ADAB BUANG HAJAT – MAKRUH MASUK KE TEMPAT BUANG HAJAT DENGAN MEMBAWA SESUATU YANG TERDAPAT NAMA ALLAH

Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie

وَذَلِكَ صِيَانَةً لِاسْمِ اللهِ تَعَالَى عَنِ الْإِهَانَةِ وَالْاِبْتِذَالِ وَلَا يَلِيْقُ بِمُسْلِمٍ أَنْ يَدْخُلَ الْخَلَاءَ بِشَيْءٍ فِيْهِ ذِكْرُ اللهِ إِلَّا لِحَاجَةٍ.

Hal itu untuk menjaga nama Allah Ta’ala dari pelecehan dan penghinaan. Dan seorang muslim tidak pantas masuk ke dalam WC dengan membawa sesuatu yang ada nama Allah, kecuali alasan darurat.

قَالَ ابْنُ عُثَيْمِيْنَ فِيْ شَرْحِهِ قَوْلُهُ : (إِلَّا لِحَاجَةٍ) هَذَا مُسْتَثْنَى مِنَ الْمَكْرُوْهِ يَعْنِيْ إِذَا احْتَاجَ إِلَى ذَلِكَ كَالْأَوْرَاقِ النَّقْدِيَّةِ الَّتِيْ فِيْهَا اسْمُ اللهِ

Ibnu Utsaimin dalam Syarh-nya mengatakan, “Kecuali karena suatu keperluan”, ini adalah pengecualian dari yang dimakruhkan. Artinya, apabila dia membutuhkannya seperti uang kertas yang di sana tertulis nama Allah, dan lain-lain.

لِأَنَّنَا لَوْ قُلْنَا لَا تَدْخُلُ بِهَا ثُمَّ أَخْرَجَهَا وَوَضَعَهَا عِنْدَ بَابِ الْخَلَاءِ صَارَتْ عُرْضَةً لِلنِّسْيَانِ

Karena jika kami mengatakan tidak boleh masuk dengan membawa uang itu, keluarkan uang itu dan letakkan di pintu WC, hal itu khawatir dia akan lupa.

وَإِذَا كَانَ فِيْ مَحَلِّ بَارِحٍ صَارَتْ عُرْضَةً لِأَنَّ يَطِيْرُ بِهَا الْهَوَاءُ وَإِذَا كَانَ فِيْ مَجْمُعٍ مِنَ النَّاسِ عُرْضَةً لِأَنْ تَسْرِقَ ([ . الشرح الممتع على زاد المستقنع (1/91)]) .

Jika pada tempat terbuka, maka uangnya akan hilang tertiup angin. Jika di tempat yang ramai seperti WC umum maka akan dicuri.

وَأَمَّا الْمُصْحَفُ فَلاَ نَشُكُّ فِيْ تَحْرِيْمِ الدُّخُوْلِ بِهِ إِلَى مَكَانِ قَضَاءِ الْحَاجَّةِ وعليه أهل العلم، وَلَكِنَّهُمْ أَجَازُوْا الدُّخُوْلَ بِهِ إِنْ كَانَ يُخْشَى عَلَيْهِ السَّرِقَةُ

Adapun mushaf Al-Qur’an, maka kami tidak ragu untuk mengatakan bahwa diharamkan masuk ke dalam WC membawa mushaf. Dan inilah yang dikatakan oleh para ulama. Akan tetapi, mereka membolehkan masuk membawa mushaf apabila takut dicuri.

وَمَعَ ذَلِكَ فَإِنَّ الْمُسْلِمَ عَلَيْهِ أَنْ يَتَّقِي اللهَ رَبَّهُ وَلَا يَعْرِضُ كَلَامَ اللهِ لِلْإِهَانَةِ وَعَلَيْهِ أَنْ يَتَحَرَّزَ فِيْ ذَلِكَ الْأَمْرِ مَا اسْتَطَاعَ إِلَى ذَلِكَ سَبِيْلاً

Meskipun demikian, seorang muslim hendaklah bertakwa kepada Allah dan jangan membuat kalamullah sampai terhina, dan dia wajib menjaganya dari tempat Itu semampunya,

كَأَنْ يُعطِي شَخْصًا آخَرَ ذَلِكَ الْمُصْحَفَ حَتَّى يَخْرُجَ مِنَ الْخَلَاءِ وَنَحْوُ ذَلِكَ مِنَ السُّبُلِ فَإِنْ عُدِمَتْ فَلَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْساً إِلَّا وُسْعَهَا ([ انظر الشرح الممتع (1/91)]) .

seperti menitipkan mushaf kepada temannya hingga dia keluar dari WC dan cara-cara lainnya. Jika tidak ada, maka Allah tidak membebani manusia kecuali sesusi dengan kesanggupannya.

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *