Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
اخْتَلَفَ الْعُلَمَاءُ فِيْ حُكْمِ الشُّرْبِ قَائِماً، وَيَعُوْدُ اخْتِلَافُهُمْ فِيْهِ إِلَى وُجُوْدِ أَحَادِيْثِ صَحِيْحَةٍ ظَاهِرُهَا التَّعَارُضُ،
Para ulama berbeda pendapat tentang masalah ini. Perbedaan pendapat ini kembali kepada adanya hadits shahih yang secara zahir kontradiktif,
فَبَعْضُهَا كَانَتْ تَنْهَى عَنِ الشُّرْبِ قَائِماً، وَبَعْضُهَا كَانَتْ عَلَى الْعَكْسِ مِنْ ذَلِكَ، وَنَحْنُ نَسُوْقُ لَكَ بَعْضاً مِنْهَا :
sebagiannya melarang minum sambil berdiri, dan sebagiannya sebaliknya. Dan kami akan menuliskan sebagiannya kepada Anda, di antaranya:
أَوَلاً : أَحَادِيْثُ النَّهْيِ عَنِ الشُّرْبِ قَائِماً :
(1)- رَوَى أَنَسٌ -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ- أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : زَجَرَ عَنِ الشُّرْبِ قَائِمًا وَفِيْ رِوَايَةٍ : نَهَى أَنْ يَشْرَبَ قَائِمًا» ([ .رواه مسلم(2024)، وأحمد(11775)، والترمذي(1879)، وأبو داود(3717)، وابن ماجه(3424)، والدارمي(2127)]) .
Pertama, hadits-hadits yang melarang minum sambil berdiri :
[1] Diriwayatkan dari Anas radhiyallahu ‘anhu, “Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang minum sambil berdiri.” Dan dalam sebuah riwayat, “Beliau melarang minum sambil berdiri.”
(2)-وعَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَجَرَ عَنِ الشُّرْبِ قَائِمًا) ([ . رواه مسلم (2025)، وأحمد(10885)، والبغوي في شرح السنة (3045)]) .
[2] Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, : Bahwasanya Nabi melarang minum sambil berdiri.”
(3)-وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «لَا يَشْرَبَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ قَائِمًا، فَمَنْ نَسِيَ فَلْيَسْتَقِئْ» ([ . رواه مسلم(2026) ، وأحمد(8135) دون قوله: فمن نسي فليستقي .]) .
[3] Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah bersabda, “Janganlah sekali-kali kalian minum sambil berdiri. Bila lupa, maka muntahkanlah minuman itu.”
ثَانِياً : أَحَادِيْثُ جَوَازِ الشُّرْبِ قَائِماً :
(1)-عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ-رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا-قَالَ : «سَقَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ زَمْزَمَ، فَشَرِبَ وَهُوَ قَائِمٌ» ([ . رواه البخاري(1637)، ومسلم(2027)، وأحمد(1841)، والترمذي(1882)، والنسائي(2964)، وابن ماجه(3422)]).
Kedua, hadits-hadits yang membolehkan minum sambil berdiri :
[1] Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, “Aku mengambilkan minum untuk Rasulullah dari air zamzam, maka beliau minum sambil berdiri.”
(2)-عَنِ النَّزَّالِ، قَالَ: أَتَى عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى بَابِ الرَّحَبَةِ «فَشَرِبَ قَائِمًا» فَقَالَ: إِنَّ نَاسًا يَكْرَهُ أَحَدُهُمْ أَنْ يَشْرَبَ وَهُوَ قَائِمٌ،
[2] Dari An-Nazal, dia berkata, ‘Ali radhiyallahu ‘anhu datang ke Pintu Ar-Rahbah, lalu ia minum sambil berdiri. Dia berkata, “Sesungguhnya orang-orang ada yang tidak suka minum sambil berdiri,
وَإِنِّي «رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَلَ كَمَا رَأَيْتُمُونِي فَعَلْتُ»
dan sesungguhnya aku melihat Nabi minum sambil berdiri sebagaimana kalian melihat aku melakukannya sekarang. ”
وَفِيْ رِوَايَةِ أَحْمَدَ : عَنْ زَاذَانَ : أَنَّ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ، شَرِبَ قَائِمًا، فَنَظَرَ النَّاسُ، فَأَنْكَرُوا ذَلِكَ عَلَيْهِ،
Dan dalam sebuah Riwayat Imam Ahmad, dari Zadan bahwasanya Ali bin Abi Thalib minum sambil berdiri dan orang-orang melihat kepadanya lalu mereka mengingkarinya.
