Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
انْتَشَرَ فِيْ كَثِيْرٍ مِنَ الْبُيُوْتَاتِ تَعْلِيْقُ بَعْضِ السُّوَرِ أَوِ الْآيَاتِ عَلَى جِدْرَانِ الْغُرَفِ وَالْمَمَرَّاتِ، مِنْهُمْ مَنْ عَلَقَهَا تَبَرُّكاً وَمِنْهُمْ تَجَمُّلاً
Banyak sekali kita lihat di beberapa rumah yang menggantungkan sebagian surat atau ayat-ayat Al Qur’an, baik di dinding, kamar, atau lorong-lorong rumah. Sebagian mereka melakukan itu karena tabaruk dan sebagian lain hiasan.
وَبَعْضُهُمْ زَيَّنَ بِهَا مَحَلَّهُ (التِّجَارِيَّ) وَانْتَقَى آيَاتٍ تُنَاسِبُ الْمَقَامَ، وَمِنْهُمْ مَنْ عَلَّقَهُ فِيْ سَيَّارَتِهِ إِمَّا حِرْزاً أَوْ تَبَرُّكاً، وَبَعْضُهُمْ يَقُوْلُ : تَذَكُّراً
Bahkan sebagian orang melakukan itu karena menghiasi tokonya dan memilih beberapa ayat yang dianggap sesuai. Diantara orang menggantungkannya didalam mobilnya sebagai penolong dan tabarruk. Sebagian mereka berkata, “Ini untuk mengingatkan”.
وَلِلَجْنَةِ الدَّائِمَةِ فَتْوَى مُطَوَّلَةٌ بِهَذَا الشَّأْنِ مُؤَدَاهَا الْمَنْعُ مِنْ تَعْلِيْقِ الْآيَاتِ عَلَى الْحَيْطَانِ وَالْمَحَلاَتِ التِّجَارِيَةِ، وَنَحْوِ ذَلِكَ وَمُلَخَصُهَا كَالْآتِيْ :
Lajnah ad Daaimah mengeluarkan fatwa tentang masalah ini, fatwa yang cukup panjang, yaitu larangan menggantungkan beberapa ayat di dinding, toko, dan selainnya. Kesimpulannya sebagai berikut :
1-أَنَّ فِيْ تَعْلِيْقِ اْلآيَاتِ وَنَحْوِ ذَلِكَ إِنْحِرَافٌ بِاْلقُرْآنِ عَمَّا أُنْزِلَ مِنْ أَجْلِهِ مِنَ الْهِدَايَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَالتَّعَهُدِ بِتِلاَوَتِهِ وَنَحْوِ ذَلِكَ.
[1] Bahwasanya menggantungkan ayat-ayat Al Qur’an merupakan penyalahgunaan terhadap Al Qu’an yang diturunkan sebagai petunjuk, nasehat yang bagus, untuk di baca, dan lain lain.
2-أَنَّ هَذَا مُخَالِفٌ لِمَا عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَخُلَفَاؤُهُ الرَّاشِدُوْنَ.
[2] Bahwasanya hal ini menyalahi apa yang telah dicontohkan oleh Nabi dan para Khulafaur Rasyidin.
3-أَنَّ فِيْ الْمَنْعِ مِنْ ذَلِكَ سَدٌّ لِذَرِيْعَةِ الشِّرْكِ، وَالْقَضَاءُ عَلَى وَسَائِلِهِ مِنَ الْحُرُوْزِ وَالتَّمَائِمِ وَإِنْ كَانَتْ مِنَ الْقُرْآنِ.
[3] Bahwasanya dalam pelarangan itu terdapat Saddudz Dzariah (penutup jalan yang menjurus) kepada perbuatan syirik, dan menumpas hal-hal yang menyebabkan kesyirikan, menjauhkan dari jimat meskipun itu dari Al Qur’an.
4-أَنَّ الْقُرْآنَ أُنْزِلَ لِيُتْلَى، وَلَمْ يَنْزِلُ لِيَتَّخِذَ وَسِيْلَةً لِلرَّوَاجِ التِّجَارِيِّ.
[4] Bahwasanya Al Qur’an diturunkan untuk di baca, dan bukan sebagai hiasan toko.
5-أَنَّ فِيْ ذَلِكَ تَعْرِيْضُ آيَاتِ اللهِ لِلْاِمْتِهَانِ وَالْأَذَى عِنْدَ نَقْلِهَا مِنْ مَكَانٍ إِلَى مَكَانٍ وَنَحْوِ ذَلِكَ.
[5] bahwasanya menggantungkan ayat-ayat Al Qur’an akan membuat ayat itu terhina dan tersakiti, ketika kita memindahkannya dari suatu tempat ke tempat lain.
ثُمَّ قَالَتِ اللَّجْنَةُ الدَّائِمَةُ : وَبِالْجُمْلَةِ إِغْلَاقُ بَابِ الشَّرِّ وَالسَيْرُ عَلَى مَا كَانَ عَلَيْهِ أَئِمَّةُ الْهُدَى فِيْ الْقُرُوْنِ الْأُوْلَى الَّتِيْ شَهِدَ لَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْخَيْرِيَّةِ
Kemudian al Lajnah ad Daaimah berkata, “Secara umum, menutup pintu keburukan dan meniti jalan yang telah ditempuh oleh para Imam yang mendapat petunjuk dimasa masa awal yang di rekomendasikan oleh Nabi dengan kebaikan itu
أَسْلَمُ لِلْمُسْلِمِيْنَ فِيْ عَقَائِدِهِمْ وَسَائِرِ أَحْكَامِ دِيْنِهِمْ مِنِ ابْتِدَاعٍ بِدَعٌ لَا يَدْرِيْ مَدَى مَا تَنْتَهِيْ إِلَيْهِ مِنَ الشَّرِّ ([ . فتوى رقم (2078) (4/30-33) . وننصح بقراءة الفتوى ففيها فوائد .]) .
Agar kaum muslimin lebih selamat dalam hal aqidah mereka dan seluruh hukum agama mereka dari perbuatan bid’ah yang dia tidak tahu sejauh mana bid’ah itu akan menuju keburukan.