Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
جَاءَ فِيْ حَدِيْثِ جَابِرِ ابْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : « أَطْفِئُوا الْمَصَابِيحَ بِاللَّيْلِ إِذَا رَقَدْتُمْ ، وَغَلِّقُوا الأَبْوَابَ …..» ([ . رواه البخاري(6296)، ومسلم(2012)، وأحمد(13816)، والترمذي(1812)،وأبو داود(3731)، مالك(1727)]) .
Hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah bersabda, “Apabila kalian hendak tidur, padamkanlah lampu dan kuncilah pintu terlebih dahulu…”
وَفِيْ رِوَايَةٍ : «وَأجِيفُوا الأبْوَابَ وَأَطْفِئُوا المَصَابِيحَ فَإِنَّ الفُوَيْسِقَةَ رُبَّمَا جَرَّتِ الفَتِيلَةَ فَأَحْرَقَتْ أَهْلَ البَيْتِ» ([ . وهي عند البخاري في كتاب الاستئذان برقم (6259)]) .
Dan pada sebuah riwayat : “.. Kuncilah pintu dan padamkanlah lampu terlebih dahulu, karena mungkin tikus akan menyenggol pelita dan membakar penghuni rumah.”
وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : «لاَ تَتْرُكُوا النَّارَ فِي بُيُوتِكُمْ حِينَ تَنَامُونَ» ([ .رواه البخاري(6293)، ومسلم(2015)، وأحمد(4501)، والترمذي(1813)، وأبو داود(5246)، وابن ماجه(3769)]) .
Dan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda, “Jangan kalian biarkan api menyala di dalam rumah kalian ketika kalian tidur.”
فِيْ الْآثَارِ السَّابِقَةِ الْأَمْرُ بِإِطْفَاءِ الْمَصَابِيْحِ وَالنَّارِ، وَغَلْقِ الْأَبْوَابِ. وَالْأَمْرُ هَلْ هُوَ لِلْوُجُوْبِ أَمْ لِلنَّدْبِ أَوْ لِلْإِرْشَادِ، مُخْتَلَفٌ فِيْ ذَلِكَ.
Hadits-hadits di atas memerintahkan untuk mematikan lampu dan memadamkan api serta mengunci pintu sebelum tidur. Perintah ini apakah wajib, sunnah, atau hanya tuntunan saja? Ada beberapa pendapat mengenai hal ini.
وَعِلَّةُ الْأَمْرِ بِإِطْفَاءِ النَّارِ وَالْمَصَابِيْحِ : هُوَ الْخَوْفُ مِنِ انْتِشَارِ النَّارِ وَاشْتِعَالِهَا عَلَى أَهْلِهَا،
Alasan perintah untuk memadamkan lampu dan api adalah khawatir api menjalar dan membakar penghuni rumah.
وَبُيِّنَتْ هَذِهِ الْعِلَّةُ فِيْ الْحَدِيْثِ بِقَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (فَإِنَّ الفُوَيْسِقَةَ [الْفَأْرَةَ] رُبَّمَا جَرَّتِ الفَتِيلَةَ فَأَحْرَقَتْ أَهْلَ البَيْتِ).
Dan alasan ini dijelaskan dalam sabdanya, “Karena mungkin tikus akan menyenggol pelita dan membakar penghuni rumah.”
قَالَ الْقُرْطُبِيُّ : فِي هَذِهِ الْأَحَادِيثِ أَنَّ الْوَاحِدَ إِذَا بَاتَ بِبَيْتٍ لَيْسَ فِيهِ غَيْرُهُ وَفِيهِ نَارٌ
Imam Al-Qurthubi berkata, “Pada hadis-hadits ini dijelaskan bahwasanya apabila seseorang tidur di rumah dan tidak ada siapa-siapa selain dia, dan di dalam rumah ada api,
فَعَلَيْهِ أَنْ يُطْفِئَهَا قَبْلَ نَوْمِهِ أَوْ يَفْعَلَ بِهَا مَا يُؤْمَنُ مَعَهُ الِاحْتِرَاقُ
Maka dia wajib mernadamkan api itu terlebih dahulu sebelum dia tidur. Atau melakukan sesuatu yang dirasakan aman dari menjalarnya api itu.