فَقَالَ عَلِيٌّ : مَا تَنْظُرُونَ إِنْ أَشْرَبْ قَائِمًا، فَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَشْرَبُ قَائِمًا،
Maka Ali mengatakan, “apa yang kalian lihat ? Jika aku minum sambil berdiri, sungguh, aku telah melihat Nabi minum sambil bediri
وَإِنْ أشْرَبْ قَاعِدًا فَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَشْرَبُ قَاعِدًا ([ . رواه البخاري(5615)، وأحمد(797)، والنسائي(130)، وأبو داود(3718)]) .
Jika aku minum sambil duduk, sungguh aku telah melihat Nabi minum sambil duduk,”
(3)-عَنْ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ : «كُنَّا نَشْرَبُ وَنَحْنُ قِيَامٌ وَنَأْكُلُ، وَنَحْنُ نَسْعَى عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» ([ . رواه أحمد(4587)، وابن ماجه(3301) وصححه الألباني (3364)، والدارمي(2125)]) .
[3]Dari Ibnu Umar bahwasanya dia berkata, “Kami pada masa Rasulullah minum sambil berdiri dan kami makan sambil berjalan.”
(4)-وَفِيْهِ عَنْ عَائِشَةَ، وَسَعْدِ بْنِ أَبِيْ وَقَّاصٍ، أَنَّهُمَا لَا يَرَيَانِ بِشُرْبِ الْإِنْسَانِ وَهُوَ قَائِمٌ بَأْساً. وَرؤي ابن عمر، وابن الزبير وهما يشربان قياماً ([ . انظر الموطأ (1720،1721،1722)]) .
Dan diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dan Sa’ad bin Abi Waqqash, bahwasanya keduanya memandang orang yang minum sambil berdiri itu tidak apa-apa. Dan Ibnu Umar dan Ibnu Az-Zubair radhiyallahu ‘anhuma, keduanya minum sambil berdiri.”
وَلِأَجْلِ هَذِهِ الْأَحَادِيْثِ الَّتِيْ ظَاهِرُهَا التَّعَارَضُ وَغَيْرِهَا، تَنَازَعَ أَهْلُ الْعِلْمِ فِيْ بَيَانِ حُكْمِهِ، وَأَعْدَلُ الْأَقْوَالِ عِنْدِيْ مَا قَالَهُ ابْنُ تَيْمِيَّةَ فِيْ فَتَاوِيْهِ قَالَ :
Berdasarkan hadits-hadits ini, yang secara tekstual bertolak belakang, para ulama berbeda pendapat tentang penjelasan hikmah di balik ini, dan menurut kami pendapat yang paling tengah adalah apa yang dikatakan oleh Ibnu Taimiyah dalam Majmu Fatawa-nya, dia berkata,
وَلَكِنَّ الْجَمْعَ بَيْنَ الْأَحَادِيثِ أَنْ تُحْمَلَ الرُّخْصَةُ عَلَى حَالِ الْعُذْرِ. فَأَحَادِيثُ النَّهْيِ مِثْلُهَا فِي الصَّحِيحِ : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ الشُّرْبِ قَائِمًا
“Akan tetapi, menggabungkan antara hadits-hadits ini, yaitu membawa dispensasi ketika ada udzur. Hadits-hadits yang melarang minum sambil berdiri seperti : “Bahwasanya Nabi melarang minum sambil berdiri.”
