Oleh : Abu Ibrohim Muhammad Ali dan Abu Ghozie As Sundawie
Adab-adab puasa, antara lain:
- Makan sahur dan mengakhirkannya
Diriwayatkan dari Anas bin Malik f, bahwa Rasulullah k bersabda:
تَسَحَّرُوْا فَإِنَّ فِي السَّحُوْرِ بَرَكَةً
“Makan sahurlah kalian, karena di dalam sahur itu ada keberkahan”. (Muttafaq ‘alaih. HR. Bukhari: 1823 dan Muslim: 1095)
Adapun dalil tentang mengakhirkan sahur diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik f, dari Zaid bin Tsabit f, ia berkata:
تَسَحَرْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ قَلْتُ كَمْ كَانَ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالسَّحُوْرِ؟ قَالَ قَدْرَ خَمْسِيْنَ آيَةً
“Kami sahur bersama Nabi k, kemudian beliau bangkit untuk mengerjakan shalat.” Anas f bertanya, “Berapa jarak antara adzan dan sahur?” Zaid f menjawab, “Kira-kira bacaan lima puluh ayat”. (HR. Bukhari: 1821)
- Menahan diri dari segala hal yang bertentangan dengan puasa, seperti: perbuatan sia-sia, perkataan keji, berdusta, dan yang semisalnya
Diriwayatkan dari Abu Hurairah f ia berkata bahwa Rasulullah k bersabda:
إِذاَ كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ، فَإِنَّ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ، فَلْيَقُلْ : إِنِّيْ امْرُؤٌ صَائِمٌ
“Jika seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah ia berkata-kata kotor dan jangan pula bertengkar. Jika ada orang yang menghina atau memukulnya, hendaklah ia mengatakan, ‘Aku orang yang sedang berpuasa”. (Muttafaq ‘alaih. HR. Bukhari: 1805 (lafazh ini miliknya), dan Muslim: 1151)
Dan diriwayatkan pula dari Abu Hurairah f ia berkata bahwa Rasulullah k bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِه، وَالْجَهْلَ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِيْ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengerjakannya, serta berlaku bodoh, maka Allah tidak memerlukan orang itu untuk meninggalkan makanan dan minuman (dalam puasa)-nya”. (HR. Bukhari: 1804, Tirmidzi: 707, dan Abu Dawud: 2362)
- Bersikap dermawan
- Membaca dan mempelajari Al-Qur’an
Dalil tentang bersikap dermawan serta membaca dan mempelajari Al-Qur’an adalah hadits yang diriwayatkan dari ‘Ibnu ‘Abbas f, ia berkata:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُوْنُ فِيْ شَهْرِ رَمَضَانَ إِنَّ جِبْرِيْلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ كَانَ يَلْقَاهُ فِيْ كُلِّ سَنَةٍ فِيْ رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ فَيَعْرِضُ عَلَيْهِ رَسُوْلُاللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيْلُ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيْحِ الْمُرْسَلَةِ
“Rasulullah k adalah orang yang paling dermawan dalam kebaikan, dan beliau akan lebih dermawan (dari hari-hari biasanya) pada bulan Ramadhan, ketika Jibril menjumpainya. Dan Jibril S selalu mendatanginya setiap tahun pada bulan Ramadhan hingga Ramadhan selesai. Rasulullah k membacakan Al-Qur’an kepadanya. Dan saat ia bertemu dengan Jibril, beliau lebih dermawan terhadap kebaikan daripada angin yang berhembus (dengan lembut)”. (HR. Bukhari: 6 dan Muslim: 2308)
- Menyegerakan berbuka ketika matahari telah terbenam
Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad f, bahwa Rasulullah k bersabda:
لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
“Manusia senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka”. (Muttafaq ‘alaih. HR. Bukhari: 1856 dan Muslim: 1098)
- Berdoa ketika berbuka
Diriwayatkan dari ‘Ibnu ‘Umar f, ia berkata bahwa jika Nabi k berbuka, maka beliau membaca:
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ
“Telah hilang rasa haus, telah basah urat-urat, serta telah ditetapkan pahala, Insya’ Allah”. (HR. Abu Dawud: 2357. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam Irwa’ul Ghalil: 920)
- Berbuka dengan makan kurma segar (ruthab), atau kurma kering (tamr), atau hanya dengan air
Diriwayatkan dari Anas bin Malik f, ia berkata:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمْرَاتٍ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ.
“Rasulullah k biasa berbuka dengan ruthab, sebelum melakukan shalat. Jika beliau tidak mendapat ruthab, maka dengan beberapa buah tamr (kurma masak yang sudah lama dipetik), dan jika tidak mendapatkannya, maka beliau meminum air”. (HR. Abu Dawud: 2356, dan Tirmidzi: 692. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam Irwa’ul Ghalil: 922)
- Memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa
Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani f, dari Nabi k beliau bersabda:
مَنْ فَطَرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرُ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئً
“Barangsiapa memberi (makanan untuk) berbuka kepada orang yang berpuasa, maka ia memperoleh seperti pahalanya, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikit pun”. (HR. Tirmidzi: 807 (lafazh ini miliknya) dan Ibnu Majah: 1746. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam Shahihul Jami’: 6415)
Bersambung