Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
Hal ini sebagaimana dalam Firman Allah Ta’ala :
هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِن لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاء
“Di sanalah Zakaria mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”.” (QS Al-Imran : 38)
Dan Allah Ta’ala juga berfirman tentang Nabi Zakaria ‘Alaihis Salam :
قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْباً وَلَمْ أَكُن بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيّاً وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِن وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِراً فَهَبْ لِي مِن لَّدُنكَ وَلِيّاً
“Ia berkata: “Wahai Rabbku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang wali,” (QS Maryan : 4-5)
Ash-Shanqiti rahimahullah berkata dalam Adwaul-Bayan :
وَقَوْلُهُ تَعَالَى فِي هَذِهِ الْآيَةِ الْكَرِيمَةِ: فَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا، يَعْنِي بِهَذَا الْوَلِيِّ الْوَلَدَ خَاصَّةً دُونَ غَيْرِهِ مِنَ الْأَوْلِيَاءِ، بِدَلِيلِ قَوْلِهِ تَعَالَى فِي الْقِصَّةِ نَفْسِهَا هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً الْآيَةَ (ال عمران : 38)
“Firman Allah dalan ayat yang mulia ini ‘Anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang wali’ – apa yang dimaksud dengan wali di sini adalah putera secara spesifik dan bukan wali dalam bentuk lain (orang shalih). Hal ini berdasarkan dalil yang dalam firman Allah berkenaan dengan kisah yang sama: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”. (QS Al-Imran : 38)
وَأَشَارَ إِلَى أَنَّهُ الْوَلَدُ أَيْضًا بِقَوْلِهِ: وَزَكَرِيَّا إِذْ نَادَى رَبَّهُ رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ ، فَقَوْلُهُ «لَا تَذَرْنِي فَرَدًا» ، أَيْ: وَاحِدًا بِلَا وَلَدٍ.
Allah juga menunjukkan bahwa apa yang dimaksud (dengan kata wali yakni orang shalih) adalah seorang anak dengan firman-Nya: “Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: “Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik.” (QS Al-Anbiya : 89)“Janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri” maksudnya: “Sendiri tanpa seorang anak” (Adhwa-ul Bayan, Ash-Shanqiti 3/365).
Demikianlah bahwa Anak adalah aset berharga bagi kedua orangtuanya, bukan hanya aset dunia tapi juga aset kehidupan akherat, maka tunggu apalagi, marilah berlomba untuk memperbanyak anak keturunan, dan mendidiknya untuk menjadi anak – anak yang shalih.
Wallahu a’lam.