ADAB MASJID – LARANGAN MEMASUKI MASJID BAGI ORANG YANG MAKAN BAWANG PUTIH ATAU BAWANG MERAH DAN SEJENISNYA

Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie

يَجِبُ عَلَى مَنْ أَكَلَ بَصَلاً أَوْ ثَوْماً نَيئا أَنْ يَجْتَنِبَ الْمَسَاجِدَ حَتَّى لَا يُؤَّذِّيْ الْمُصَلِّيْنَ بِرَائِحَتِهِ الْخَبِيْثَةِ وَمَنْ آذَى الْمُصَلِّيْنَ فَقَدْ آذَى الَمْلَائِكَةِ

Orang yang makan bawang putih atau bawang merah wajib menjauhi masjid hingga tidak mengganggu orang-orang yang shalat karena aromanya yang tidak sedap. Dan barangsiapa yang mengganggu orang yang shalat berarti sama dengan mengganggu malaikat.

وَعَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنْ أَكَلَ ثُومًا أَوْ بَصَلًا فَلْيَعْتَزِلْنَا، أَوْ لِيَعْتَزِلْ مَسْجِدَنَا، وَلْيَقْعُدْ فِي بَيْتِهِ» ([ . رواه البخاري (855) .]) .

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi bersabda, “Siapa yang makan bawang putih atau bawang merah, maka jauhilah kami”, atau beliau bersabda, “Maka jauhilah masjid kami dan diamlah di rumah.”

وَعَنْهُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : نَهَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَنْ أَكْلِ الْبَصَلِ وَالْكُرَّاثِ، فَغَلَبَتْنَا الْحَاجَةُ، فَأَكَلْنَا مِنْهَا، فَقَالَ :

Dari Jabir ia berkata, “Rasulullah melarang makan bawang merah dan bawang bakung, dan kami sangat membutuhkan untuk memakannya dan kamipun makan. Rasulullah bersabda,

«مَنْ أَكَلَ مِنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ الْمُنْتِنَةِ، فَلَا يَقْرَبَنَّ مَسْجِدَنَا، فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَأَذَّى، مِمَّا يَتَأَذَّى مِنْهُ الْإِنْسُ» ([ . رواه البخاري (854) ومسلم (564) واللفظ له، ورواه أحمد (14596)، والنسائي (707)، والترمذي (1806)، وأبو داود (3823) . ])

“Barangsiapa yang memakan pohon ini yang busuk baunya, maka janganlah mendekati masjid kami, karena malaikat merasa terganggu dengan apa yang membuat manusia terganggu’.”

وَمَعَ صَرَاحَةِ الْأَحَادِيْثِ فِيْ نَهْيِ آكِلِ الثَّوْمِ وَالْبَصَلِ عَنْ حُضُوْرِ الْمَسَاجِدِ وَرَفْعِ الْإِثْمِ عَنْهُ لِأَجْلِ تَرْكِهِ شُهُوْدِ الْجَمَاعَةِ إِلَّا أَنَّ هُنَاكَ طَائِفَةٌ مِنَ النَّاسِ أَبَتْ إِلَّا الْمُخَالَفَةُ.

Dengan begitu jelasnya hadits-hadits ini melarang seseorang yang makan bawang putih dan bawang merah untuk datang ke masjid dan dia tidak berdosa karena ketidakhadirannya mengikuti shalat berjama’ah. Tetapi ada sebagian orang yang enggan dan lebih suka menyalahi sunnah ini.

وَاللهُ يَقُوْلُ فِيْ كِتَابِهِ : {فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} ([ النور (63)]) .

Sedangkan Allah berfirman, “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih’.”

وَبَعْضُهُمْ لَا يُرِيْدُ الْمُخَالَفَةَ وَلَا يَقْصِدُهَا وَلَكِنْ لِحُسْنِ نِيَّتِهِ يَجِدُ أَنَّ مِنَ الصَّعْبِ عَلَيْهِ أَنْ يَتْرُكَ الْجَمَاعَةَ وَلَا يَشْهَدُهَا حَتَّى وَلَوْ كَانَ آكِلاً لِلثَّوْمِ أَوِ الْبَصَلِ وَلَيْسَ هَذَا عُذْرٌ يُقْبَلُ.

Dan sebagian lain tidak hendak menyalahi perintah ini akan tetapi, karena niatnya baik dia sulit untuk meninggalkan shalat berjama’ah meskipun dia makan bawang putih dan bawang merah. Dan ini bukanlah udzur yang dapat diterima.

وَبَعْضُ الْعَامَةِ يَعْلَمُ بِالنَّهْيِ وَلَكِنْ لَا يُلْقِي لَهُ اهْتِمَاماً وَهَذَا مِنْ ضَعْفِ الْإِيْمَانِ فِيْ قَلْبِهِ.

Dan sebagian masyarakat awam mengetahui larangan ini, tetapi bersikap masa bodoh. Ini membuktikan keimanan di dalam hatinya lemah.

تنبيه : يُقَاسُ عَلَى الثَّوْمِ وَالْبَصَلِ وَالْكُرَّاثِ كُلُّ رَائِحَةٍ خَبِيْثَةٍ تُؤْذِي الْمُصَلِّيْنَ كَالدُّخَّانِ أَوِ الرَّوَائِحِ الْكَرِيْهَةِ الَّتِيْ تَنْبَعِثُ مِنَ الْجَسَدِ أَوِ الْمَلَابِسِ الْمُنْتِنَّةِ

Perhatian : Dari bawang putih dan bawang merah dan bawang bakung ini dapat dikiaskan segala aroma yang busuk yang dapat mengganggu orang-orang yang sedang shalat, seperti : rokok, bau badan, bau pakaian karena kotor, dan lain sebagainya.

فَعَلَى الْمُصَلِّي تَفْقَدُ نَفْسَهُ قَبْلَ حُضُوْرِ الْمَسَاجِدِ حَتَّى لَا يُؤْذِي الْمُصَلِّيْنَ فَيَأْثَمُ بِذَلِكَ.

Maka bagi yang hendak ke masjid, wajib memeriksa dirinya hingga dia tidak mengganggu orang yang sedang shalat dan akan berdosa jika melakukan hal itu.

فائدة : إِذَا تَعَاطَى آكِلُ الْبَصَلِ وَالثَّوْمِ شَيْئاً يَمْنَعُ رَائِحَتَهُمَا الْخَبِيْثَةَ، فَإِنَّهُ لَا يُمْنَعُ مِنْ شُهُوْدِ الْمَسَاجِدِ

Faidah : Jika orang yang makan bawang putih atau bawang merah dapat menghilangkan aroma busuknya karena dia memakan atau minum sesuatu, maka dia tidak dilarang mendatangi masjid dan shalat perjama’ah.

وَلَكِنْ لِيَتَحَقَّقَ الْآكِلُ أَنَّ الرَّائِحَةَ قَدْ زَالَتْ بِالْكُلِّيَّةِ وَأَنَّهَا لَا تُؤْذِي الْمُصَلِّيْنَ.

Akan tetapi, dia harus yakin bahwa aromanya benar-benar hilang dari mulutnya, dan tidak mengganggu orang yang sedang shalat.

وَأَمَّا مَا يَفْعَلُهُ بَعْضُ النَّاسِ الْيَوْمَ مِنِ اتِّخَاذِ (مَعْجُوْنِ الْأَسْنَانِ) كَمُزِيْلٍ لِرَائِحَةِ الْبَصَلِ وَالثَّوْمِ، فَهَذَا خَطَأٌ بَيِّنٌ،

Adapun yang dilakukan orang-orang sekarang, yang menjadikan pasta gigi sebagai alat untuk menghilangkan bau mulutnya, ini tidak tepat.

لِأَنَّ رَائِحَةَ الْبَصَلِ وَالثَّوْمِ تَنْبَعِثُ مِنَ الْمَعِدَةِ وَلَيْسَتْ مِنَ الْفَمِّ.

Karena bau bawang putih dan bawang merah itu bersumber dari dalam lambungnya, bukan dari mulutnya.

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *