ADA APA DIBULAN SYA’BAN? (Bagian 9)

TRADISI YANG KELIRU DI BULAN SYA’BAN

Oleh : Abu Ghozie As Sundawie
▬▬▬▬▬•◇◇•▬▬▬▬▬
Sesi 9
Ritual-ritual yang di lakukan pada bulan Sya’ban
_______

[3] Mengkhususkan shalat adan puasa pada malam Nisfu Sya’ban.

Sebagian orang beralasan dengan hadits palsu :

إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَقُومُوا لَيْلَهَا، وَصُومُوا نَهَارَهَا

Apabila berada pada malam Nisfu sya’ban maka shalatlah malam harinya dan puasalah siang harinya.
(HR Ibnu Majah : 1388).

:exclamation: *Hadits ini palsu* Sebagaimana penjelasan Al Bushiri bahwa didalam sanadnya ada Ibnu Abi Sabrah yang nama aslinya Abu Bakar bin ‘Abdullah bin Abi Sabrah.

*Imam Ahmad dan Imam Ibnu Ma’in menyatakan, “ia telah membuat hadits palsu”.*
(Zawaaid Ibnu Majah 2/10, lihat Bida’ Wa Akhtho’ Tata’alaqu Bil Ayyam Was Syuhur, hal. 352).

Maka dalam hal ini bukan masalah shalatnya atau puasanya yang tercela tapi *penetapan keutamaannya yang dilakukan pada malam nisfu sya’ban yang butuh kepada dalil khusus*, sementara dalil dalil dalam pengkhususan malam nisfu sya’ban untuk beribadah tertentu tidak ada yang shahih.

Seperti misalnya malam jum’at itu waktu yang utama akan tetapi Rasulullah shalallahu alaihi wasallam melarang mengkhususkannya unutk beribadah tertentu.

Beliau bersabda :

لاَ تَخْتَصُّوا لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ بِقِيَامٍ مِنْ بَيْنِ اللَّيَالِى وَلاَ تَخُصُّوا يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِصِيَامٍ مِنْ بَيْنِ الأَيَّامِ

“Janganlah mengkhususkan malam Jum’at dari malam lainnya untuk shalat. Dan janganlah mengkhususkan hari Jum’at dari hari lainnya untuk berpuasa.”
(HR. Muslim : 1144).

:triangular_flag_on_post: Didalam kaedah tentang bid’ah disebutkan

كُلُّ عِبَادَةٍ مُطْلَقَةٍ ثَبَتَتْ فِيْ الشَّرْعِ بِدَلِيْلٍ عَامٍ؛ فَإِنَّ تَقْيِيْدَ إِطْلَاقِ هَذِهِ الْعِبَادَةِ بِزَمَانٍ أَوْ مَكَانٍ مُعَيَّنٍ أَوْ نَحْوِهِمَا بِحَيْثُ يُوْهِمُ هَذَا التَّقْيِيْدَ أَنَّهُ مَقْصُوْدٌ شَرْعًا مِنْ غَيْرِ أَنْ يَدُلَّ الدَّلِيْلُ الْعَامُ عَلَى هَذَا التَّقْيِيْدِ فَهُوَ بِدْعَةٌ

“Setiap ibadah mutlak yang disyari’atkan berdasarkan dalil umum, maka pengkhususan yang umum tadi dengan waktu atau tempat yang khusus atau pengkhususan lainnya, dianggap bahwa pengkhususan tadi ada dalam syari’at namun sebenarnya tidak ditunjukkan dalam dalil yang umum, maka pengkhususan tersebut adalah bid’ah.”
(Qawa’id Ma’rifatil Bida’, hal. 116).

Adapun Hadits Abu Musa Al Asy’ari, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِى لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

“Sesungguhnya Allah akan menampakkan (turun) di malam Nishfu Sya’ban kemudian mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik atau orang yang bermusuhan dengan saudaranya.”
(HR. Ibnu Majah : 1390, dishahihkan oleh syaikh Al Albani rahimahullah, lihat As Silsilah As Shahihah : 1144, Shahihul Jaami’ : 1819).

Hadits ini menunjukan bahwa diantara sebab meraih keutamaan malam Nishfu Sya’ban yaitu ampunan Allah Ta’ala, dengan menjauhi permusuhan, kedengkian, hasad, bersihkan hati, cintailah saudaranya dari kaum muslimin.

Hadits ini tidak bisa dijadikan dalil bolehnya mengkhususkan ibadah tertentu di malam Nisfu Sya’ban.

Dalam masalah ini Ibnu Hajar Al Haitami As Syafi’I rahimahullah berkata :

وأما الصَّلَاةِ الْمَخْصُوصَةِ لَيْلَتهَا  ليلة النصف  وَقَدْ عَلِمْت أَنَّهَا بِدْعَةٌ قَبِيحَةٌ مَذْمُومَةٌ يُمْنَعُ مِنْهَا فَاعِلُهَا، وَإِنْ جَاءَ أَنَّ التَّابِعِينَ مِنْ أَهْلِ الشَّامِ كَمَكْحُولٍ وَخَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ وَلُقْمَانَ وَغَيْرِهِمْ يُعَظِّمُونَهَا وَيَجْتَهِدُونَ فِيهَا بِالْعِبَادَةِ، وَعَنْهُمْ أَخَذَ النَّاسُ مَا ابْتَدَعُوهُ فِيهَا وَلَمْ يَسْتَنِدُوا فِي ذَلِكَ لِدَلِيلٍ صَحِيحٍ وَمِنْ ثَمَّ قِيلَ أَنَّهُمْ إنَّمَا اسْتَنَدُوا بِآثَارٍ إسْرَائِيلِيَّةٍ وَمِنْ ثَمَّ أَنْكَرَ ذَلِكَ عَلَيْهِمْ أَكْثَرُ عُلَمَاء الْحِجَازِ كَعَطَاءٍ وَابْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ وَفُقَهَاء الْمَدِينَة وَهُوَ قَوْلُ أَصْحَابِ الشَّافِعِيِّ وَمَالِكٍ وَغَيْرِهِمْ قَالُوا: وَذَلِكَ كُلُّهُ بِدْعَةٌ؛ إذْ لَمْ يَثْبُت فِيهَا شَيْءٌ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا عَنْ أَحَدٍ مِنْ أَصْحَابِهِ

“Adapun mengkhususkan shalat tertentu pada malam Nishfu Sya’ban sebagaimana telah diketahui bahwasanya ia adalah bid’ah yang buruk lagi tercela, dilarang untuk melakukannya, walaupun ada diantara para tabi’in dari negeri syam seperti Makhul, Khalid bin Ma’dan, dan Luqman dll mengagungkan malam Nisfu Sya’ban dan bersungguh-sungguh beribadah padanya, dari merekalah manusia mengambil alasan mereka untuk melakukan bid’ah mereka pada malam tersebut, sementara tidak ada dalil dari sanalah dikatakan kalau sandaran mereka berasal dari riwayat israiliyat (cerita dari ahlil kitab).

Sehingga karena itupula lah para ulama hijaz seperti ‘atho, ibnu mulaikah, dan para ulama ahli fikih Madinah, demikian juga perkataan para pengikut madzhab Syafi’i, Malik dan yang selain mereka mengingkarinya, mereka mengatakan bahwa semua itu adalah bid’ah karena tidak ada dalil yang shahih datang dari Nabi shalallahu alaihi wasallam atau seorang pun dari para sahabat Rasulullah shalallahu alaihi wasallam”.
(Al Fatawa Al Fiqhiyyah Al Kubra 2/80)

InsyaAllah bersambung ke sesi 10
______

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *