً : أَنْ يَجْتَنِبَ فِيْهِ الْأَقْوَالَ أَوِ اْلأَفْعَالَ الْمُحَرَّمَةَ.
Ketiga : Hindari pembicaraan atau perbuatan yang diharamkan
رَابِعاً : أَنْ يَكُوْنَ الْكَلاَمُ قَلِيْلاً لَا كَثِيْراً .
Keempat : pembicaraannya sedikit jangan terlalu banyak