وَكَذَا إِنْ كَانَ فِي الْبَيْتِ جَمَاعَةٌ فَإِنَّهُ يَتَعَيَّنُ عَلَى بَعْضِهِمْ وَأَحَقُّهُمْ بِذَلِكَ
Begitu juga bila di dalam rumah ada beberapa orang, maka salah seorang dari mereka wajih memadamkannya dan yang paling wajib melakukannya adalah
آخِرُهُمْ نَوْمًا فَمَنْ فَرَّطَ فِي ذَلِكَ كَانَ لِلسُّنَّةِ مُخَالِفًا وَلِأَدَائِهَا تَارِكًا ([ . فتح الباري (11/89)]) .
Yang terakhir tidur. Siapa yang tidak melakukannya, berarti dia menyalahi dan meninggalkan sunnah.”
وأما إغلاق الأبواب قبل النوم، فقد جاء في رواية مسلم من حديث جابر :
Adapun mengunci pintu sebelum tidur, ada terdapat pada Shahih Muslim dari hadits Jabir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda,
«وَأَغْلِقُوا الأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا» ([ . المجلد السابع (13/155) رقم (2012)]) .
“Kuncilah pintu, dan sebutlah nama Allah, karena sesungguhnya syetan tidak akan dapat membuka pintu yang terkunci.”
قَالَ ابن دَقِيقِ الْعِيدِ فِي الْأَمْرِ بِإِغْلَاقِ الْأَبْوَابِ مِنَ الْمَصَالِحِ الدِّينِيَّةِ وَالدُّنْيَوِيَّةِ حِرَاسَةُ الْأَنْفُسِ وَالْأَمْوَالِ مِنْ أَهْلِ الْعَبَثِ وَالْفَسَادِ وَلَا سِيَّمَا الشَّيَاطِينُ
Ibnu Daqiq Al-Id berkata, “Pada perintah menutup atau mengunci pintu terdapat kemaslahatan agama dan dunia, menjaga jiwa dan harta serta keluarga dari orang-orang yang jahat terutama syetan.
وَأَمَّا قَوْلُهُ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا فَإِشَارَةٌ إِلَى أَنَّ الْأَمْرَ بِالْإِغْلَاقِ
Adapun sabdanya, “Karena sesungguhnya syetan tidak dapat membuka pintu yang terkunci.” Adalah isyarat bahwasanya perintah mengunci pintu
لِمَصْلَحَةِ إِبْعَادِ الشَّيْطَانِ عَنِ الِاخْتِلَاطِ بِالْإِنْسَانِ وَخَصَّهُ بِالتَّعْلِيلِ تَنْبِيهًا عَلَى مَا يَخْفَى مِمَّا لَا يُطَّلَعُ عَلَيْهِ إِلَّا مِنْ جَانِبِ النُّبُوَّةِ. ([ . فتح الباري(11/90)]).
untuk menjauhkan syetan dari bercampur-baur bersama manusia. Dan Rasulullah mengkhususkan alasan dengan hal ini agar menjadi peringatan terhadap sesuatu yang tidak terbersit di hati seseorang yang tidak diketahui kecuali dari seorang Nabi.”
مسألة : إذا أُمن الحريق وعُمل لذلك أسباباً تمنع من حدوثه، فهل يُقال بجواز ترك النار والمصباح دون إطفاء ؟
Permasalahan : Jika aman dari kebakaran karena sarana keamanannya amat lengkap. Apakah dapat dikatakan boleh membiarkan api dan lampu menyala tanpa harus dipadamkan?
الجواب : إن أمن ذلك … فَالظَّاهِرُ أَنَّهُ لَا بَأْسَ بِهَا لَا نتفاء العلة لأن النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ علل الأمر بالإطفاء في الحديث السابق بأن الفويسقة تضرم على أهلها البيت بيتهم فإذا انتفت العلة زال المنع، قاله النووي ([ شرح مسلم . المجلد السابع (13/156) حديث رقم(2015)]) .
Jawaban: Jika hal itu terjadi, maka yang zahir adalah boleh membiarkan api dan lampu menyala ketika kita tidur, karena ‘illat-nya sudah tidak ada, yaitu Nabi memerintahkan untuk memadamkan api dan lampu pada hadits di atas karena tikus dapat menyenggol lampu di rumah itu dan menyebabkan kebakaran. Jika hal ini tidak terjadi, maka larangan itu pun tidak ada. Sebagaimana yang dikatakan oleh An-Nawawi.”