HEMAT ENERGI DIMALAM HARI RAMADHAN

Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie

 

عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ صُمْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يُصَلِّ بِنَا حَتَّى بَقِيَ سَبْعٌ مِنْ الشَّهْرِ فَقَامَ بِنَا حَتَّى ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ ثُمَّ لَمْ يَقُمْ بِنَا فِي السَّادِسَةِ وَقَامَ بِنَا فِي الْخَامِسَةِ حَتَّى ذَهَبَ شَطْرُ اللَّيْلِ فَقُلْنَا لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ نَفَّلْتَنَا بَقِيَّةَ لَيْلَتِنَا هَذِهِ فَقَالَ إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ ثُمَّ لَمْ يُصَلِّ بِنَا حَتَّى بَقِيَ ثَلَاثٌ مِنْ الشَّهْرِ وَصَلَّى بِنَا فِي الثَّالِثَةِ وَدَعَا أَهْلَهُ وَنِسَاءَهُ فَقَامَ بِنَا حَتَّى تَخَوَّفْنَا الْفَلَاحَ قُلْتُ لَهُ وَمَا الْفَلَاحُ قَالَ السُّحُورُ

Dari Abu Dzar, ia berkata, “Kami puasa bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam , dan beliau tidak shalat tarawih bersama kami hingga tinggal sisa tujuh hari dari bulan Ramadhan. Kemudian beliau tarawih bersama kami sampai menghabiskan sepertiga malam. Beliau tidak shalat tarawih bersama kami pada malam keenam, dan malam kelima beliau shalat tarawih bersama kami sampai separo malam. Kami lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana bila engkau habiskan sisa malam ini untuk mengerjakan tarawih bersama kami?’ Beliau bersabda, “Barangsiapa yang shalat tarawih bersama imam hingga imam selesai maka dicatat baginya shalat semalam suntuk. Kemudian beliau tidak shalat bersama kami hingga tinggal sisa tiga malam dari bulan Ramadhan. Pada malam ketiga beliau shalat bersama kami dan mengajak keluarga serta istri-istri beliau. Beliau shalat tarawih bersama kami sampai kami khawatir tiba saat falah” Aku bertanya kepadanya, “Apakah falah itu? Ia menjawab, “Sahur.” (HR Tirmidzi : 806, Ibnu Majah : 1327, Abu Dawud : 1375, An Nassai : 1364)

PELAJARAN DARI HADITS :

[1] Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang pertama kali mencontohkan shalat tarawih bersama para sahabatnya secara berjamaah dan bukan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, walaupun beliau shalallahu ‘alaihi wasallam melakukannya hanya beberapa malam. Hal ini karena beliau khawatir kalau tarawih akan diwajibkan oleh Allah Ta’ala sehingga memberatkan kepada umatnya.

Ketika pada malam berikutnya beliau ditunggu para sahabatnya untuk tarawih di masjid dan ternyata beliau tidak keluar untuk shalat, lalu esok harinya beliau menyatakan alasannya :

«رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ فَلَمْ يَمْنَعنِي مِنْ الْخُرُوجِ إلَيْكُمْ إلَّا أَنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْتَرَضَ عَلَيْكُمْ»

“Aku tahu apa yang kalian lakukan semalam dan tidak ada yang menghalangiku untuk shalat tarawih bersama kalian kecuali aku khawatir tarawih ini akan diwajibkan kepada kalian” (HR Bukhari : 2012).

[2] Para sahabat adalah kaum yang sangat bersemangat beribadah, sehingga ketika ada sisa waktu separuh malam untuk shalat, mereka masih mengajak shalat kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam untuk menghabiskan malam seluruhnya dengan shalat tarawih.

[3] Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam betapa sayangnya kepada umatnya, khawatir kewajiban yang berat menimpa umatnya, sehingga beliau tidak merutinkan shalat tarawih berjamaah di masjid.

[4] Perkataan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam kepada para sahabatnya yang ingin meneruskan shalat malam sampai subuh padahal mereka sudah shalat tarawih bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam :

إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ

“Barangsiapa yang shalat tarawih bersama imam hingga imam selesai maka dicatat baginya shalat semalam suntuk”.

Hal ini menunjukan bahwa yang sudah tarawih bersama imam tidak perlu untuk shalat malam lagi di rumah, akan tetapi kalau ia mau mengisinya dengan ibadah yang lain maka hal itu adalah baik, misalnya dengan membaca Al Qur’an atau berdzikir dan berdo’a, sebagai bentuk menghemat energi untuk persiapan nanti di sepuluh malam yang akhir di bulan ramadhan.

[5] Waktu tarawih yang dilakukan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bervariatif pernah beliau tarawih sampai sepertiga malam, pernah sampai separuh malam, bahkan pernah sampai menjelang waktu sahur.

[6] Terkadang beliau shalallahu ‘alaihi wasallam mengajak keluarganya ke masjid untuk shalat tarawih, hal ini menunjukan bagi kaum wanita di bolehkan keluar rumah untuk berjamaah shalat tarawih dengan syarat aman dari fitnah.

[7] Tidak terlarang bagi yang sudah tarawih bersama imam untuk menambah shalat malamnya di rumah akan tetapi dengan catatan tidak melakukan witir dua kali apabila sudah witir bersama imamnya.

Rasulullah shalalahu alaihi wasallam bersabda :

لَا وِتْرَانِ فِى لَيْلَةٍ

“Tidak boleh ada dua witir dalam satu malam.” (HR. Abu Daud : 1441, Nasai : 1679 dan disahihkan Syu’aib al-Arnauth)

Dalam Fatwa Lajnah Daimah disebutkan :

“Jika Anda shalat tarawih bersama imam maka yang lebih utama adalah melakukan witir bersama imam, agar mendapatkan pahala sempurna, sebagaimana disebutkan dalam hadis, ‘Barang siapa yang ikut shalat tarawih berjemaah bersama imam sampai selesai maka untuknya itu dicatat seperti shalat semalam suntuk.’ (HR. Abu Daud dan Turmudzi). Jika Anda bangun di akhir malam dan ingin menambah shalat maka silakan shalat sesuai keinginan, namun tanpa witir, karena tidak ada dua kali witir dalam semalam.” (Fatwa Lajnah Daimah, 6/45).

Wallahu waliyyut Taufiq.

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *