Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
فِيْ إِحْدَى رِوَايَاتِ حَدِيْثِ عُمَرَ بْنِ أَبِيْ سَلَمَةَ، أَنَّهُ قَالَ أَكَلْتُ يَوْمًا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَعَلْتُ آخُذُ مِنْ لَحْمٍ حَوْلَ الصَّحْفَةِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «كُلْ مِمَّا يَلِيكَ» ([ . مسلم (2022) وسبق تخريجه .]) .
Dalam salah satu riwayat hadits Umar bin Abi Salamah, bahwasanya dia berkata, “Suatu hari aku makan bersama Rasulullah dan tanganku mengambil daging sekitar piring. Maka, Rasulullah bersabda (makanlah yang terdekat denganmu).”
وَعِلَّةُ النَّهِيْ فِيْ ذَلِكَ لِأَنَّ الْأَكْلَ مِنْ مَوْضِعِ أَيْدِي النَّاسِ فِيْهِ سُوْءُ أَدَبٍ، وَقَدْ يَتَقَذَّرُ اْلآكِلِيْنَ مِنْ هَذَا الْفِعْلِ وَهُوَ الْغَالِبُ.
Alasan larangan itu karena makan di tempat tangan-tangan orang lain bukanlah adab yang baik. Karena kadang orang lain merasa jijik dengan perilaku ini dan umumnya memang demikian
لَكِنْ قَدْ يَعْتَرِضُ عَلَيْنَا مُعْتَرِضٌ فَيَقُوْلُ : مَا تَقُوْلُوْنَ فِيْ حَدِيْثِ أَنَسٍ قَالَ : أَنَّ خَيَّاطًا دَعَا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِطَعَامٍ صَنَعَهُ،
Akan tetapi, mungkin ada yang membantah hal ini dengan mengatakan : Apa komentar kalian mengenai hadits Anas, dia berkata “Sesungguhnya ada seorang penjahit yang mengundang Nabi untuk makan masakannya.
فَذَهَبْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَرَّبَ خُبْزَ شَعِيرٍ، وَمَرَقًا فِيهِ دُبَّاءٌ وَقَدِيدٌ، «رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَتَبَّعُ الدُّبَّاءَ مِنْ حَوَالَيِ القَصْعَةِ» ([ . البخاري(5436) واللفظ له، مسلم(2041)، أحمد(12219)، الترمذي(1850)، أبو داود(3782)، مالك(1161)، الدارمي(2050) . والدباء هو القرع، وجاء مصرحاً به في رواية أحمد.قال: ( قُدمت إلى النبي صلى الله عليه وسلم قصعةٌ فيها قرع، قال: وكان يعجبه القرع، قال: فجعل يلتمس القرع بأصبعه أو قال بأصابعه ) . والقديد : هو اللحم المملح المجفف بالشمس .]) .
Lalu aku pergi bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dia menghidangkan roti yang terbuat dari gandum dan sayur yang di dalamnya terdapat dubba’ (sejenis labu) dan Qadid (dendeng), aku melihat Nabi mencari dubba’ dari tepi bejana.”
وَالْجَوَابُ عَنْ هَذَا الْاِعْتِرَاضِ أَنَّهُ لَا تَعَارَضُ بَيْنَ الْحَدِيْثَيْنِ، وَنَقُوْلُ : مَا قَالَهُ ابْنُ عَبْدِ اْلْبَرِّ :
Jawabannya adalah tidak ada kontradiksi dari kedua hadits ini, dan kami sampaikan apa yang dikatakan oleh Ibnu Abdil Barr,
أَنَّ الْمَرَقَ وَالْإِدَامَ وَسَائِرَ الطَّعَامِ إِذَا كَانَ فِيهِ نَوْعَانِ أَوْ أَنْوَاعٌ فَلَا بَأْسَ أَنْ تَجَوَّلَ الْيَدُ فِيهِ لِلتَّخَيُّرِ مِمَّا وُضِعَ فِي الْمَائِدَةِ …
“Sesungguhnya sayur dan lauk pauk serta semua makanan, apabila ada dua macam atau beberapa macam, maka tidak mengapa mengambil yang itu dan ini (yang bukan di hadapan kita), untuk memilih makanan yang dihidangkan.”
ثُمَّ قَالَ مًعَلَّقاً عَلَى قَوْلِهِ : وَكُلْ مِمَّا يَلِيْكَ : وَإِنَّمَا أَمَرَهُ أَنْ يَأْكُلَ مِمَّا يَلِيهِ
Kemudian dia berkata mengomentari hadits “Makanlah yang terdekat denganmu”, hanya saja perintah beliau untuk memakan apa yang di hadapan kita,
لِأَنَّ الطَّعَامَ كُلَّهُ كَانَ نَوْعًا وَاحِدًا وَاللَّهُ أَعْلَمُ كَذَلِكَ فَسَّرَهُ أَهْلُ الْعِلْمِ ([ . التمهيد (1/277)]) . وَبِهَذَا يَتَّضِحُ الْجَمْعُ بَيْنَ الْحَدِيْثَيْنِ وَاللَّهُ الْمُوَفِقُ.
karena makanan ketika itu semuanya satu jenis. Wallahu a’lam. Sebagaimana yang ditafsirkan oleh para ulama.” Dengan begitu jelas pengkompromian antara dua hadits ini. Semoga Allah memberi kita taufiq.