HUKUM HUJAN DARI SISI AQIDAH (Muqaddimah)

Oleh : Ustadz Abu Ghozie As-Sundawie

Alhamdulillah musim hujan sudah tiba, sebuah tanda kebesaran dan kekuasaan Allah atas makhluk Nya, dan hujan pun sebagai ni’mat yang harus di syukuri karena diantara rahmat Allah yang di anugerahkan atas makhluk Nya adalah dengan diturunkannya hujan dari langit.

Allah a berfirman :

وَمَا أَنزَلَ اللّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِن مَّاء فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٍ

“begitu pula air yang diturunkan oleh Allah dari langit (awan) yang dengannya Allah berkenan menghidupkan bumi setelah kematiannya dan Allah memperkembangbiakkan di sana segala jenis makhluk yang melata,

وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخِّرِ بَيْنَ السَّمَاء وَالأَرْضِ لآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

dan juga pengaturan angin, awan yang ditundukkan berada di antara langit dan bumi, [itu semua] benar-benar mengandung pelajaran tentang bukti-bukti [kekuasaan Allah] bagi orang-orang yang menggunakan akalnya.” (QS. al-Baqarah : 164).

Allah a juga berfirman :

وَاللهُ أَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِّقَوْمٍ يَسْمَعُونَ

“Allah menurunkan dari langit air (hujan) maka Allah menghidupkan bumi dengannya setelah kematiannya, sesungguhnya pada hal itu terdapat bukti kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mendengarkan.” (QS. an-Nahl : 65).

Allah a berfirman :

وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْراً بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ وَأَنزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُوراً لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً مَّيْتاً

“Dia lah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, Dan Kami turunkan dari langit air yang bersih lagi suci yang dengannya Kami akan menghidupkan negeri (tanah) yang mati” (QS. al-Furqan : 48-50).

Allah a berfirman :

وَمِنْ آيَاتِهِ يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفاً وَطَمَعاً وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَيُحْيِي بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

“Di antara bukti kekuasaan Allah adalah Allah memperlihatkan kepada kalian kilat untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Allah menurunkan air hujan dari langit maka dengan air itu Allah menghidupkan bumi setelah matinya, sesungguhnya di dalam itu semua terkandung bukti kekuasaan Allah bagi kaum yang mempergunakan akalnya.” (QS. ar-Ruum : 24).

Allah a berfirman :

وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُّبَارَكاً فَأَنبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ

“Dan Kami turunkan dari langit air hujan yang penuh dengan berkah yang dengan itu Kami tumbuhkan pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.” (QS. Qaaf : 9).

Dari Aisyah i ia menuturkan,

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ الرِّيحِ وَالْغَيْمِ، عُرِفَ ذَلِكَ فِي وَجْهِهِ، وَأَقْبَلَ وَأَدْبَرَ، فَإِذَا مَطَرَتْ سُرَّ بِهِ،

“Adalah Rasulullah k apabila ada angin kencang serta mendung gelap Nampak (ketakutan) di wajahnya, beliau keluar masuk, lalu ketika hujan itu turun beliau gembira dengannya,

وَذَهَبَ عَنْهُ ذَلِكَ، قَالَتْ عَائِشَةُ: فَسَأَلْتُهُ، فَقَالَ: «إِنِّي خَشِيتُ أَنْ يَكُونَ عَذَابًا سُلِّطَ عَلَى أُمَّتِي»، وَيَقُولُ، إِذَا رَأَى الْمَطَرَ: «رَحْمَةٌ»

hilanglah (ketakutannya). Aisyah berkata, ‘Lalu aku tanyakan kepada beliau (kenapa sebabnya)’. Maka beliaupun bersabda, “Sesungguhnya aku takut di timpakan adzab terhadap umatku”. Beliau kalau melihat hujan berkata, “ia adalah rahmat” [1]

Ayat ayat dan hadits diatas menunjukan bahwasanya Allah lah yang telah menurunkan hujan, sebagai rahmat yang membawa keberkahan bag kehidupan makhluk yang ada di bumi, yang menunjukan atas Tanda kekuasaan Allah Z

Syaikh Shalih bin Abdullah Al Fauzan hafidzahullah berkata didalam salah satu khutbahnya :

فَإِنْزَالُ الْمَطَرِ مِنْ أَعْظَمِ الْآيَاتِ الدَّالَةِ عَلَى قُدْرَتِهِ، كَمَا أَنَّهُ مِنْ أَعْظَمِ الْآيَاتِ الدَّالَةِ عَلَى رَحْمَتِهِ،

Maka turunnya hujan termasuk ayat (tanda) yang menunjukan atas kekuasan Nya, sebagaimana juga tanda yang menunjukan kepada rahmat Nya,

فَوَاجِبُ العِبَادِ عَلَى أَنْ يَشْكُرُوْا اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى، وَأَنْ يَسْأَلُوْهُ  أَنْ يُبَارِكَ فِيْهِ، أَنْ يَجْعَلَهُ مُبَارَكاً مُنْبِتاً لِلْكَلَأِ، مُرَوِّياً لِلْعَطَشِ،

maka wajib atas setiap hamba untuk bersyukur kepada Allah, memohon agar memberikan keberkahan dengan adanya hujan, sehingga berkah menumbuhkan pepohonan dan rerumputan, menghilangkan dahaga,

فَإِنَّهُ لَيْسَتِ الْعِبْرَةُ بِنُزُوْلِ الْمَطَرِ فَقَطْ،  فَقَدْ يَنْزِلُ وَلَا يُبَارَكُ فِيْهِ، وَلَا تَكُوْنُ لَهُ آثَارٌ، لِأَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى يَسْلِبُهُ الْآثَارُ الَّتِيْ تَتَرَتَبُ عَلَيْهِ عُقُوْبَةً لِعِبَادِهِ،

karena sesungguhnya hujan turun tidak sekedar turunnya hujan semata. Karena terkadang hujan turun akan tetapi tidak membawa berkah, tidak ada pengaruhnya, karena Allah telah mencabut pengaruh dari hujan tersebut sebagai bentuk adzab atas hamba Nya,

وَلِهَذَا يَقُوْلُ بَعْضُ السَّلَفِ: (لَيْسَ الْجُدْبُ ألَا تُمْطَروْا، وَلَكِنَّ الجُدْبَ أنْ تُمْطَرُوْا، ثُمَّ تُمْطَرُوْا، وَلَا يُبَارَكُ لَكُمْ)،

oleh krena itu telah berkata sebagian Salaf, “Yang di sebut kemarau itu bukan berarti tidak turun hujan, akan tetapi kemarau (yang sesungguhnya) adalah kalian di guyur hujan dan di guyur hujan akan tetapi tidak di beri keberkahan dari hujan tersebut”

فَعَلَيْنَا أَنْ نَشْكُرَ اللهَ وَأَنْ نَسْأَلَهُ أَنْ يَجْعَلَ هَذَا الْغَيْثَ مُبَارَكاً، وَيُتابِعَهُ عَلَى الْمُسْلِمِيْنَ بِالنُّزُوْلِ وَالْبَرَكَةِ، فَإِنَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ،

Oleh karena itu kita wajib bersyukur kepada Allah dan memohon agar menjadikan hujan ini barokah, mengiringinya kepada kaum muslimin dengan turunnya keberkahan, karena Allah a maha berkuasa atas segala sesuatu, dan Dia yang paling penyayang dianatara para penyayang,

وَلَكِنَّا ذُنُوْبَ الْعِبَادِ هِيَ الَّتِيْ تَحُوْلُ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ رَحْمَةِ اللهِ وَلَوْلاَ عَفْوُ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى وَحِلْمُهُ، لَرَأَيْتُمْ أَشَدَّ مِنْ ذَلِكَ :

akan tetapi dosa para hamba lah yang menghalangi anatara mereka dengan rahmat Allah, dan seandainya bukan karena ampunan dan kasih sayang Allah niscaya engakau akan melihat keadaan yang lebih buruk dari apa yang kalian saksikan, Allah I berfirman :

{وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللهُ النَّاسَ بِمَا كَسَبُوا مَا تَرَكَ عَلَى ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ وَلَكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِعِبَادِهِ بَصِيراً}

 “Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melatapun akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. (QS Fathir : 45)” [2]

 

[1]  HR Muslim : 899, syarah Muslim, An Nawawi  6/196

[2]  Lihat : http://www.alfawzan.af.org.sa/ar/node/13205

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *