ADAB MEMBACA AL QUR’AN – BOLEH MEMBACA AL QUR’AN SAMBIL BERDIRI, BERJALAN, TIDURAN, ATAUPUN BERKENDARAAN

Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie

Dasar hukum dari semua itu adalah Firman Allah subhanahu wa Ta’ala  “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring..”

وَقَوْلُهُ تَعَالَى : {لِتَسْتَوُوا عَلَى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ} [الزخرف : 13]

Juga Firman-Nya, “Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya. dan supaya kamu mengucapkan: “Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan Kami”

وَالسُّنَّةُ جَاءَتْ بِهَذَا كُلِّهِ، فَمِنْ حَدِيْثِ عَبْدِ اللهِ بْنِ مُغَفَّلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ : (رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ وَهُوَ يَقْرَأُ عَلَى رَاحِلَتِهِ سُورَةَ الفَتْحِ) 

Dan As-Sunnah menjelaskan ini semua. Dari Abdullah bin Mughafal rahimahullah dia berkata, “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada hari Penaklukan Makkah, beliau membaca surat Al-Fath di atas kendaraannya.”  

وَمِنْ حَدِيْثِ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : كَانَ يَتَّكِئُ فِي حَجْرِي وَأَنَا حَائِضٌ، ثُمَّ يَقْرَأُ القُرْآنَ  . أَمَّا الْمَاشِيُّ فَإِنَّهُ يُقَاسُ عَلَى الرَّاكِبِ وَلَا فَرْقَ

Juga hadits ‘Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha, dia berkata, “Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah tiduran di pangkuanku dan aku sedang haid, beliau membaca Al-Qur’an.” Adapun membaca Al-Qur’an sambil berjalan, hal ini dianalogikan dengan berkendaraan. Tidak ada perbedaan.

فَائِدَةٌ : فِيْ حَدِيْثِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا دَلِيْلٌ عَلَى جَوَازِ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ فِيْ حِجْرِ الْحَائِضِ وَالنُّفَسَاءِ. وَالْمُرَادُ بِالْاِتِّكَاءِ هُنَا : وَضْعُ الرَّأْسِ فِيْ الْحِجْرِ.

Faidah : Pada hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ada petunjuk bolehnya membaca Al Qur’an di pangkuan seorang istri yang sedang haid atau nifas. Dan yang dimaksud dengan “al-ittika” yaitu ‘bersandar’ di sini adalah meletakkan kepala di atas pangkuan.

قال ابن حجر: وَفِيهِ جَوَازُ الْقِرَاءَةِ بِقُرْبِ مَحَلِّ النَّجَاسَةِ قَالَهُ النَّوَوِيُّ

Ibnu Hajar berkata, “Pada hadits ini ada isyarat bolehnya membaca Al-Qur’an di dekat tempat yang di sana ada najisnya. Hal ini dikatakan oleh Imam An-Nawawi.”

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *