ADAB MASJID – BERJALAN KE MASJID DENGAN KHUSYUK DAN TENANG

Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie

يُسْتَحَبُّ لِلْمَاشِيِّ إِلَى الصَّلَاةِ أَنْ يَكُوْنَ مَشْيُهُ إِلَيْهَا فِيْ خُشُوْعٍ وَسُكُوْنٍ وَطُمَأْنِيْنَةٍ لِأَنَّ مَنْ قَدَمَ إِلَى الصَّلَاةِ وَهُوَ مُطْمَئِنٌّ فِيْ مَشْيِهِ كَانَ ذَلِكَ أَدْعَى لِخُشُوْعِهِ فِيْ صَلَاتِهِ وَإِقْبَالِهِ عَلَيْهَا

Dianjurkan bagi orang yang pergi ke masjid untuk berjalan dengan tenang dan khusyuk. Karena itu akan membuatnya lebih konsentrasi ketika shalat dan menghadirkan hati ketika menghadap Allah.

وَعَكْسُهُ مَنْ جَاءَ إِلَيْهَا مُسْرِعًا مُسْتَعْجِلاً فَإِنَّهُ يَدْخُلُ فِيْ صَلَاتِهِ وَهُوَ مُشَتِّتُ الْفِكْرِ وَالذِّهْنِ.

Dan sebaliknya, orang yang tergesa-gesa datang ke masjid, fikirannya akan tidak tenang dan tidak khusyuk.

وَلَقَدْ نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمَّتَهُ أَنْ يَسْعَوْا إِلَى صَلَاتِهِمْ حَتَّى وَلَوْ أُقِيْمَتِ الصَّلَاةُ.

Nabi melarang umatnya datang ke masjid dengan berlari meskipun sudah iqamah shalat.

فَعَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ نُصَلِّي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ سَمِعَ جَلَبَةَ رِجَالٍ، فَلَمَّا صَلَّى قَالَ: «مَا شَأْنُكُمْ؟»

Dari Abu Qatadah dia berkata, “Ketika kami sedang shalat bersama Nabi terdengar suara gerakan dan keterburuan beberapa lelaki yang tergesa-gesa untuk shalat. Setelah shalat selesai, Rasulullah bertanya, “Ada apa dengan kalian? ‘

قَالُوا: اسْتَعْجَلْنَا إِلَى الصَّلاَةِ؟ قَالَ: «فَلاَ تَفْعَلُوا إِذَا أَتَيْتُمُ الصَّلاَةَ فَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ، فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا» ([ .رواه البخاري (635)، ومسلم (603)، وأحمد(22102)، والدارمي(1283)]).

Mereka menjawab, “Kami buru-buru ya Rasulullah.” Rasulullah bersabda, “Jangan lakukan itu. Jika kalian mendatangi masjid, kalian harus tenang, yang kalian dapatkan, maka ikutlah shalat, dan yang tertinggal, maka sempurnakanlah’.”

وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : «إِذَا أُقِيمَتِ الصَّلاَةُ فَلاَ تَأْتُوهَا تَسْعَوْنَ وَأْتُوهَا تَمْشُونَ وَعَلَيْكُمُ السَّكِينَةُ فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا» ([ . رواه البخاري (908)، ومسلم (602)، وأحمد (7606)، والترمذي (327)، وأبو داود (572)، وابن ماجة (775) ]).

Dari Abu Hurairah ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah bersabda, “Jika sudah iqamah shalat, janganlah kalian mendatanginya dengan berlari, datanglah dengan berjalan dan tenang. Apa yang kalian dapatkan, maka ikutlah shalat dan yang tertinggal, maka sempurnakanlah.”

وَالْمُتَأَمِّلُ فِيْ الْحَدِيْثَيْنِ يَجِدُ أَنَّ حَدِيْثَ أَبِيْ قَتَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ جَاءَ بِلَفْظِ : (إِذَا أَتَيْتُمُ الصَّلَاةَ) وَحَدِيْثَ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ بِلَفْظِ : (إِذَا أُقِيمَتِ الصَّلاَةُ). فَهَلْ بَيْنَهُمَا تَعَارُضٌ ؟

Orang yang memperhatikan dua hadits ini akan menemukan bahwa pada hadits Abu Qatadah diriwayatkan dengan lafazh jika kalian menghadiri shalat. Dan pada hadits Abu Hurairah dengan lafazh jika sudah iqamah shalat. Apakah antara keduanya ada kontradiksi?

وَالْجَوَابُ عَنْ ذَلِكَ أَنْ يُقَالَ : إِنَّ قُدُوْمَ الْمُصَلِّي إِلَى الْمَسْجِدِ يَجِبُ أَنْ يَكُوْنَ فِيْ خُشُوْعٍ وَسَكِيْنَةٍ سَوَاءً أُقِيْمَتِ الصَّلَاةُ أَوْ لَمْ تُقَمْ.

Jawaban : Sesungguhnya hadirnya orang yang hendak shalat ke masjid wajib dengan tenang dan khusyuk, baik sudah iqamah shalat dan belum.

وَقَوْلُهَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (إِذَا أُقِيْمَتِ الصَّلَاةُ) فِيْهِ بَيَانٌ لِلْأَمْرِ الَّذِيْ يَحْمِلُ النَّاسُ غَالِباً عَلَى السَّعْيِ إِلَى الصَّلَاةِ . فَبَانَ بِذَلِكَ أَنْ لَا تَعَارَضَ بَيْنَ اللَّفْظَيْنِ، وَاللهُ أَعْلَمُ.

Dan sabda Rasulullah apabila sudah iqamah shalat, ini untuk menjelaskan perintah yang kadang membuat orang berlari menuju masjid. Dan jelaslah bahwa tidak ada kontradiksi antara dua hadits ini. Wallahu a’lam.

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *