Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
Karena bulan Sya’ban adalah bulan yang banyak dilalaikan oleh manusia. Sementara beribadah pada saat -saat yang dilalaikan oleh manusia pahalanya sangat besar di sisi Allah.
As Syaukani rahimahullah berkata :
الظَّاهِرَ أَنَّ الْمُرَادَ أَنَّهُمْ يَغْفُلُونَ عَنْ تَعْظِيمِ شَعْبَانَ بِالصَّوْمِ كَمَا يُعَظِّمُونَ رَمَضَانَ وَرَجَبًا بِهِ .
Yang nampak bahwa maksud hadits adalah mereka melalaikan dari mengagungkan bulan Sya’ban dengan berpuasa padanya, (tidak) sebagaimana mereka mengangungkan Ramadhan dan Rajab dengan berpuasa” (Nailul Authar 7/151)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam banyak melakukan puasa di bulan Sya’ban. Sebagaimana diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يَصُومُ، فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ
Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selalu berpuasa sehingga kami mengatakan kalau beliau tidak pernah berbuka (tidak puasa), dan beliau pun berbuka (tidak berpuasa) sehingga kamipun mengatakan kalau beliau tidak pernah berpuasa, aku tidak pernah melihat beliau menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali puasa bulan ramadhan, dan aku tidak pernah melihat beliau banyak berpuasa selain di bulan Sya’ban.” (HR Bukhari : 1969, Muslim : 175)
Bahkan saking seringnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa di bulan Sya’ban, Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha ia mengungkapkannya dengan ungkapan puasa sebulan penuh :
مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ إِلَّا شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ
“Aku tidak pernah melihat Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali pada bulan Sya’ban dan Ramadhan” (HR Tirmidzi : 736)
Dalam lafadz lain di ungkapkan :
أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنَ السَّنَةِ شَهْرًا تَامًّا إِلاَّ شَعْبَانَ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam setahun tidak berpuasa sebulan penuh selain pada bulan Sya’ban, lalu dilanjutkan dengan berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Abu Daud : 2336, dan An Nasa’i, Al Kubra : 7966. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih, lihat shahihul jaami’ no 4628)
Yang dimaksud puasa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di bulan Sya’ban ini bukan puasa sebulan penuh tapi maksudnya banyak melakukan puasa tidak seperti bulan-bulan lainnya.
Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Al Hafidz Ibnu hajar radhiyallahu ‘anhu beliau berkata :
أَيْ كَانَ يَصُوم مُعْظَمَهُ وَنَقَلَ التِّرْمِذِيُّ عَنْ اِبْن الْمُبَارَك أَنَّهُ قَالَ : جَائِزٌ فِي كَلام الْعَرَب إِذَا صَامَ أَكْثَرَ الشَّهْرِ أَنْ يَقُولَ صَامَ الشَّهْرَ كُلَّهُ
“Maksudnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam banyak berpuasa di bulan Sya’ban dan Tirmidzi telah menukil dari Ibnul Mubarak bahwasanya ia berkata, boleh saja dalam bahasa Arab apabila seseorang banyak berpuasa di satu bulan untuk dikatakan telah berpuasa di satu bulan penuh” (Fathul bari, Ibnu hajar 4/214)
As-Sindi rahimahullah berkata dalam menjelaskan hadits Ummu Salamah :
(يَصِل شَعْبَان بِرَمَضَان) أَيْ : فَيَصُومهُمَا جَمِيعًا، ظَاهِره أَنَّهُ يَصُوم شَعْبَان كُلّه لَكِنْ قَدْ جَاءَ مَا يَدُلّ عَلَى خِلافه، فَلِذَلِكَ حُمِلَ عَلَى أَنَّهُ كَانَ يَصُوم غَالِبه فَكَأَنَّهُ يَصُوم كُلّه وَأَنَّهُ يَصِلهُ بِرَمَضَان
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyambungnya antara puasa Sya’ban dengan puasa Ramadhan, yakni beliau puasa kedua-duanya (Sya’ban dan Ramdhan) dzahirnya hadits menunjukan kalau beliau berpuasa penuh pada bulan Sya’ban, namun telah datang (riwayat) yang menunjukan sebaliknya, oleh karena itu hadits ini di bawa kepada makna bahwa beliau berpuasa hampir seluruhnya dibulan Sya’ban seolah-seolah dianggap telah berpuasa penuh dibulan Sya’ban yang disambung dengan bulan Ramadhan” (Hasyiah As Sindi ‘Ala Sunan Ibni Majah 1/505)
Oleh karena itu Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata :
وَلا أَعْلَمُ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرَأَ الْقُرْآنَ كُلَّهُ فِي لَيْلَةٍ ، وَلا صَلَّى لَيْلَةً إِلَى الصُّبْحِ ، وَلا صَامَ شَهْرًا كَامِلا غَيْرَ رَمَضَانَ
Aku tidak pernah tahu Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam membaca Al Qur’an seluruhnya dalam semalam, demikian juga aku tidak pernah tahu beliau shalat malam terus terusan sampai subuh, demikian juga aku tidak pernah tahu beliau puasa sebulan penuh selain puasa dibulan Ramadhan” (HR Muslim : 139)
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata ;
مَا صَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَهْرًا كَامِلا قَطُّ غَيْرَ رَمَضَانَ
Rasulullah tidak pernah puasa satu bulan penuh selain puasa Ramadhan” (HR Bukhari : 1971)
Intinya sebagaimana dzahirnya hadits-hadits dan penjelasan para ulama diatas bahwa kita dianjurkan untuk berpuasa dibulan Sya’ban namun tidak seluruhnya selama satu bulan dibulan Sya’ban.