Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
لَمَّا أَبَاحَ اللهُ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، اسْتِعْمَالَ الْأَحْجَارِ وَنَحْوَهَا عَوْضاً عَنِ الْمَاءِ فِيْ التَّنْظِيْفِ، مَنَعَهُمْ مِنِ اسْتِعْمَالِ الرَّوْثِ الْعَظْمِ لِمَعَانِيْ فِيْهَا،
Tatkala Allah membolehkan atas lisan Nabi-Nya untuk beristijmar dengan batu dan yang sejenisnya sebagai ganti air, Allah melarang mereka Untuk menggunakan kotoran dan tulang karena beberapa hikmah,
إِمَّا عَلَى جِهَةِ التَّعَبُّدِ أَوْ أَنَّهَا لَيْسَتْ لَهَا خَاصِيَّةَ التَّطْهِيْرِ كَمَا فِيْ الْأَحْجَارِ وَشَبْهِهَا.
bisa jadi karena ibadah, atau karena benda-benda Ini tidak memiliki kekhususan untuk dijadikan sebagai alat pembersih, berbeda dengan batu dan sejenisnya.
رَوَى عَبْدُ اللهِ ابْنُ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ : «أَتَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الغَائِطَ فَأَمَرَنِي أَنْ آتِيَهُ بِثَلاَثَةِ أَحْجَارٍ،
Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan, “Bahwasanya Nabi buang air besar, beliau menyuruhku mencarikan tiga buah batu. Maka, aku hanya menemukan dua buah batu dan aku mencari satu lagi, tapi aku tidak menemukan.
فَوَجَدْتُ حَجَرَيْنِ، وَالتَمَسْتُ الثَّالِثَ فَلَمْ أَجِدْهُ، فَأَخَذْتُ رَوْثَةً فَأَتَيْتُهُ بِهَا، فَأَخَذَ الحَجَرَيْنِ وَأَلْقَى الرَّوْثَةَ» وَقَالَ: «هَذَا رِكْسٌ» ([ . البخاري (156)، أحمد (3677)، الترمذي (17)، النسائي (42)، ابن ماجه (314)]) .
Lalu aku menemukan kotoran binatang yang sudah kering, dan aku membawanya kepada Nabi . Beliau mengambil dua buah batu dan membuang kotoran. Dia berkata, “Kotoran binatang ini adalah najis.”
وَفِيْ حَدِيْثِ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ السَّابِقِ لَمَّا قَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «ابْغِنِي أَحْجَارًا أَسْتَنْفِضْ بِهَا وَلاَ تَأْتِنِي بِعَظْمٍ وَلاَ بِرَوْثَةٍ»
Dan pada hadits Abu Hurairah di atas, ketika Nabi bersabda kepadanya, “Carikan aku beberapa buah batu, aku akan bebersih dengan batu itu -atau yang lainnya-, dan jangan kamu carikan kotoran (yang kering) dan tulang.”
قَالَ : فَقُلْتُ : مَا بَالُ العَظْمِ وَالرَّوْثَةِ؟ قَالَ : هُمَا مِنْ طَعَامِ الْجِنِّ. وَإِنَّهُ أَتَانِي وَفْدُ جِنِّ نَصِيبِينَ،
Abu Hurairah berkata, “Aku bertanya memang ada apa dengan tulang dan kotoran binatang?” Rasulullah menjawab, “Keduanya adalah makanan jin, bahwasanya utusan jin Nashibin mendatangiku
وَنِعْمَ الجِنُّ فَسَأَلُونِي الزَّادَ، فَدَعَوْتُ اللَّهَ لَهُمْ أَنْ لاَ يَمُرُّوا بِعَظْمٍ، وَلاَ بِرَوْثَةٍ إِلَّا وَجَدُوا عَلَيْهَا طَعَامًا» ([ . رواه البخاري في المناقب (3860)]) .
Dan mereka sebaik-baik jin meminta bekal kepadaku, lalu aku bedo’a kepada Allah bahwa setiap mereka menemukan tulang dan kotoran, mereka akan menemukan padanya makanan.”
فَتَبَيَّنُ بِهَذِهِ الرِّوَايَةِ سَبَبُ الْمَنْعِ مِنِ اسْتِعْمَالِ الْعَظْمِ وَالرَّوْثِ فِيْ التَّنْظِيْفِ.
Maka jelaslah dengan riwayat diatas sebab terlarangnya menggunakan tulang dan kotoran binatang dalam bersuci
فَائِدَةٌ : يَمْنَعُ الْاِسْتِنْجَاءُ أَوِ الْاِسْتِجْمَارُ بِطَعَامِ الْآدَمِيِّيْنَ، قِيَاساً عَلَى طَعَامِ الْجِنِّ، مِنْ بَابِ قِيَاسِ الْأَوْلَى .
Faidah : Tidak boleh istinja atau istiimar (bebersih) dengan makanan mausia, dikiaskan dengan makanan jin. Dan ini adalah Qiyas aula.
كَمَا يُحْرَمُ اْلاِسْتِنْجَاءُ أَوِ الْاِسْتِجْمَارُ بِالْأَوْرَاقِ الْمُحْتَرَمَةِ كَكُتُبِ عُلُوْمِ الشَّرِيْعَةِ
Sebagaimana diharamkan beristinja’ atau beristijmar dengan kertas-kertas yang mulia sepert kitab-kitab ilmu syariat
لِأَنَّهَا لَا تَخْلُوْا مِنَ اْلآيَاتِ الْقُرْآنِيَّةِ، وَأَلْفَاظِ الْجَلَالَةِ، وَالْقُرْآنُ مِنْ بَابِ أَوْلَى .
Karena padanya tidak lepas dari ayat-ayat Al Quran, lafadz-lafadz nama Allah dan lebih-lebih lagi (istinja) dengan mushaf Al Quran.