Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
جَعَلَ اللهُ فِيْ الْاِجْتِمَاعِ الْقُوَّةَ وَالْعِزَّةَ وَالْمَنْعَةَ وَالْبَرَكَةَ، وَجَعَلَ فِيْ التَّفَرُّقِ الْوِهْنَ وَالْضَّعْفَ وَتَسَلُّطَ الْأَعْدَاءِ وَنَزْعَ الْبَرَكَةِ.
Allah menjadikan kekuatan, kemuliaan, kekokohan, dan barakah didalam persatuan. Dan Allah Ta’ala menjadikan didalam perpecahan ketakutan, kelemahan, dikuasai oleh musuh dan tercabutnya barakah Allah
وَالْقَوْمُ إِنْ كَانُوْا يُسَافِرُوْنَ جَمِيْعاً اسْتَحَبَّ لَهُمْ أَنْ يَجْتَمِعُوْا فِيْ مَكَانِ نُزُوْلِهِمْ وَمَبِيْتِهِمْ، وَكَذَا يَجْتَمِعُوْا عَلَى أَكْلِهِمْ لِتَحْصُلَ الْبَرَكَةَ لَهُمْ.
Apabila suatu kaum melakukan perjalanan bersama-sama disunnahkan bagi mereka berkumpul pada tempat di mana mereka tiba dan bermalam. Demikian juga mereka bersama-sama makan agar mereka mendapatkan berkah.
أَمَّا الْاِجْتِمَاعُ عِنْدَ النُّزُوْل،ِ فَقَدْ رَوَى أَبُوْ ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :
Adapun berkumpul ditempat mereka singgah, hal tersebut telah diriwayatkan oleh Abu Tsa’labah Al-Khusyani -radhiallahu ‘anhu-, beliau berkata:
كَانَ النَّاسُ إِذَا نَزَلُوْا مَنْزِلاً تَفَرَّقُوْا فِيْ الشِّعَابِ وَالْأَوْدِيَّةِ، فَقاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «إِنَّ تَفَرُّقَكُمْ فِي هَذِهِ الشِّعَابِ وَالْأَوْدِيَةِ، إِنَّمَا ذَلِكُمْ مِنَ الشَّيْطَانِ»
“Ketika para sahabat singgah di suatu tempat, para sahabat tersebut berpencar di lembah dan wadi, maka Rasulullah bersabda: Jika kalian berpencar seperti ini ada yang di bukit ada yang di lembah, sungguh yang demikian ini adalah termasuk dari godaan syaithan.
فَلَمْ يَنْزِلْ بَعْدَ ذَلِكَ مَنْزِلًا إِلَّا انْضَمَّ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ، حَتَّى يُقَالَ : لَوْ بُسِطَ عَلَيْهِمْ ثَوْبٌ لَعَمَّهُمْ ([ . رواه أبو داود(2628) وصححه الألباني، وأحمد(17282)]) .
Setelah itu apabila mereka turun dan singgah disuatu tempat mereka tidak lagi berpencar melainkan mereka saling berkumpul sebagian dengan sebagian lainnya hingga dikatakan : apabila dihamparkan sebuah pakaian kepada mereka niscaya akan mencakup mereka semua”
وَالْاِجْتِمَاعُ عَلَى الطَّعَامِ تَحْصُلُ بِهِ الْبَرَكَةَ وَالزِّيَادَةَ، فَعَنْ وَحْشِيٍّ بْنِ حَرْبٍ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ : أَنَّ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَأْكُلُ وَلَا نَشْبَعُ
Berkumpul bersama dalam makan, akan mendatangkan berkah dan juga dan akan ditambahkan rezeki bagi mereka. Dari Husyai bin Harb dari Bapaknya dari Kakeknya, beliau berkata: Para sahabat Rasulullah bertanya: “Wahai Rasulullah, kami telah makan namun kami tidak bisa kenyang.”
قَالَ : «فَلَعَلَّكُمْ تَفْتَرِقُونَ؟» قَالُوا : نَعَمْ قَالَ : «فَاجْتَمِعُوا عَلَى طَعَامِكُمْ، وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ يُبَارَكْ لَكُمْ فِيهِ» ([ . رواه أبو داود (3746)، وحسنه الألباني، وأحمد (15648)، وابن ماجه (3286)])
Rasulullah bersabda: “Mungkin karena kalian makan dengan terpisah-pisah?” Para sahabat menjawab: “Benar.” Rasulullah bersabda: “Berkumpullah kalian dalam makan di satu tempat dan sebutlah nama Allah, niscaya Allah akan memberikan barakah pada makanan tersebut bagi kalian.”
فَائِدَةٌ : يُسْتَحَبُّ التَّنَاهُدُ فِيْ السَّفَرِ وَالنَّهْدُ : أَنْ يَخْرُجَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنَ الرِّفْقَةِ شَيْئاً مِنَ النَّفَقَةِ يَدْفَعُوْنَهُ إِلَى رَجُلٍ يُنْفِقُ عَلَيْهِمْ مِنْهُ وَيَأْكُلُوْنَ جَمِيْعاً ([ . انظر الآداب الشرعية (3/182)]) .
Faedah : Disunnahkan at-tanahud ketika berada dalam sebuah perjalanan. An-nahdu adalah perbuatan dimana masing-masing teman mengeluarkan sesuatu berupa iuran sedekah yang mereka kumpulkan kepada salah seorang yang orang tersebut lalu membelanjakan makanan bagi mereka kemudian mereka bersama-sama makan.
قِيْلَ لِلْإِمَامِ أَحْمَدَ : أَيُّمَا أَحَبُّ إِلَيْكَ يَعْتَزِلُ الرَّجُلُ فِيْ الطَّعَامِ أَوْ يُرَافِقُ؟
Seseorang bertanya kepada Imam Ahmad -rahimahullah-: Apa yang lebih engkau cintai, seseorang sendirian makan atau orang tersebut makan dengan temannya?
قَالَ : يُرَافِقُ هَذَا أَرْفَقُ يَتَعَاوَنُوْنَ، وَإِذَا كُنْتَ وَحْدَكَ لَمْ يُمْكِنُكَ الطَّبْخُ وَلَا غَيْرُهُ، وَلَا بَأْسَ بِالنَّهْدِ
Imam Ahmad rahimahullah mengatakan : Dia makan dengan ditemannya dan ini akan menjadikan mereka lebih akrab ketika saling tolong menolong. Dan apabila kalian sendiri dan juga yang lainnya tidak memungkinkan untuk memasak makanan, maka tidak mengapa untuk mengumpulkan iuran.
قَدْ تَنَاهُدُ الصَّالِحُوْنَ كَانَ الْحَسَنُ إِذَا سَافَرَ أَلقَى مَعَهُمْ، وَيَزِيْدُ أَيْضاً بِقَدْرِ مَا يُلْقِيْ يَعْنِيْ فِيْ السِّرِّ ([ . الآداب الشرعية (3/182)]) .
Para ulama yang shalih telah mengumpulkan iuran satu dengan lainya. Apabila Al-Hasan melakukan suatu perjalanan beliau mengumpulkan iuran bersama mereka, dan beliau juga menambahkan dari iuran yang telah terkumpul, yaitu dengan diam-diam.