وَفِيهِ عَنْ قتادة عَنْ أَنَسٍ : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَجَرَ عَنْ الشُّرْبِ قَائِمًا} قَالَ قتادة: فَقُلْنَا: الْأَكْلُ؟ فَقَالَ: ذَاكَ شَرٌّ وَأَخْبَثُ.
Dan dari Qatadah dari Anas, “Bahwasanya Nabi melarang minun sambil berdiri.” Qatadah bertanya, “Bagaimana dengan makan?” Beliau menjawab. ” Makan lebih buruk dari itu (bila sambil berdiri).” ,
وَأَحَادِيثُ الرُّخْصَةِ مِثْلَ حَدِيثِ مَا فِي الصَّحِيحَيْنِ عَنْ عَلِيٍّ وَابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : شَرِبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمًا مِنْ زَمْزَمَ
Dan hadits-hadits yang memberi keringanan seperti hadits yang terdapat dalam Ash-Shahihain dari Ali dan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, keduanya mengatakan, “Nabi minum air zamzam sambil berdiri.”
وَفِي الْبُخَارِيِّ عَنْ عَلِيٍّ : أَنَّ عَلِيًّا فِي رَحْبَةِ الْكُوفَةِ شَرِبَ وَهُوَ قَائِمٌ. ثُمَّ قَالَ : إنَّ نَاسًا يَكْرَهُونَ الشُّرْبَ قَائِمًا وَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَنَعَ كَمَا صَنَعْت.
Dan dalam hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari, dari Ali radhiyallahu ‘anhu, “Sesungguhnya orang-orang ada yang tidak suka minum sambil berdiri, dan sesungguhnya Nabi minum sambil berdiri sebagaimana aku melakukannya sekarang.”
وَحَدِيثُ عَلِيٍّ هَذَا قَدْ رُوِيَ فِيهِ أَثَرٌ أَنَّهُ كَانَ ذَلِكَ مِنْ زَمْزَمَ كَمَا جَاءَ فِي حَدِيثِ ابْنِ عَبَّاسٍ هَذَا كَانَ فِي الْحَجِّ
Dan hadits Ali ini diriwayatkan dalam sebuah atsar bahwa yang diminum adalah air zamzam, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits Ibnu Abbas, ini adalah ketika haji,
وَالنَّاسُ هُنَاكَ يَطُوفُونَ وَيَشْرَبُونَ مِنْ زَمْزَمَ وَيَسْتَقُونَ وَيَسْأَلُونَهُ وَلَمْ يَكُنْ مَوْضِعَ قُعُودٍ
dan manusia di sana sedang thawaf dan mereka minum air zamzam, mereka meminta minum dan ketika itu tidak ada tempat duduk,
مَعَ أَنَّ هَذَا كَانَ قَبْلَ مَوْتِهِ بِقَلِيلِ فَيَكُونُ هَذَا وَنَحْوُهُ مُسْتَثْنًى مِنْ ذَلِكَ النَّهْيِ وَهَذَا جَارٍ عَنْ أَحْوَالِ الشَّرِيعَةِ : أَنَّ الْمَنْهِيَّ عَنْهُ يُبَاحُ عِنْدَ الْحَاجَةِ؛
dan kejadian ini beberapa saat sebelum Rasulullah wafat. Ini adalah pengecualian dari larangan di atas. Dan ini merupakan kondisi syariat: “Bahwasanya sesuatu yang dilarang kadang dibolehkan ketika diperlukan.
بَلْ مَا هُوَ أَشَدُّ مِنْ هَذَا يُبَاحُ عِنْدَ الْحَاجَةِ بَلْ الْمُحَرَّمَاتُ الَّتِي حُرِّمَ أَكْلُهَا وَشُرْبُهَا كَالْمَيْتَةِ وَالدَّمِ تُبَاحُ لِلضَّرُورَةِ. ([ . الفتاوى (32/209-210)]) .
Bahkan ada yang lebih dari ini yang dibolehkan, yaitu sesuatu yang diharamkan seperti makan bangkai dan minum darah dibolehkan ketika darurat.”