HADIAH NATAL

Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie

Jika diberi hadiah dari orang kafir pada perayaan mereka, maka hukum asalnya dibolehkan menerima hadiah dari orang kafir sebagai bentuk melembutkan hati mereka dan harapan agar mereka tertarik pada Islam.

Oleh karenanya Nabi k biasa menerima hadiyah dari orangn kafir.

Dan hal ini termasuk pemberian hadiah dari orang kafir dalam rangka hari besar agama mereka, namun dengan syarat tentunya tidak boleh menerima pemberian hadiah berupa sembelihan, atau berupa syi’ar mereka seperti hadiah lilin, hadiah pohon natal atau hadiah aksesori syiar – syiar perayaan mereka lainnya.

Hukum ini akan berbeda jika sebaliknya orang Islam yang memberi hadiah kepada orang kafir pada perayaan hari besar mereka maka hukumnya haram karena hal ini menunjukan setuju atas kebathilan dan kekufuran mereka, dan sebagai bentuk tolong menolong dalam kekufuran bahkan ada ulama yang sampai menghukuminya kafir.

Dalam masalah ini , Syaikhul-Islaam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

وَأَمَّا قَبُوْلِ الْهَدِيَّةِ مِنْهُمْ يَوْمَ عِيْدِهِمْ فَقَدْ قدمنا عن علي بن أبي طالب رضي الله عنه أنه أتي بهدية النيروز فقبلها

“Adapun menerima hadiah dari mereka (orang kafir) saat perayaan hari raya mereka, telah kami tunjukkan (kebolehannya) berdasarkan atsar dari ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu bahwa ia pernah diberi hadiah perayaan Nairuuz, lalu ia pun menerimanya.

وروى ابن أبي شيبة في المصنف حدثنا جرير عن قابوس عن أبيه أن امرأة سألت عائشة قالت إن لنا أظآرا من المجوس وإنه يكون لهم العيد فيهدون لنا فقالت أما ما ذبح لذلك اليوم فلا تأكلوا ولكن كلوا من أشجارهم

Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dalam Al-Mushannaf : Telah menceritakan kepada kami Jariir, dari Qaabuus, dari ayahnya : Bahwasannya ada seorang wanita bertanya kepada ‘Aaisyah, ia berkata : ‘Sesungguhnya kami mempunyai ibu-ibu susu dari kalangan Majusi. Saat hari raya, mereka memberi hadiah kami’. ‘Aaisyah berkata : ‘Adapun hadiah berupa daging yang disembelih untuk hari raya tersebut, jangan engkau makan. Akan tetapi makanlah yang berasal dari (hasil) pepohonan mereka’.

وقال حدثنا وكيع عن الحكم بن حكيم عن أمه عن أبي برزة أنه كان له سكان مجوس فكانوا يهدون له في النيروز والمهرجان فكان يقول لأهله ما كان من فاكهة فكلوه وما كان من غير ذلك فردوه

Dan ia (Ibnu Abi Syaibah) berkata : Telah menceritakan kepada kami Wakii’, dari Al-Hakam bin Hakiim, dari ibunya, dari Abu Barzah : Bahwasannya ia dulu mempunyai pemondok orang Majusi. Mereka dulu biasa memberi hadiah kepadanya saat perayaan Nairuuz dan Mahrajaan. Abu Barzah berkata kepada keluarganya : ‘Semua hadiah yang berupa buah-buahan, makanlah. Namun yang selain itu (yaitu daging sembelihan), tolaklah’.

فهذا كله يدل على أنه لا تأثير للعيد في المنع من قبول هديتهم بل حكمها في العيد وغيره سواء لأنه لَيْسَ فِيْ ذَلِكَ إِعَانَةٌ لَهُمْ عَلَى شَعَائِرِ كُفْرِهِمْ

Semua ini menunjukkan hari raya (orang kafir) tidak menyebabkan pelarangan menerima hadiah mereka. Hukum menerima hadiah saat hari raya dan selainnya adalah sama (yaitu boleh), karena tidak ada dalam perkara tersebut perbuatan membantu pelaksanaan syiar-syiar kekufuran mereka” [Iqtidlaa’ Ash-Shiraathil-Mustaqiim, 1/250-251

Wallahu’alam bishawaab

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *