BOLEH MEMBACA AL QURAN SAMBIL TIDURAN

Ustadz Abu Ghozie As Sundawie Hafidzhahullahu Ta’ala

Syaikh Fu’ad bin Abdul Aziz As Syalhub mengatakan :

وَالْأَصْلُ فِيْ ذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى : {الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ}الآية . وَقَوْلُهُ تَعَالَى :{لِتَسْتَوُوا عَلَى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ} .

Dalil atas hal tersebut adalah Firman Allah Ta’ala, “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring..” (QS Ali Imran : 191)

Juga Firman Nya, “Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat ni’mat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya. dan supaya kamu mengucapkan: “Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan Kami” (QS Az Zukhruf : 13)

وَالسُّنَّةُ جَاءَتْ بِهَذَا كُلِّهِ، فَمِنْ حَدِيْثِ عَبْدِ اللهِ بْنِ مُغَفَّلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ : رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ وَهُوَ يَقْرَأُ عَلَى رَاحِلَتِهِ سُورَةَ الفَتْحِ

Dan As-Sunnah menjelaskan ini semua. Dari Abdullah bin Mughafal radhiyallahu anhu dia berkata, “Aku melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pada hari Penaklukan Makkah, beliau membaca surat Al-Fath di atas kendaraannya.” (Muttafaq Alaih)

وَمِنْ حَدِيْثِ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : كَانَ يَتَّكِئُ فِي حَجْرِي وَأَنَا حَائِضٌ، ثُمَّ يَقْرَأُ القُرْآنَ أَمَّا الْمَاشِيُّ فَإِنَّهُ يُقَاسُ عَلَى الرَّاكِبِ وَلَا فَرْقَ .

Juga hadits Aisyah Ummul Mukminin Radhiyallahu Anha, dia berkata, “Bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah tiduran di pangkuanku dan aku sedang haid, beliau membaca Al-Qur an.” (Muttafaq Alaih) Adapun membaca Al-Qur’ an sambil berjalan, hal ini dianalogikan dengan berkendaraan. Tidak ada perbedaan.

PELAJARAN :

فِيْ حَدِيْثِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا دَلِيْلٌ عَلَى جَوَازِ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ فِيْ حِجْرِ الْحَائِضِ وَالنُّفَسَاءِ. وَالْمُرَادُ بِالْاِتِّكَاءِ هُنَا : وَضْعُ الرَّأْسِ فِيْ الْحِجْرِ.

Pada hadits Aisyah Radhiyallahu Anha ada petunjuk bolehnya membaca Al-Qur’ an di pangkuan seorang istri yang sedang haid atau nifas. Dan yang dimaksud dengan al-ittika (bersandar) di sini adalah meletakkan kepala di atas pangkuan.

قال ابن حجر: وَفِيهِ جَوَازُ الْقِرَاءَةِ بِقُرْبِ مَحَلِّ النَّجَاسَةِ قَالَهُ النَّوَوِيُّ

Ibnu Hajar berkata, “Pada hadits ini ada isyarat bolehnya membaca Al-Qur’an di dekat tempat yang di sana ada najisnya. Hal ini dikatakan oleh Imam An-Nawawi.” (Fathul Bari 1/479)

(Dinukil dari Kitabul Adab, hal. 15)

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *